dua puluh delapan

112 27 1
                                    

Mulai chapter ini bakal lebih panjang, gue kasih minim 2000 kata. Biar ga kerasa cepet banget bacanya 😍

Jadi, selamat membaca! terimakasih sebelumnya

***

River meringis menahan ngilu, cowok itu mendongak. Menatap siapa yang membuatnya tersungkur dengan wajah tercium tanah halaman rumahnya sendiri. Tentu saja beberapa detik sebelumnya River dibuat kaget setengah mati. Pandangannya pun hanya fokus pada Alara, tapi tiba - tiba ia terlempar begitu saja dengan bagian samping bibir yang robek akibat pukulan kuat dari si pelaku.

Pantas saja kuat sekali..

Bahkan lebih kuat dari seorang Renniel, bukan. Pukulan ini hampir sama seperti pukulan terganas Renniel. Untung saja River hanya terlempar mencium tanah, coba kalau terlempar ke dinding rumah. Apa tulangnya masih utuh sekarang?

"Kak- Iaros?!!!"

Mampus gue, batin Alara.

Parahnya, kini Alara ditimpa oleh tiga kesalahan.Pertama, dari awal ia belum menolak ataupun menerima ajakan seorang Iaros Reygan. Kedua, Alara bahkan pergi tanpa berpamitan, alias diam - diam mencari kesempatan. Ketiga, Alara memperlihatkan adegan romantis nan mesra nya bersama River pada orang yang kabarnya menyukai dirinya. Begitu setidaknya kabar dari Leora beberapa hari lalu. Iaros yang makin memperhatikan Alara dan menaruh hati yang kini tiba - tiba diperlihatkan pemandangan yang jelas Iaros tak suka. Apalagi yang Alara tahu, emosi seorang Iaros Reygan itu.. berbahaya.

"Lo pacarnya?" Iaros menghampiri River yang masih berusaha berdiri, tulang rusuknya mati rasa. "JAWAAAAABBB!!"

Bentakan Iaros membuat Alara spontan mendekat, berusaha meredakan amarah Iaros. Kalau tidak para tetangga akan mendengar, ikut campur urusan kecil ini, bahkan menjadikannya bahan pembicaraan baru. Walau lingkungan sekitar rumah River minim penghuni, namun tentu saja masih terdapat beberapa yang menempati.

Iaros lagi - lagi menarik kaos River, cowok itu terangkat. Otomatis berdiri menghadap Iaros, namun wajahnya langsung menjadi sasaran empuk tinju seorang Iaros. River berusaha menghindar, alhasil setelah beberapa tinjuan maut ia berhasil lolos. River menginstruksikan Alara untuk tidam mendekat. Emosi Iaros benar - benar berbahaya, nyawa akan menjadi taruhannya.

"Bang,  apa yang bikin lo semarah ini?" River bertanya sembari menghindari tendangan Iaros dengan susah payah, "gue butuh penjelasan!"

"BERENGSEK! GARA - GARA LO ALARA OGAH JALAN SAMA GUE!!"

Iaros menendang kepala River, namun cepat - cepat River tangkis. Kenapa alasannya sepele sekali? hanya karena itu? Iaros ini badan remaja, otak balita ya? River tak habis pikir, Kalau bukan cemburu apa lagi alasannya.

"Lo siapa main peluk - peluk gitu, hah? Gue aja yang kayak gini masih punya otak! Kalo bukan siapa - siapa ya ga usah nyosor, Anjir!"

Iaros mendaratkan pukulan ke sekian kalinya, kini pada bagian perut River. River memekik, Ia tersungkur ke belakang. Ini kedua kalinya ia menampakkan diri didepan Alara sebagai cowok yang lemah, sekali - dua kali pukul tak berdaya. Padahal River hanya tak ingin membalasnya, bukannya takut. Iaros bukanlah Renniel, tentu keduanya amat sangat berbeda dipandangan River. Iaros hanya bajingan sok kuat yang mengandalkan emosinya untuk menjadi lebih kuat.

River berdiri, cukup disitu saja sudah membuat Iaros mengakui kekuatan dan pertahanan bela diri seorang River itu cukup kuat. Bahkan semua tinju yang ia lakukan akan membuat sang lawan jatuh pingsan. Tapi River berbeda, jelas berbeda.

R I V E R [ END ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang