15. Ajakan Dara

4K 651 13
                                    

BAB 15

Mata Kumala menyipit kala melihat sosok tak asing yang berada tak jauh darinya. Orang itu melambaikan tangannya ke arah Kumala, seraya memamerkan senyum lebar.

"Itu si Dara itu kan?" tanya Amanda yang berjalan di samping Kumala, tampaknya pun menyadari keberadaan Dara. Bagaimana tidak, wanita itu berpenampilan yang cukup mencolok di antara sekumpulan siswa yang berlalu lalang, mengenakan kacamata hitam pula.

Awalnya ingin pura-pura tak melihat dan mengabaikan keberadaan Dara, namun Kumala akhirnya berjalan menuju wanita itu dengan sedikit ragu. Ada apa mencari Kumala sampai ke sekolah?

"Kak Dara?"

Dara tersenyum lebar pada Kumala. "Hai, mau pulang kan?"

Kumala mengangguk pelan, ia melirik Amanda yang sama bingung dengannya.

"Aku mau ngajak kamu jalan-jalan bentar, mau nggak?"

Mendengar ajakan Dara, Kumala dan Amanda lantas saling melirik.

"Eh, La, bukannya abis ini kita masih ada kerja kelompok ya di rumahnya Tulus?"

Dari lewat lirikan mata Kumala, tampaknya sahabatnya itu ingin ia menolak ajakan Dara. Jadi ia sedikit berbohong soal kata-katanya barusan.

"Ah, i-iya." Kumala mengangguk, langsung konek dengan maksud Amanda. "Sorry, Kak Dara. Kayaknya Kuma nggak bisa, soalnya masih ada kerja kelompok di rumah teman." Nada suaranya agak gugup, karena bohong--sesuatu yang jarang sekali dilakukan Kumala.

Terdengar helaan napas kecewa dari Dara, serta wajahnya yang tadi cerah seketika mendung.

"Kalau besok ada waktu, nggak? Kan besok sabtu, sekolah libur kan?"

Kumala menggeleng. "Sekolah Kuma nggak libur sabtu, Kak."

Lagi-lagi Dara mendesah berat, gagal mengajak Kumala.

"Atau nggak, minggu deh."

"Kak Dara kalau mau deketin kakaknya, ya udah kakaknya aja. Ngapain sih sok ngedeketin adeknya juga?"

Mendengar ucapan Amanda yang menyindir langsung, Kumala sontak menyenggolnya bahkan mencubit dikit lengan sahabatnya itu, dan justru mendapat protes dari Amanda.

"Loh, emang salah? Kan bentar lagi jadi keluarga. Ngomong-ngomong kamu siapa deh, kok jadi repot gitu?"

Disenggol balik, Amanda tak mau kalah.

"Saya calon kakak iparnya Kumala."

Raut wajah Dara seketika nampak geli. Ia memandangi Amanda dari bawah sampai atas dengan sebelah alis terangkat. Lantas tertawa sendiri. "Ya ampun, dek, dek... sekolah yang bener dulu ya. Jangan kebanyakan halu. Eh, ngomong-ngomong nama kamu siapa sih? Lupa saya, padahal waktu itu udah sempat kenalan, ya kan."

Amanda tak menjawab lantaran kesal. Ia memutar bola matanya, bodo amat dikata tidak sopan kepada orang yang lebih tua.

Kumala jadi tidak mengerti mengapa dua orang ini jadi saling serang.

"Ya sudah, besok aja, Kak. Sabtu. Kuma pulangnya cepat kok." Kumala langsung menengahi.

Dara akhirnya tersenyum lebar. "Kalau gitu, besok ya. Aku jemput kamu di sini."

Kumala mengangguk, mengiyakan ajakan Dara. Setelahnya, Dara pergi setelah melemparkan kiss bye kepada Kumala, namun memandang sinis ke arah Amanda.

"Dih, sok kecantikan!" Ketus Amanda, padahal orang yang ia maksud sudah menghilang di balik pintu mobil.

***
"Harjuna ulang tahunnya kapan, ya, Ku?"

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang