28. singkat cerita

4.3K 684 25
                                    

BAB 28

"Ih, Kuma nggak mau!"

"Kenapa sih? Cuma berangkat bareng doang."

"Tapi masalahnya Kak Juna itu Bos, aku ini cuma pegawai baru. Apa nanti kata orang sekantor kalau tahu kita jalan bareng?"

Harjuna berdecak mendengar alasan Kumala yang tetap ngotot tidak mau ikut ke mobil Harjuna untuk berangkat ke kantor.

Tak terasa waktu sudah berlalu begitu cepat. Sejak empat bulan Kumala pulang ke Jakarta, Harjuna langsung menempatkan Kumala menjadi staf di perusahaan Harjuna. Kumala awalnya menolak karena tidak ingin masuk ke perusahaan karena orang dalam. Namun, ia menyadari bahwa mencari pekerjaan di Jakarta sangat-sangat sulit kalau dengan usaha sendiri. Sementara Harjuna terus saja membujuknya untuk ikut masuk ke perusahaannya dengan embel-embel kapan lagi seorang bos melamar seorang fresh graduate untuk bekerja di perusahaannya. Ditambah lagi, Harjuna tidak meragukan kecerdasan Kumala.

Karena tak tahan kelamaan menganggur, Kumala pun akhirnya menyetujui. Dan ini adalah hari keduanya bekerja sebagai Data Analyst di kantor, yang katanya menjadi pengganti Amelia–staf lama yang katanya memutuskan resign karena sedang hamil.

"Ya udah, kamu dianterin sama Pak Bambang aja."

"Kan ada ojol, Kuma naik itu aja." Kumala ngotot menolak ide Harjuna.

Harjuna hanya bisa menghela napas panjang. "Ya udah, hati-hati kalau begitu."

"Ya udah, Kak Juna duluan berangkat." Kumala memang sudah siap untuk berangkat, namun ia lebih mempersilahkan Harjuna lebih dulu.

"Iya, bawel kamu."

Kumala tersenyum seraya mengikuti langkah kaki Harjuna melalui matanya. "Inget loh, pura-puranya nggak kenal sama Kuma pas di kantor."

Harjuna menoleh sekilas seraya geleng-geleng kepala sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.

Senyum Kumala mengempis ketika mobil yang dikendarai Harjuna sudah pergi. Alasan Kumala tidak ingin dianggap kenal bahkan sudah akrab dengan Bosnya di kantor, tentu saja karena tidak ingin orang-orang sekantor memandangnya dengan aneh. Tentu saja cara orang memandang seseorang yang memiliki privilege dan yang tidak sudah pasti berbeda. Orang-orang mungkin akan menjadi sungkan, iri, atau bahkan tidak mau dekat-dekat dengannya jika Kumala mengaku akrab dengan Bos mereka. Kumala tidak ingin itu terjadi.

***

Kumala tidak begitu akrab dengan senior-seniornya di kantor. Wajar sih, lagian ini masih hari keempat ia masuk, jadi belum begitu bisa berbaur. Ada beberapa yang menyapanya dengan ramah, ada pula yang justru cuek terhadapnya. Tapi itu sudah biasa di dunia kerja.

Meskipun tadi ada salah seorang seniornya di kantor mengajak Kumala untuk makan siang di kantin, Kumala justru memilih untuk makan di pantry saja karena ia bawa bekal. Ia melahap makanannya sambil scroll tiktok.

"Lho, Dek Mala ..." Mendengar suara yang tiba-tiba menyapa telinganya, Kumala seketika tersentak dan nyaris saja menyemburkan isi dalam mulutnya. Ia lantas menoleh ke belakang. "Kok nggak ikutan ke kantin sama yang lain?"

"Bawa bekal, Mas," jawab Kumala sambil tersenyum pada seniornya laki-laki yang bernama Yudi.

"Kasihan banget kamu sendirian. Aku temenin, ya."

Laki-laki itu langsung duduk di kursi depan Kumala, mereka terpisah kitchen bar. Kumala hanya tersenyum saja sambil melanjutkan makannya.

"Mas Yud nggak makan?" tanya Kumala karena pria itu hanya membuat segelas kopi.

"Males ah, lagi nggak selera."

"Ntar kena maag loh, Mas."

Yudi hanya tersenyum saja seraya menyeruput sedikit kopinya yang masih panas, sambil mengamati wajah Kumala yang sibuk melahap makanannya yang nyaris habis.

"Kamu katanya lulusan dari Hangzhou ya, La?"

Mendengar pertanyaan Yudi, Kumala mengangguk saja. Cepat sekali menyebar beritanya soal dia lulusan dari Universitas luar negeri.

"Hebat ya kamu, lulusan dari luar negeri."

Kumala hanya tersenyum tipis. Ia sudah selesai makan dan menutup kotak bekalnya. "Lebih hebat Mas Yud kali, lulusan UGM. Dulu Kuma pengen banget masuk ke situ, tapi nggak kesampaian."

"Oh ya? Kalau kamu masuk UGM, harusnya bisa nih kita kenal lebih cepat daripada sekarang."

Kumala hanya tertawa saja mendengar ucapan Yudi. "Nggak juga sih, kan Mas Yud udah lulus Kuma baru masuk."

"Nggak lah, aku masih jadi kating kamu mungkin. Soalnya kita beda tiga tahun doang."

"Wah, Mas Yudi udah korek-korek datanya Kuma sampe mana nih?" tanya Kumala diselingi tawa sumbang. Yudi seperti sudah mengetahui banyak tentang Kuma, bahkan usianya. Kumala saja hanya mengenal pria ini sekedar nama saja.

"Ehem!"

Keduanya tersentak ketika mendengar dehaman dari suara lain menyapa telinga mereka. Saat mereka sama-sama menoleh ke arah belakang, ternyata si Bos alias Harjuna baru saja memasuki pantry. Mereka berdua akhirnya sama-sama diam dengan canggung begitu Harjuna sibuk mengambil entah apa.

Kumala yang posisinya duduknya berhadapan dengan lemari pantry dimana Harjuna sedang mengisi air panas ke termos kecilnya. Gadis itu langsung menunduk ketika Harjuna membalikkan badan ke arahnya.

"Kumala, habis ini kamu ke ruangan saya bentar ya," ucap Harjuna sambil berlalu pergi.

Bersambung ...

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang