14. Jangan Pacaran Dulu

4.4K 698 27
                                    

BAB 14

"Jangan bilang-bilang ke mamih soal ini."

"Emang kenapa sih?" Adam berdecak karena ditanggapi dengan gelengan. "Lo kan tinggal bilang kalo dia adek angkat lo."

Harjuna sudah menceritakan tentang siapa Kumala. Harjuna bilang, Kumala adalah anak dari pegawai papih yang meninggal karena kecelakaan kerja. Jadi karena Kumala anak tunggal dan tak punya orang tua lagi, papih dengan sukarela mengangkat Kumala menjadi anaknya. Tentang bagaimana Kumala bisa tinggal hanya berdua dengan Harjuna, karena sekolah Kumala lebih dekat dari rumah Harjuna.

Tentu saja semuanya itu bohong. 

Adam sih percaya karena Harjuna sempat menunjukkan surat resmi adopsi anak dimana di sana juga ada tanda tangan papih.

"Pokoknya jangan sampe mamih tau."

"Ck. Gitu aja terus, lo emang selalu tertutup dari dulu, nggak mau bagi-bagi rahasia ke gue."

Kalau dikasih tahu, makin pengen tahu lebih banyak nih Adam. Mana mungkin Harjuna memberitahu mamihnya soal Kumala, sementara wanita itu sudah tahu soal Kumala. Akan terjadi keributan besar kalau ternyata Kumala masih bersama Harjuna.

"Udah, sana pulang!"

"Ngusir-ngusir mulu. Gue bakar nih rumah lo!"

"Gue mau kerja, Kumala mau sekolah, dan lo pikir gue bakalan biarin lo di sini gitu?"

Kumala yang baru saja rapi dengan seragam sekolahnya, keluar dari kamar dan langsung mendengar keributan di sana. Adam memang menginap semalam, tidur di sofa, Harjuna tak mengijinkan adik kandung semata wayangnya itu berbagi ranjang dengannya.

"Eh, Kumal." Mengabaikan ucapan Harjuna, Adam beralih kepada Kumala. "Rapi bener sekolahnya, anak IPA nih mesti--astaga, nggak nyangka gue punya adek."

Harjuna berdecak melihat dramatisnya Adam.

"Bang Adam nih betulan adeknya Bang Harjuna?"

Bik Siti yang baru saja menyiapkan makanan, akhirnya berbicara. Dari tadi ia cuma bisa ketawa-ketiwi mendengar obrolan keduanya.

"Iya, Bik, lebih ganteng saya kan, Bik?"

Bik Siti tertawa saja mendengar ucapan Adam yang penuh percaya diri.

"Iya. Tapi sifatnya beda gitu. Bang Harjuna mah kalem orangnya, kalau Bang Adam suka ngomong ya."

Adam terkekeh seraya menggaruk kepala belakangnya.

"Ayo, Bang Adam ikut makan juga," ajak Bik Siti yang akhirnya duduk begitu Adam mengambil tempat duduknya.

Setiap pagi memang begini. Bik Siti ikut diajak makan bersama. Meskipun Bik Siti hanyalah seorang asisten paruh waktu di rumah ini, ia sudah diperlakukan layaknya keluarga.

"Kuliah lo gimana? Nggak wisuda-wisuda perasaan."

Adam memutar bola matanya mendengar pertanyaan Harjuna. "Ini gue lagi skripsian, lo tahu sendiri lah kalo gue nih artis, super sibuk."

"Halah, nggak usah banyak gaya!"

"Yeee, dibilangin juga!"

Kumala lagi-lagi cuma bisa jadi penonton.

***
Biasanya Kumala sudah belajar mengerjakan soal-soal pelajaran di jam delapan malam. Tapi hari ini ia iseng menonton TV, tepatnya nonton sinetron. Ternyata Adam memang betulan artis, dan mungkin masih newbie, karena Kumala lihat aktingnya masih kaku begitu. Entah deh, atau mungkin karena Kumala jarang nonton drama kali, jadi tidak begitu pandai menilai penampilan aktor di layar sandiwara itu.

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang