"Bisa bangun gak?!"
Kesal. Cewek pemalas itu beringsut duduk, menatap lelaki berusia setahun lebih tua darinya. Renniel balas menatap, dalam hati terlontar beribu umpatan namun ia tahan.
Alara melotot, "Be-ri-sik."
"Buka mata, Bego. Sekolah!"
"Lo kalo bangunin orang jangan kayak orang takbiran napa. Gue kan udah bilang.. Lima menit lagi nanti gue bangun," Alara berdecak, beranjak dari kasur empuk singgahsananya tercinta.
"Kan.. gue jadi pusing!"
"Bodoamat."
Padahal Renniel membangunkannya setengah jam yang lalu, adiknya terus beralasan akan bangun lima menit kemudian. Memang janji Alara padanya sulit dipercaya. Selalu saja membuat Renniel geleng - geleng kepala.
Satu jam.
Selama itu Alara bersiap. Menuruni anak tangga hingga tiba di lantai satu barulah ia mendapati lelaki lainnya, rupanya mirip sekali dengan Renniel. Namun bagi Alara, yang satu ini lebih tampan berkali-kali-kali lipat. Danniel namanya, kembar yang berbeda sifat.
Cowok berseragam lengkap yang masih menggunakan celemeknya itu tersenyum, "dedek sayang susah dibangunin ya?"
Alara balas tersenyum geli, tertawa kecil "sorry bang, semalem abis marathon."
"Palelu Marathon! Kaga berfaedah!" Renniel memberi raut hina pada adiknya. "Lu jangan terlalu manjain Alara kayak cowok brengsek itu napa, Dan!"
"Jangan sebut dia lagi!" Bentak Alara. Teringat akan sang papa yang pergi meninggalkan ketiga anaknya juga mama. Alara berdecih, "Muak gue dengernya."
"Ga perlu dibahas, ayo makan."
Danniel menengahi, walau sekilas jelas sekali.. sorot matanya berubah sendu.
✧✧✧
"Najis-Najis-Najis-Najis."
Alara bergumam tiada henti. Hari ini, hari pertama masuk ke sekolahnya yang baru. Seharusnya hari ini menjadi hari berkesan, namun ternyata.. baru turun dari Rangerover yang ia tumpangi saja sudah disuguhi banyak tatapan seolah terkesima.
Bagaimana tidak? Ia berjalan bersisian dengan dua cowok populer - kelas atas - nomor satu di sekolah barunya sekaligus. Tampan, berkelas, tajir, tinggi, kedua kakaknya sangat sempurna. Ditambah lagi marga 'Valdeviesso' pada nama belakang yang merupakan keluarga terpandang.
"Disini jangan panggil dedek sayang pokoknya," Alara menarik ujung kemeja kakaknya pelan. Menatap Danniel cukup membuatnya berdebar, terlalu tampan katanya.
'Coba gue punya pacar modelan gini.. '
"AMIT AMIT. OGAH!" yang membalas justru Renniel dengan sorot menjengkelkan.
Alara balas menatap jijik, "gue gak ngomong sama elu!"
"Elu-elu. woy! panggil gue abang kek, kakak kek, gada sopan santunnya sama gue. Dasar bocah sarap!"
Seperti biasa, Danniel akan menengahi. Dia yang paling tua, bahkan beberapa menit dari Ren. Yang paling bersikap dewasa, sering sekali ia menghadapi kedua adiknya yang kekanak - kanakan itu. Danniel paling sabar, walaupun keduanya sering merepotkan dirinya.
Alhasil pertengkaran berakhir. Bila tidak dilerai, mungkin sampai nanti tidak ada habisnya..
"Kalo butuh apa-apa bilang aja sama kakak."
Alara menatap Danniel, lalu mengangguk.
"Hm'm."
Kedua kakaknya melangkah pergi. Ia terus memperhatikan, benar saja! baru lima meter jaraknya dari tempat Alara berdiri, keduanya sudah dikerubungi oleh banyak cewek yang genit bin ganjennya masyaallah.
![](https://img.wattpad.com/cover/272349595-288-k444319.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
R I V E R [ END ✓ ]
Teen Fiction"Dia mencintaiku tanpa sengaja, aku menyayanginya secara tiba - tiba." ⚠🚫DILARANG KERAS PLAGIAT🚫⚠ Merupakan sebuah karya fiksi berbalut kisah cinta dan komedi dengan konflik yang menyayat hati. e n j o y m y s t o r y -❗❗ ----❃°•°❀°•°❃---- 🔺So...