2. Membawa Pulang

9.1K 1K 23
                                    

BAB 2

Kumala senang sekali. Harjuna mengajaknya ke rumah laki-laki itu. Diberi baju cantik dengan gambar spongebob di depannya. Bahkan Kumala akhirnya bisa menonton televisi sambil duduk nyaman. Ia pun takjub melihat ukuran TV itu lebih besar dari badannya, dan ia baru tahu ada TV sebesar itu.

Hanya ada Kumala di ruang tamu itu. Harjuna katanya mandi sebentar. Tapi tak masalah bagi Kumala jika ia ditinggalkan sendirian di sana. Karena ia pun sangat menikmati acara kartun di TV.

"Eh? Anak siapa ini?"

Tiba-tiba saja sebuah suara melengking dari belakang Kumala. Kencang sekali, sampai-sampai Kumala terkejut dan dengan cepat menoleh ke belakang. Di sana ada seorang perempaugn dewasa berpakaian mewah, tengah menatap Kumala dengan kening mengeryit.

Spontan Kumala berdiri dari sofa. Ia seakan tahu bahwa wanita yang memekik tadi tengah menatapnya marah.

"Heh! Kamu ngapain, kok bisa sembarangan masuk rumah orang?" Wanita itu berjalan memutarin sofa dan mendekati Kumala. "Bik Asih! Biiiiik! Sini!" Si Nyonya berteriak memanggil asisten rumah tangganya.

Tak berapa lama, datanglah seorang perempuan paruh baya dengan napas tersengal-sengal karena buru-buru menemui nyonyanya.

"Ya, Nyah?"

"Ini anak siapa sih? Kok bisa masuk ke sini?" cecar sang nyonya membuat pembantunya seketika dilanda kegugupan.

Belum sempat si Asisten Rumah Tangga itu menjawab, tiba-tiba saja Harjuna datang.

"Juna yang bawa dia ke sini, Mih."

Orang yang dipanggil Mamih oleh Harjuna seketika menatap anaknya bingung, dan berganti memandang Kumala.

"Kamu ngapain bawa gembel ke sini? Nggak waras kamu?"

Harjuna tak menjawab langsung. Diliriknya Kumala tengah menunduk ketakutan.

"Juna bakalan jelasin, tapi jangan di sini."

Melihat Harjuna berjalan menuju ke tempat lain, mamihnya pun mengikuti. Namun sebelum itu, ia sempat melayangkan tatapan tajam kepada Kumala.

***

PLAK!

Suara tamparan menggema keras di ruang keluarga lantai dua. Harjuna terdiam dengan kepala menyamping akibat tamparan dari mamanya. Rahangnya mengetat akibat merasakan sakit, namun tidak ada suara mengaduh dari mulutnya.

"Gila kamu, ya! Kalau kamu merasa bersalah sama anak itu, cukup beri dia uang dan menjauh dari dia."

Perkataan sadis Mamihnya tak mendapat respon dari Harjuna. Ia menunduk, tak berani menatap langsung mata kemarahan itu.

"Kalau cara kamu gini, kamu bakalan kena dua kasus. Punya otak nggak sih kamu? HAH?"

Lagi-lagi Mamih mencercanya dengan makin sambil mendorong-dorong pelipis Harjuna sehingga membuat lelaki itu bergeser dari tempatnya.

"Juna akan menyerahkan diri ke polisi." Harjuna akhirnya bergumam pasrah.

Tentu saja perkataan Harjuna membuat sang nyonya melotot tak terima. Kalau Harjuna jadi narapidana bisa tercemar nama baik keluarga mereka. Mereka keluarga yang terhormat dan terpandang, bisa jatuh hanya karena perbuatan anak sulungnya.

"Nggak! Kamu nggak boleh nyerahin diri. Pokoknya kamu kasih aja anak itu uang, berapapun. Dan jangan pernah ketemu dia lagi."

"Tapi, Mih ..."

"Anak itu masih punya orang tua?" tanya Mamih memotong ucapan Harjuna.

Harjuna mengangguk. Ia teringat akan lelaki bertubuh gempal yang menyuruh Kumala mengamen.

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang