sembilan

437 54 0
                                        

"Ma."

Anggi tersentak, langsung beranjak dan menghampiri anak semata wayangnya. Syok, sebelumnya River pernah babak belur. Namun kali ini.. parah sekali.

Anggi menuntun River duduk diatas sofa, "kamu dipukulin siapa, nak?"

"Kalo River cerita, mama bakalan lapor?"

"Kalo kamu nyuruh mama simpan itu buat rahasia, mama bakal tutup mulut."

River terkekeh, Anggi memang selalu bisa diandalkan. Sejak dulu ia selalu diperlakukan lemah lembut oleh sang mama, diberi apapun yang River mau oleh Karyuel. Anak semata wayang yang benar - benar disayang.

River menghela napas, "Ri suka sama cewek, ma."
"Hm? siapa namanya?" Anggi membentuk lengkungan manis di bibir, ia menyimak.

"Alara. Dia cantik, sifatnya beda sama cewek kebanyakan. Jadi susah buat dapetinnya."

Anggi terus menyimak hingga beberapa menit kedepan mendengar cerita dari anaknya, senyumannya tak kunjung hilang. Baru kali ini River menceritakan cewek yang River taksir, sebelumnya River hanya mengenalkan mantan - mantannya. Itupun kalau si cewek datang ke rumah tanpa diundang River sendiri.

Anggi menghela napas begitu River selesai bercerita, ia merengkuh River perhatian.

"River bahkan belum jadian, ma."

Lirih, baru kali ini cinta River bertepuk sebelah tangan. Bukan, bahkan baru kali ini ia merasa jatuh cinta. Sebelumnya River hanya 'bermain', memacari cewek hanya sekedar sensasi belaka. Mantan - mantanya pun hanya memandang fisik dan harta. Sisanya tersakiti begitu River berlaku seenaknya sendiri.

River orang yang sangat sulit diatur. Walau mempunyai cewek, ia tebar senyum sana - sini. Putus sesuka hati, lalu ganti lagi. Se-playboy itu..

"Hm. Mama ngerti, coba kamu bicarain baik - baik sama dia. Perlakuin dia lebih baik lagi,namanya tadi siapa, sayang?"

"Alara, ma. Alara Maureen Valdeviesso."

Anggi melepas pelukannya, senyumannya seketika pudar. Manik hitamnya menyorot kaget.

"Adiknya Ren sama-"

River menghentikan ucapannya begitu melihat ekspresi sang mama. Manik redup Anggi berair, sedetik kemudian menetes, mengalir begitu saja. Anggi memeluk tubuhnya sendiri, menangis didepan anaknya seperti ini membuat dirinya merasa semakin bersalah.

"Ma? mama? kenapa ma?" River meraih kedua tangan Anggi, "bisa mama ceritain ke River?"

"Maureen.." Anggi sedikit terisak.

"Maureen?"

"Papa kamu jarang pulang nak, kamu tau papa kerja di Bandung kan?" Anggi masih terisak, susah payah mengucapkan sepatah demi patah kata, "Tadi pagi papa kamu pulang.. dia lelah, langsung tidur. Katanya berangkat sekitar jam satu. Waktu papa kamu tidur mama lihat handphonenya nak."

Anggi berusaha mengatur napas, "n-namanya Maureen. Waktu papa kamu bangun, papa sama mama langsung berantem.. sampe akhirnya.."

"..papa kamu bikin dua pilihan, cerai atau terima papa nikah lagi."

River terkejut setengah mati mendengarnya, ia memeluk sang mama erat berusaha menenangkan. River tentu saja tak tega melihat Anggi terpuruk seperti ini. Itu membuatnya.. sangat membenci Karyuel pada saat itu juga.

"Mama belum mutusin, nak. Pilihannya mama serahin ke kamu.." Anggi lagi - lagi mengatur napas, "pilihan kamu, pilihan mama nanti."

Manik River berubah sayu, ia menunduk dalam begitu Anggi beranjak pergi menuju kamarnya. River berdecak, ia tak menyangka akan seperti ini. Membayangkan Karyuel akan menikah dengan Wanita yang baru kemarin River temui. Terlebih lagi ibu dari cewek yang ia sukai. River seakan ingin mati saja.

R I V E R [ END ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang