Dingin tak lagi perihal suhu,
melainkan tentang sikapmu padaku.
-Alara Maureen Valdeviesso-
•••
Alara masih disana.
Menunggu hampir setengah jam setelahnya, masih dengan buku rangkuman yang ia bawa. Cewek itu masih setia memperhatikan Joe yang berlatih. Berenang dari ujung kolam hingga ujung lagi. Jarak keduanya kini tak terlalu jauh, Alara duduk tiga meter dari sisi kolam renang. Itu karena Danniel sengaja menyuruhnya mendekat. Dengan alasan, agar sang adik diperhatikan balik oleh gebetannya.
Tapi, tidak sekalipun Joe menatap bahkan melirik Alara selain pada waktu Danniel sendiri berteriak memanggil.
Alara menghela napas, satu jam pelajaran akan ia lewatkan begitu saja.
"Oke, istirahat dulu!" lelaki berusia empat puluhan itu memberi instruksi. Kelihatannya dia seorang pelatih. "Gerakan Danniel sempurna, kamu juga, kamu, kamu, kamu juga!"
Si pelatih kali ini menunjuk Joe, "kamu.. kurang. Kenapa selalu aja kecepatan berenang kamu cepat di awal, lambat diakhir? Inget Joe, ini bukan latihan berenang biasa."
Joe menunduk dalam, sesekali meringis pilu.
"Bapak tau kamu atlet baru, bapak maklumi. Tapi tolong kesalahan kamu itu diubah. Bapak yakin kamu bisa!"
Joe mengangguk, pelatih itu melangkah pergi. Begitu juga Joe yang dirangkul oleh teman - temannya, menguatkan. Dari kejauhan, Alara terus memperhatikannya. Tidak lama kemudian, cowok itu melangkah mendekat setelah seluruh temannya berpamit pergi.
Langkah Joe terhenti di sisi kolam, membuat jantung Alara berdegup kencang. Apa perhatiannya di balas?
"Ambilin, tolong."
"Eh?"
Alara menatap kikuk, seolah bertanya apanya?
Joe yang menatap datar lebih mendekat, meraih sebuah botol minun di samping Alara. Membuat Alara heran, sejak kapan ada botol minum disebelahnya?
Cowok itu berbalik, Alara spontan memanggil. Tidak ada membiarkan Joe pergi begitu saja kedua kalinya.
"Apa?"
Dingin sekali nadanya.
"Satu kritikan tadi, gue yakin bakal jadi awal keberhasilan lo nanti!"
Joe mengukir senyuman tipis, ia mengurungkan niat untuk pergi. Cowok itu duduk di samping Alara, membuat sedikitnya satu meter jarak.
"Itu bukan pertama kalinya gue di kritik, Ra."
Alara menoleh, menatap manik sayu Joe. Memperhatikan setiap ucapan si cowok seksama.
"Sebelumnya juga, kadang gue ngerasa down. temen lain, apalagi kakak lo udah berkali - kali menang. Gue baru sekali, dan kayaknya itu cuma kebetulan."
Alara menggeleng, "ga ada kebetulan. Semuanya udah rencana tuhan."
Joe kini menatap manik Alara yang seakan membara. Kedua pipi Alara sudah merah sejak tadi, namun tingkahnya seolah menggambarkan semangat seorang Alara membara begitu saja.
"Joe harus optimis, kalo orang lain dapet yang terbaik.. Joe juga harus dapetin yang lebih baik!"
Joe bungkam, ia dibuat tergugu sesaat.
"Gue yakin, kalo emang Joe yakin.. pasti bakal tercapai," Alara bergeser mendekat, maniknya semakin cerah, "usaha ga bakal sia - sia kalo Joe yakin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
R I V E R [ END ✓ ]
Teen Fiction"Dia mencintaiku tanpa sengaja, aku menyayanginya secara tiba - tiba." ⚠🚫DILARANG KERAS PLAGIAT🚫⚠ Merupakan sebuah karya fiksi berbalut kisah cinta dan komedi dengan konflik yang menyayat hati. e n j o y m y s t o r y -❗❗ ----❃°•°❀°•°❃---- 🔺So...
![R I V E R [ END ✓ ]](https://img.wattpad.com/cover/272349595-64-k444319.jpg)