dua puluh empat

283 43 2
                                        

Sikapnya selalu berubah. Ibarat sungai di musim dingin yang membeku, dan di musim panas yang semakin terasa hangat.

Tapi kini.. musim dingin tak lagi tiba untukku.

***

"Kalau pun nanti harus turun, lo tetep disini!"

"Gue mau nolongin Ren-"

River mencengkeram erat kedua pundak Alara, menatap khawatir. Membuat Alara memotong ucapannya.

"Gue emang buka siapa - siapa, tapi gue ga mau lo kenapa - napa."

Alara tergugu sesaat, sedetik kemudian terpaksa menurut.  River yang sedari tadi mengendarai mobil kini menginjak rem, ia menepi begitu melihat dua motor incaran Alara memasuki gang sempit.

"Itu jalan pintas, Renniel pasti mau ke rumah kak Celina!"

"Sial, dua bajingan itu beneran ngikutin abang lo, Ra."

River kembali menginjak pedal gas, melaju lebih cepat memutari jalanan. River tahu arah ujung jalan pintas tapi River harus sampai lebih dulu sebelum Renniel sampai ujung jalan. Kalau tidak, bukan hanya Renniel tidak akan sadar diikuti, bisa - bisa sebelum ujung jalan pintas Renniel tak selamat.

River jelas tahu Renniel lebih ganas, Renniel itu fisiknya terlalu kuat. River tahu Renniel kalau sudah main fisik brutal. Namun sekarang lawan Renniel dua pria tampang preman bayaran, lebih ke bodyguard dengan tampang serba hitam yang mengerikan.

Renniel belum pernah berurusan dengan orang seperti mereka setahu River.

Hatsyu!

"Alara-"

"Gue ga papa, lo fokus aja."

"Hm."

Di sebrang sana, Renniel yang terus memikirkan pertemuan pertamanya dengan Celina tak fokus. Bahkan deru motor yang beberapa meter lebih jauh dibelakangnya semakin terdengar jelas saja tak Renniel hiraukan.

Jalan pintas yang ia lewati cukup sepi, sepanjang jalan hanya terdapat beberapa warung kecil dan bagian belakang apartemen. Cukup tenang dan mendukung proses halu Renniel.

Salah satu pria menyalip Renniel, begitu sudah bersebelahan pria itu membanting stang ke kiri, menabrak sisi kanan Kawassaki mulus Ren hingga terjatuh.

CKIITTT!  BRAAK!!

Renniel mengaduh, kaki kirinya terjepit bagian samping motor.

Si penabrak berdiri, melangkah mendekat dengan helm yang belum dilepas olehnya. Satunya lagi menepi, melempar tongkat kayu pada sang partner berandalan. Sedangkan ia sendiri siaga dengan besi berbentuk seperti pipa.

Renniel sama sekali tak menghiraukannya, ia justru mengangkat motor dengan santai. Mengelus sisi motornya perhatian, "kasian kamu ya.. untung masih keliatan mulus, glowing lagi.."

Renniel berbalik, "..gak kayak bajingan yang bikin lo lecet kayak gini."

Kedua pria itu sempat terbelalak ketika Ren menunjukkan seringaian mautnya. Berkata dengan lirih namun atmosfer serasa berubah kelabu.

"Buka helm nya dong, insecure ya?"

DUAAKK!!

Satu pria melayang, terlempar ke belakang dengan helm yang terlepas akibat satu tendangan menyamping Renniel.

R I V E R [ END ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang