BAB 20
Setelah perdebatan panjang dengan Dara sebelum ia pulang, akhirnya Harjuna bisa bernapas lega. Tadi sempat ada drama Dara minta dianterin pulang, namun Harjuna bersikeras menolak lantaran capek. Lagipula Dara membawa mobilnya sendiri, jadi yah seharusnya bisa pulang sendiri.
Harjuna kembali ke dapur, dimana Kumala baru saja selesai mencuci perkakas makan. Perasaan Harjuna sedikit tak enak ketika sejak tadi Kumala diam saja. Apa yang tadi Kumala dan Dara bicarakan sewaktu Harjuna tidak ada?
"Congrats ya buat pertunangan Kak Juna sama Kak Dara."
Harjuna tersentak. Ia meneguk ludahnya pahit. Tentu saja Kumala sudah tahu, karena Dara sempat menyinggung pertunangan mereka dan rencana untuk menikah dalam waktu dekat.
"Tapi kenapa Kuma baru tahu ya, padahal udah seminggu yang lalu?" tanya Kumala, dengan suara getir.
Sepertinya anggapannya selama ini benar, bahwa Harjuna tak mau mengakui Kumala sebagai adiknya di hadapan relasinya. Bahwa Kumala hanya seorang yang statusnya disembunyikan. Harjuna seakan tak ingin keberadaannya diketahui orang-orang terdekat Harjuna. Apa mungkin, Harjuna malu mengakui Kumala yang dulunya sebagai mantan pengemis sebagai adiknya di hadapan orang-orang? Lantas, untuk apa Harjuna bersusah payah membawa Kumala tinggal bersamanya? Memberi Kumala apapun yang dulunya tak bisa Kumala dapatkan. Kakak, sekolah dan kasih sayang, Harjuna kasih itu semua. Namun ada saatnya, Kumala tidak dianggap ada.
"La, aku bukan bermaksud begitu. Cuma ... ini rumit," kata Harjuna.
"Kenapa? Kak Juna takut ya kalau Kuma nanti patah hati pas tahu Kak Juna mau tunangan?" Kumala tertawa sumbang, suaranya sedikit bergetar. "Nggak bakal lah, Kak. Kak Juna berhak bahagia sama orang yang kakak nikahin nanti. Kuma mah, diangkat jadi adik aja udah syukur."
Yah, Kumala sadar diri. Sangat tidak pantas dirinya patah hati bahkan menolak pertunangan Harjuna.
"Sorry," gumam Harjuna dengan penuh penyesalan.
"Nggak apa kali, Kak." Kumala terkekeh. "Tapi pas nikahannya nanti, jangan bilang-bilang Kuma lagi ya." Kumala setengah bercanda setengah menyindir.
***
Kumala bersorak kegirangan ketika melihat namanya berada di barisan orang-orang yang lulus PTN. Akhirnya ia bisa masuk ke salah satu Universitas Negeri impiannya."Selamat, Kumala, kamu layak mendapatkannya." Harjuna yang berada di samping Kumala, ikut menjadi saksi, mengelus kepala gadis itu dengan lembut. Ia teramat sangat bangga dengan pencapaian Kumala. Gadis itu akhirnya memilih UGM. "Cepat bilang, mau dihadiahi apa?"
Kumala tampak berpikir sejenak. "Hmmm, Kuma pengen naik gunung."
"Jangan! Bahaya, La, kalau naik gunung. Nggak kuat nanti kamu."
"Tapi kayaknya seru deh, Kuma pengen banget naik gunung."
"Nggak. Naik gunung itu emang seru, tapi nggak gampang. Minta yang lain aja, jangan yang itu."
Kumala seketika cemberut lantaran permintaannya ditolak. Padahal ia ingin sekali merasakan hawa di puncak gunung. Pasti udaranya segar sekali.
Semenjak kesalahpahaman soal pertunangan Harjuna dulu, tidak ada yang berubah. Mereka tetap berkomunikasi seperti biasanya, meski kadang-kadang Kumala masih sedikit merasa pedih akan hal itu.
"Atau kita jalan-jalan ke puncak?"
"Bogor, maksudnya?"
Kumala mengangguk semangat. "Pas ikut outbound tahun lalu kan Kuma ke Bogor, kayaknya di sana hawanya nyenengin banget deh. Pemandangannya bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
TERIKAT
Romance[status: revisi, re-publish, on going] Harjuna Mahendra punya kesalahan yang sangat besar kepada Kumalasari. Kesalahan yang mungkin tak 'kan bisa termaafkan, membuatnya seringkali mimpi buruk akan hal itu. Dengan kesediaannya, ia pun mengurus segala...