Mobil Maureen memasuki garasi, ia tidak sendiri. Kali ini pulang membawa seorang wanita sebayanya yang merupakan seorang ibu dari Rivera Karyuel. Nampaknya Maureen baru saja membicarakan kesalahpahaman antara dirinya, Anggi dengan suami Anggi yang bahkan belum menandatangani surat cerai. Mengurusi saja tidak.
Maureen membuka pintu rumah, mempersilahkan sang tamu masuk. Tentu saja Maureen menyadari, pintu depan tidak terkunci. Putra nya ada di rumah, tapi mengapa tidak ada tanda - tanda kehidupan?
"Alara?" Maureen melangkah ke ruang tengah, kosong. Ia melangkah menuju kamar kedua putranya, "Ren?"
Kini Maureen menuju teras belakang, tepat di sana Danniel terduduk lemas diatas sofa. Maureen spontan menghampiri, terkejut begitu melihat luka terbakar kebiruan pada punggung putra sulungnya. Maureen menangkup pipi Danniel, maniknya penuh kecemasan.
"Siapa yang bikin kamu kayak gini, nak?!"
"Ma.."
"Jawab, sayang! Ayo sini mama bantu berdiri, ke rumah sakit ya?"
"Ma, Alara ma," ucap Danniel lirih. "Ga ada waktu ke rumah sakit, Alara-"
Anggi beranjak begitu melihat Maureen susah payah memapah putranya, wanita itu spontan menghampiri dan membantu.
"Tolong, anak saya di setrum orang."
"Ke RS sekarang, biar saya yang nyupir."
Maureen kelewat panik, sampai - sampai ucapan Danniel tidak ia dengarkan. Berkali - kali Danniel mengucap nama Alara, hingga akhirnya Danniel yang setengah sadar memaksakan diri berteriak.
"ALARA DICULIK OM OM!!"
CKIIIIIT !!
Maureen menoleh, menatap tak percaya. "Kalo ngomong yang bener, kamu kira mama lagi ga panik sekarang?! udah panik tambah panik!!"
"Serius ma, jadi tolong.. ke gedung baru Karyuel sekarang. Alara disana."
***
River melangkah memasuki pintu samping gedung dengan tangan kosong. Ia menengadah, gedung baru yang belum diresmikan ini memiliki sekitar dua puluh hingga dua puluh lima lantai. Tentu River harus menaiki lift.
Diantara itu Iaros mengawasi, cctv yang terpasang di lantai dasar ia kuasai. Iaros menyeringai, "ayo masuk lift. Gue ga sabar liat mayat lo."
River berhenti di depan pintu lift yang otomatis terbuka, mendongak menatap cctv pada pojok ruangan tepat diatasnya. River mengangkat tangan kiri, menyodorkan jari tengah sembari tersenyum miring. Seakan berkata 'lo kira gue se-bodoh itu?'
River berbalik, kini ia menaiki anak tangga yang ribuan jumlahnya.
Membuat Iaros menelan ludah, "dia udah gila ya?!"
Orang biasa mana tahan menaiki tangga dari lantai satu hingga lantai paling atas. Namun River berbeda, emosinya sudah meluap, melebihi batas wajar, kedua tangannya mengepal erat, dalam bayangannya hanya Alara yang hadir. Alara yang terikat sebuah tali dan dihadapkan oleh kematian. Nafas River semakin membara, apalagi membayangkan Alara dengan penyakitnya yang tiba - tiba kambuh. River berhenti di tangga lantai tiga, ia memukul dinding frustasi.
Jangan.. sampai.
***
Renniel tersenyum, ia bertopang dagu menatap gadis cantik dihadapannya. Akhir - akhir ini Celina selalu mengajaknya makan siang bersama, ini benar - benar menaikkan mood nya. Padahal hanya makan siang sederhana yang dilakukan di halaman luas rumah si dokter cantik, namun sudah cukup membuat Renniel puas.
![](https://img.wattpad.com/cover/272349595-288-k444319.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
R I V E R [ END ✓ ]
Novela Juvenil"Dia mencintaiku tanpa sengaja, aku menyayanginya secara tiba - tiba." ⚠🚫DILARANG KERAS PLAGIAT🚫⚠ Merupakan sebuah karya fiksi berbalut kisah cinta dan komedi dengan konflik yang menyayat hati. e n j o y m y s t o r y -❗❗ ----❃°•°❀°•°❃---- 🔺So...