Setetes demi tetes air hujan membasahi bagian dalam rumah River.
Berkali - kali River mengorbankan ember, gayung, bahkan poci hingga panci. Masih saja ada bagian yang bocor. River menghela napas, berusaha sabar. Anggi belum pulang, sesuai janji... Kini giliran sang mama yang berjuang.
Anggi mulai bekerja setelah sebelumnya mendapat info lowongan kerja dari Joe dan keluarganya. Sahabat kecil River benar - benar membantu.
River mengusap dahi, mengerikan sekali keadaan diluar. Hujan deras diselimuti petir yang sesekali menyambar.
Diantara itu, mengapa.. River mendengar suara orang bersin?
River bergegas menuju pintu depan, ia khawatir itu sang mama yang kehujanan sepulang kerja. Tapi..
Alara?
Dilihatnya gadis itu memeluk dirinya sendiri, bersin yang ketiga kalinya. Alara basah kuyup, bercak darah bercampur air hujan nampak jelas pada lantai teras. Tubuh Alara, melemah. Menggigil kedinginan.
Bodohnya River masih mematung di sana, tak percaya Alara menemukan kehadirannya.
hingga akhirnya..
"RIVERR LO DIMANA SIIHHHH?!"
River menggendongnya masuk, memasuki rumah sempit River. Memosisikan Alara agar duduk di kursi seadanya, cepat - cepat River mengambil handuk bersih untuk menyelimuti tubuh Alara. River menutupnya hati - hati, takut tergoda akan dalaman Alara yang 'ngecap'alias nampak jelas akibat basah.
"Bisa - bisanya lo kesini tanpa alas kaki.."
River mengeringkan luka pada telapak kaki Alara perlahan, sesekali Alara meringis menahan ngilu. River yang sedari tadi jongkok berganti posisi begitu sadar cewek itu menggigil kedinginan.
Alara menggigit bibir bawah ketika giginya mulai bergemelatuk. Dingin..
River duduk diatas lantai, kedua tangannya membentang, "sini."
Untuk kali ini Alara menurut, ia memeluk River erat. Menenggelamkan wajahnya pada dada bidang River. Hangat sekali.. River balas mendekapnya hingga Alara tak lagi menggigil, namun kini berganti isak tangis.
"Lo kenap-"
"Riverr!! maafin gue! m- maaf!!!" Pecah sudah.
Bagai bendungan yang sudah tak kuat menampung air. Pertahanan itu roboh. Alara menangis sesenggukan sembari mencengkeram erat kaos hitam yang River gunakan. Manik Alara berubah sayu, bibirnya pucat. River menangkup kedua pipi Alara perhatian.
"River!! kenapa lo .. sikap lo.. seakan baik - baik aja??! Kalo gini.. gue ja.. jadi ngerasa bersalah.. River.. gue.."
River mengusap air mata Alara yang tak kunjung berhenti, gadis itu sampai berkata susah payah karena isak tangisnya.
"River lo ga harus mendem ini sendiriann.. River ini semua salah gue!! salah keluarga gue.. sa.. saalah.."
Alara banjir air mata, River paham sekali cewek dihadapannya sudah mengetahui sebuah fakta. Fakta bahwa keluarganya, terutama sang mama telah merebut kebahagiaan River secara tidak sengaja.
River menrengkuh tubuh Alara, mengusap - usap punggung Alara kemudian membelai lembut puncak kepala si gadis.
"Tenang dulu.. begitu tangis lo reda, lo bisa bicarain baik - baik kenapa lo bisa jadi se rapuh ini."
Alara mengangguk pelan, ia memeluk River penuh rasa bersalah.
***
"Ingus lo kayak-"
KAMU SEDANG MEMBACA
R I V E R [ END ✓ ]
Ficção Adolescente"Dia mencintaiku tanpa sengaja, aku menyayanginya secara tiba - tiba." ⚠🚫DILARANG KERAS PLAGIAT🚫⚠ Merupakan sebuah karya fiksi berbalut kisah cinta dan komedi dengan konflik yang menyayat hati. e n j o y m y s t o r y -❗❗ ----❃°•°❀°•°❃---- 🔺So...
![R I V E R [ END ✓ ]](https://img.wattpad.com/cover/272349595-64-k444319.jpg)