tiga belas

73 43 0
                                    

"Ga mauuu-uuu-uu!"

River berdecak, sudah beberapa menit berlalu Alara tak kunjung mau menaikki Taxi pesanan River. Sulit sekali menghadapi Alara yang setengah sadar, setengah hilang kewarasannya.

"Ra, udah malem."

Alara menggeleng, ia justru memeluk River erat. Mengukir seringaian, menatap jenaka "River ga mau mainin gue dulu?"

River cepat - cepat menutup mulut Alara, takut semakin 'nakal' nantinya. Bagaimana pandangan orang sekitar yang berlalu lalang?

"River ga tertarik sama cewek levelan gue ya~"

River tak peduli, ia justru membatalkan pesanan Taxi sembari menunduk sopan. Sedetik kemudian berjongkok didepan Alara, "naik."

Alara naik. 'Digendong' belakang oleh River.

"River cuek!"

"Hm."

Tangan Alara kini melingkar pada leher River. Kepalanya ia sandarkan pada bahu si cowok, nyaman sekali..

"River bener - bener kayak artinyaaa~"

"Hm."

River dalam bahasa Inggris berarti sungai. Sungai tentu dialiri oleh air.

"Gue.. baru sadar kalo air bisa beku pada masanyaa!"

"Kecilin suara lo-"

"River sedingin itu," ucap Alara memotong. Iseng meniup telinga River, membuat si empunya merinding geli. Ia menoleh, kini maniknya bertaut pada manik setengah sadar Alara. Sejenak teralihkan pada tas putih sedang yang Alara genggam sedari tadi.

"Di tangan lo dari tadi apa?"

"Tas~"

River berdecak, "gue tau. Isinya?!"

"Kenapa? mau di curi yaa~" Alara memejamkan matanya, masih tak sadarkan diri. "Mending curi hati gueeee ehehehehee."

"Udah gila emang."

Rumah Alara tidak terlalu jauh dari cafe, sebenarnya River membawa motor Kawassaki nya. Terparkir didepan cafe tempat ia bekerja, namun River takut.. bila Alara duduk di jok belakangnya, bisa - bisa terjatuh akibat ketidak sadaran Alara sendiri. Membayangkannya saja sudah membuat River ngeri.

Langkah River terhenti begitu sampai diarea satpam perumahan Alara tinggal.

"Mau nganter calon bini, pak."

Bapak satpam berusia lima puluh tahunan itu terkekeh geli, mengintip wajah gadis dibelakang punggung River.

"Dik Alara ternyata, tumben banget pulang malem."

"Ketiduran di trotoar, pak. Maklum, otaknya rada geseran dikit," ucap River ngawur. Sedetik kemudian kembali melangkah setelah menganggukan kepala sopan santun.

Sampai didepan gerbang besar rumah Alara, River menurunkannya perlahan. Alara membuka mata, ia tersenyum lebar menatap River yang kelelahan, cowok itu mengatur napas.

"Kenapa?"

Alara menggeleng, "buat lo~"

River membuka tas putih yang ternyata berisi sekotak Ios terbaru berwarna Silver. River kini berpikir, ternyata sedari tadi alasan Alara menunggu, masuk ke bar, hingga tak kunjung pergi.. karena dirinya sendiri?

"Alara!?"

River tersentak kaget, spontan menoleh mendapati Danniel yang langsung menuruni motornya merangkul Alara yang berjalan bak manusia tanpa tulang. Letoy.

R I V E R [ END ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang