sebelas

337 50 0
                                        

River melempar bola basket ke sembarang arah, ia menggeram. Sorot matanya berubah sendu bercampur emosi. River Teringat beberapa waktu lalu Joe mengucapkan sesuatu padanya.

-Flashback on-

"Gue ngerasa ga enak. Bisa - bisanya Alara suka gue."

River menoleh, "kata?"

"Sean," Joe menyorot serius, "gue tau lo suka sama dia, Ri. Tapi jawab yang bener, apa lo suka sama dia kayak lo suka sama cewek - cewek yang lo pacarin sebelumnya?"

"Kalo engga?"

"Gue bakal jaga jarak. Gue ga se-brengsek itu naruh hati ke orang yang temen gue sendiri suka."
River menghela napas berat. Bagaimanapun perasaannya masih ada, melepas Alara begitu saja terlalu menyiksa. Baru beberapa hari mereka saling mengenal, River yang kini seakan tak bisa lepas dari bayangan Alara. Namun sesekali tersadar, River ada di posisi mana.

River bungkam. Ternyata sesulit ini..

Ia tentu sadar posisi, Renniel yang pasti tidak akan sudi bila River dekat dengan Alara, Mamanya yang tidak akan merestui karena hubungan Karyuel dengan mama Alara, terlebih kini Alara pasti bahagia bebas dari gangguan River tiap harinya.

"Ri-"

"Lagi ngomongin adek gue?" Renniel nongol tiba - tiba dari belakang keduanya, ikut duduk diatas meja gazebo sisi lapangan utama. Tentu membuat keduanya tersentak kaget, "Joe! lu.. pacarin adek gue aja gih. Jijik lama - lama liat dia diem - diem merhatiin lo, kayak orang sengsara aja."

Joe terkekeh geli, Renniel ini.. sengaja ya?

River seolah tidak peduli.

-Flashback off-

Tidak berani menantang,  tidak dapat menyerang. River hanya bisa bungkam, menahan segala tingkah Renniel. Akhir - akhir ini nampak biasa saja, namun sesekali menyindir.

Sindiran Renniel itu ibarat tombak besar bagi River.

River bukanlah cowok penakut, justru ia ditakuti satu angkatan. Selain jahil, usil, most wanted. River jago berkelahi, apalagi ketika ia marah.. satu angkatan bisa dibuat hilang nyali. Namun tetap saja, seorang River masih kalah mengerikannya dengan Renniel. Selain senior, Renniel ini sedikit terbilang psikopat, mana mungkin River bisa menandingi?

"Ra?"

Jantung Alara berdegup kencang, sulit baginya mengatur gugupnya berhadapan langsung dengan Joe. Padahal pertama bertemu tak sesulit kali ini.

"Y-ya?" Alara berdehem, "Bella bilang apa ke Joy?"

Joe dibuat terkekeh, gadis ini benar - benar memanggilnya dengan huruf Y yang ditekankan. "Bilang kalau Alara sakit."

"Alara Asma. Asmara - pertama, lo harus tanggung jawab!" ..padahal itu yang Bella ucapkan.

"BELLA BOHONG!"

Joe gemas sendiri, ia bertanya - tanya dalam hati. Apa Alara tidak menyadari? sejak tadi pipi Alara semerah buah Ceri.

"Alara mau pulang sendiri, ga usah dianter!" Gadis itu berbalik, baru selangkah maju ia menoleh. Menatap Joe yang menahan tawa, "Apa yang kamu ketawain??"

R I V E R [ END ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang