Gila. Ini benar - benar pemandangan gila yang baru pernah Alara lihat. Mungkin bagi siswa RPS sudah biasa, melihat seorang Renniel mengamuk penuh emosi. Tapi Renniel yang tidak senggan - senggan memukuli teman sekaligus adik kelas satu squadnya sendiri. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
..Sama sekali.
"Kakak!!" Alara memanggil dari kejauhan, tentu saja tak ada respon. Ia merinding, jantungnya berdegup tak karuan, "gue harus ngelerai mereka, Bell!"
Bella mengangguk mantap, ia beranjak. Merangkul Alara, "ayo!"
"Ternyata lo yang bikin adek gue jadi korban bullying?!!" Ren terus melayangkan pukulan pada River, "bajingaaan!!!"
River menunduk dalam, ia tak sedikitpun melawan. Dalam hati menghawatirkan Alara, bullying? kapan? gara - gara dia sendiri? membuatnya berpikir pantas dibuat babak belur oleh Renniel sekarang ini.
Guru olahraga berusaha melerai, namun nihil hasilnya, tenaga Renniel kuat sekali.
"Adek gue bukan mainan lo, paham?!!!!" Satu pukulan keras mendarat di rahang sempurna River, "Punya telinga dipake bangsat!!"
River mengangguk, masih menunduk dalam. Ia bungkam.
Kali ini Ren menendang bagian dada River. Membuat siempunya jatuh terjungkal ke belakang. River melindungi wajahnya dari tendangan bertubi - tubi Renniel.
"Kakak!"
Bagai orang kesetanan, Ren masih mengabaikan panggilan Alara. Sedari tadi ia juga tidak peduli akan Sean, Putra, Joe yang terus melerai. Segala caci maki Renniel ucapkan pada River. Ia benar - benar marah.
Renniel mengangkat River dengan mencengkeram erat baju olahraga River. Membuat keduanya bertatap, kini jarak wajah mereka hanya satu jengkal. Tangan kanan Ren mengepal, kali ini pertanda pukulan kuat Renniel akan segera dilayangkan. Pukulan ini biasa membuat musuhnya jatuh tak sadarkan diri.
"Kak! udah!! udah cukup kak!! sadar!!!" Alara mendorong kuat Renniel hingga cengkeramannya terlepas dari River, Alara menatap tajam, "Udah gue bilang jangan ikut campur!! Ngapain lo ngurusin masalah gue?!!"
Ren mengatur napas, padangannya kini tertuju pada luka tertutup plester pada kaki Alara, banyak sekali..
"Lo ga harus perlakuin River kayak gini!!!"
"Bang, sabar bang. River udah babak belur," ucap Sean menenangkan, diikuti Joe juga putra.
"Yoi bang, mending cabut kasi pembully nya pelajaran."
"River bisa mati kalo dilanjutin, bang."
"Hm."
Renniel berbalik, melangkah pergi begitu saja. Membuat Alara menghela napas, lega. Kini Alara menatap River. Dengan tertatih ia mendekat, memberi cowok jangkung itu tangan kanannya.
River menggenggam tangan Alara, melangkah mengikuti gadis yang kesusahan berjalan.
"Bell, makasih. Gue ke UKS dulu."
Bella mengangguk, maniknya sayu. Kasihan Alara, baru beberapa hari sekolah sudah menderita seperti ini.
***
"Maafin kakak gue," ucap Alara sembari membersihkan darah pada pelipis River, "udah kelewat bego. Jadi Harap maklum."
River justru terkekeh, "gue pantes diginiin."
"Maafin gue," Alara kini mengucap pelan. "Gue tadi emosi, hp lo jadi korbannya."
Tangan River membelai lembut puncak kepala Alara. Cowok itu berusaha tersenyum dengan luka pada ujung bibirnya, "Gak masalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
R I V E R [ END ✓ ]
Ficção Adolescente"Dia mencintaiku tanpa sengaja, aku menyayanginya secara tiba - tiba." ⚠🚫DILARANG KERAS PLAGIAT🚫⚠ Merupakan sebuah karya fiksi berbalut kisah cinta dan komedi dengan konflik yang menyayat hati. e n j o y m y s t o r y -❗❗ ----❃°•°❀°•°❃---- 🔺So...
![R I V E R [ END ✓ ]](https://img.wattpad.com/cover/272349595-64-k444319.jpg)