33. Pesta Anniversary

4.3K 621 31
                                    

BAB 33

Awalnya Kumala menolak ajakan Harjuna untuk mengikuti acara anniversary pernikahan Adam dan Amelia dengan alasan sedang tidak enak badan. Karena kalau ia beralasan sibuk karena pekerjaan pun tidak mungkin, acara diadakan tepat hari sabtu malam. Dimana ia justru memiliki waktu libur keesokan harinya. Akhirnya Harjuna tetap membawanya ke acara mewah ini karena Kumala ketahuan berbohong ketika mengatakan sedang tidak enak badan.

"Beneran adek lo?"

Kumala tersenyum tipis seraya memperhatikan dirinya sendiri ketika seorang laki-laki bertanya seperti itu pada Harjuna. Jujur saja Kumala agak risih ketika diperhatikan, bukan hanya satu laki-laki, tapi tiga pasang mata tengah melihat ke arahnya. Harjuna membawa Kumala untuk berkenalan dengan tiga temannya.

"Gue nggak tahu lo punya adek secantik ini. Bukannya lo cuma berdua aja sama Adam?" tanya teman Harjuna yang lain. Tadi waktu kenalan, dibilang namanya Evan. Kalau yang nanya sebelum dia, namanya Dani, atau Doni? Ah, Kumala agak lupa yang satu ini.

Harjuna hanya tersenyum saja tanpa menjawab, ia justru meneguk sedikit minumannya. Dengan protektif, sebelah tangannya melingkar di belakang pinggang Kumala, seakan tak ingin gadis kecilnya itu diambil orang lain.

"Dek Kumala masih kuliah?" tanya teman Harjuna yang lain. Nah, kalau ini namanya Irgi.

"Sudah lulus, Mas, beberapa bulan lalu."

"Ooooh, kukirain tadi masih kuliah, remaja banget keliatannya," ujar Irgi menyunggingkan senyum lebarnya.

"Udah ya, gue mau ke sana dulu." Harjuna tak lagi mengindahkan basa-basi teman-temannya, ia membawa Kumala menuju sudut lain.

Ketika Harjuna membawa Kumala hendak menemui keluarga mereka, gadis itu seketika menghentikan langkahnya, membuat Harjuna mengerutkan kening bingung.

"Kuma mau ke toilet bentar deh," gumam Kumala dengan senyum tegangnya. Pandangannya tertuju pada satu titik, dimana mereka seharusnya akan pergi ke sana. Handika, ayahnya Harjuna ternyata ada di sana, menatap Kumala dengan tajam, yang membuat gadis itu merasa langsung tak nyaman dan siaga.

Harjuna mengangguk, membiarkan Kumala untuk pergi ke toilet seorang diri. Namun Kumala malah berbelok ke tempat lain, ke taman belakang hotel yang cukup sunyi. Hanya ada beberapa orang di sana yang mungkin mencari angin, mengusir rasa sesak berada di ballroom hotel. Kumala mengambil duduk di salah satu kursi besi putih yang selalu ada di setiap taman.

Kumala menarik napas dalam-dalam, lantas mengembuskannya kuat-kuat. Perasaannya yang tenang, masih teringat akan pesan om Handika beberapa tahun lalu. Pesan yang menyiratkan bahwa ia harusnya menghilang dari hidup Harjuna. Om Handika yang dulu menyuruh Kumala ke Tiongkok agar bisa jauh-jauh dari anak sulungnya. Namun kini Kumala seakan abai dengan peringatan itu setelah Harjuna menemukannya dan tahu bahwa Ibunya sudah ada di Indonesia, dan itulah yang membuat Kumala akhirnya kembali.

Ah, Kumala pusing. Ia sibuk memikirkan bagaimana agar bisa bersama dengan Ibunya lagi, sekaligus memikirkan cara bagaimana ia menghilang dari hidup Harjuna.

Gadis itu menunduk frustasi seraya memijit keningnya yang terasa pening. Namun pijitannya berhenti tatkala melihat dua pasang sepatu mengkilat muncul di depannya. Langsung saja ia mendongak dan terkejut ketika mendapati dua orang sosok laki-laki yang menatap Kumala dengan garang. Kumala tidak mengenali dua orang itu, penampilan mereka nampak seperti bodyguards elit. Seketika Kumala berdiri, menatap keduanya dengan waspada.

Dengan gemetaran, suara Kumala terbata-bata. "M-mau apa kalian?" Ia beringsut mundur, mencoba untuk menjauhi dua laki-laki garang itu.

Mereka berdua saling lirik sekilas seolah sedang bertelepati, kemudian salah satunya tanpa apa-apa langsung menghampiri Kumala dan menutup mulut Kumala dengan sebuah sapu tangan. Kumala sempat berontak, namun kalah tenaga oleh dua orang tersebut. Ia mencium bau menyengat yang tak mengenakan dari sapu tangan yang menutup mulutnya. Hingga tenaganya melemah dan benar-benar tak sanggup lagi untuk melawan. Pandangannya seketika gelap.

***

Harjuna menjambak rambutnya frustasi, seraya terus-menerus menempelkan ponsel ke telinganya, namun hanya suara operator lah yang menjawab, pertanda bahwa ponsel Kumala sejak tadi tidak menyala. Semenjak gadis itu ijin pergi ke toilet dua jam yang lalu, sampai sekarang tidak muncul lagi. Harjuna sudah mencari ke mana-mana, dan menanyai teman-teman sekantornya yang juga kenal Kumala, namun tak ada satu pun dari mereka yang tahu keberadaan Kumala.

Ke mana perginya gadis itu? Harjuna nyaris gila dibuatnya. Tidak mungkin kan Kumala langsung pulang tanpa memberitahu Harjuna. Bahkan tadi mereka sudah janjian untuk pergi bersama dan pulang bersama juga. Tapi apa yang dilakukan Kumala? Menghilang di tengah-tengah pesta yang belum selesai.

"Gimana? Ketemu, Jun?" Salah satu teman Harjuna menghampirinya yang masih nampak gelisah.

Harjuna menggeleng lemah, dan terus menerus menghubungi nomor kontak Kumala meskipun berakhir mendapat jawaban dari operator lagi.

"Coba bagi nomernya, kali aja lo nggak bisa ngehubungin gara-gara kontak lo diblokir," kata Irgi seraya mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

"Yeee, bisa aja lu, ngambil kesempatan," kata Evan, teman Harjuna yang lain yang tampaknya mengerti maksud Irgi yang sepertinya ingin mengorek informasi mengenai Kumala. Sejak berkenalan tadi, memang nampak jelas bahwa Irgi memang tertarik pada Kumala.

Harjuna tak menghiraukan guyonan Evan dan terpaksa memberi kontak Kumala kepada Irgi, meski ia yakin Kumala tidak mungkin memblokir kontaknya sehingga sulit dihubungi. Untuk apa coba. Tapi tidak ada salahnya mencoba menghubungi lewat ponsel orang lain.

"Nggak aktif juga, Jun." Irgi juga mendapat jawaban yang sama seperti Harjuna saat ia mencoba menghubungi Kumala.

Bahu Harjuna melemas cemas, matanya terus saja mengamati orang-orang yang ramai berlalu-lalang di pesta. Namun batang hidung Kumala tak juga nampak.

"Mungkin udah pulang duluan kali," kata Dani menebak.

"Gue duluan!" Harjuna langsung bergegas berdiri, meninggalkan ketiga temannya yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kepergian Harjuna.

"Eh, kok gue nggak yakin ya Kumala itu beneran adiknya," celetuk Dani seraya mengelus-elus dagunya.

"Adik angkat sih kata dia."

"Sejak kapan? Kita udah temenan sama Harjuna, kenapa baru tahu sekarang. Dari dulu ke mana aja?"

"Apa jangan-jangan simpanan ya?"

"Heh! Nggak mungkin. Kumala cewek polos begitu, lo bilang simpanan. Mungkin selama ini Harjuna emang nyembunyiin aja." tegur Irgi pada Evan, tak terima Kumala dikatain simpanan. Karena ia yakin Kumala bukan tipe wanita seperti ini. Dilihat dari sikapnya yang sangat sopan, agak pendiam dan tidak neko-neko.

"Mungkin aja. Dia gadis miskin datang dari desa, terus merantau ke kota, karena nggak punya duit akhirnya jadi simpanan orang kaya kaya Harjuna," ujar Dani mendukung prasangka Evan, ditambahi bumbu plot yang dramatis.

"Dah lah, makin ngawur ngomongnya." Irgi meninggalkan kedua temannya, karena dikira obrolan mereka makin ke mana-mana.

***

Tidak ada. Kumala nyatanya tidak ada di rumah. Harjuna langsung menggas mobilnya menuju kediaman gadis itu–rumah kontrakannya. Harjuna mempunyai kunci cadangan rumah Kumala, dan ketika ia membukanya, tidak ada Kumala di dalam. Harjuna panggil-panggil pun tak ada jawaban. Laki-laki itu mendesah frustasi, bingung entah ke mana menghilangnya Kumala. Lagi, ia mencoba menghubungi Kumala, namun ponselnya tidak juga aktif.

Harjuna memeriksa lemari pakaian gadis itu, pakaian-pakaiannya masih utuh di sana. Tidak ada tanda barang-barangnya dimutasikan entah ke mana. Koper Kumala juga masih lengkap di sana. Yah, mengingat kejadian yang pernah dialami bertahun lalu, dimana Kumala menghilang dari Harjuna. Apakah gadis itu melakukan hal yang sama lagi kali ini? Kabur dan pergi menjauh dari Harjuna.

Tapi kenapa? Bukankah mereka sudah berbaikan? Bukannya tidak ada masalah lagi di antara mereka? Kenapa Kumala tiba-tiba menghilang lagi? Apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu?

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang