BAB 3
Harjuna menertawakan dirinya dengan miris. Kenapa ia menjadi serepot ini karena anak kecil? Kenapa dia mesti mencampuri urusan Kumala? Seharusnya ia lupakan saja kejadian menggenaskan beberapa hari lalu. Toh, tak ada yang mencarinya sebagai tersangka. Toh, ia hanya anak 16 tahun yang bisa saja bebas dari tahanan karena masih di bawah umur, dan juga tak sengaja melakukan kesalahan itu. Kenapa ia harus sejauh ini?
Benar, seharusnya Harjuna kembali ke masa sebelum kejadian itu seolah tidak terjadi masalah apa-apa. Seharusnya ia bisa tenang sekarang.
Harjuna menghisap cerutunya dan menghembuskan asapnya disertai dengusan kuat. Ia menoleh pada Kumala yang tidur dengan damai di jok mobilnya, berselimutkan jaket kulit milik Harjuna. Gadis kecil itu tampak nyaman sekali tidur di sana, seakan tak peduli akan bahaya yang bisa saja menyerangnya nanti. Atau mungkin tidurnya kali ini terasa lebih layak ketimbang yang sudah-sudah.
Saat ini mereka berada di pinggir jalan, mobil Harjuna terparkir sembarangan. Ia bingung hendak membawa Kumala ke mana. Kalau dibawa ke rumah Harjuna, ibunya bisa memarahinya lagi. Harjuna jadi tak bisa tidur, padahal ini sudah pukul dua dinihari. Lantaran sibuk memikirkan apa yang akan dilakukan besok.
***
"Kita mau ke mana, Kak?" Kumala bertanya seraya memegang tangan Harjuna.
Sejak setengah jam lalu, mereka mengitari jalanan. Harjuna bilang, mereka akan mencari tempat makan. Namun, keduanya sudah melewati banyak warung makan tapi tidak singgah, dan jelas membuat Kumala jadi penasaran mereka akan ke warung makan mana. Dia juga sudah lapar sekali. Namun ia sungkan menagih makan kepada Harjuna.
Pertanyaan Kumala tadi tak dijawab langsung oleh Harjuna.
Tak berapa lama kemudian, Harjuna berhenti. Begitu pula Kumala. Harjuna berjongkok, mensejajarkan tinggi badannya dengan Kumala.
"Capek?" tanya Harjuna seraya tersenyum kepada Kumala, yang dibalas dengan anggukan. "Kalau capek, Kuma tunggu di sini aja dulu. Biar kakak yang cari makan. Gimana?"
Kumala tampak berpikir sejenak. Lantas mengangguk kemudian. "Ya udah deh," balasnya singkat.
Setelah mendapat respon Kumala, Harjuna tak langsung pergi. Ia memandangi Kumala sejenak, tergambar raut mengasihani di wajah pemuda itu. Ia tersenyum paksa seraya mengelus rambut Kumala dengan lembut.
"Kumala duduk sini dulu, ya." Harjuna memindahkan Kumala di bawah pohon ceri agar terhindar dari sinar matahari yang begitu pekat. "Jangan ke mana-mana. Kakak nggak akan lama kok. Tungguin kakak, ya."
Kumala mengangguk. Ia menatap kepergian Harjuna sambil tersenyum. Baru kali ini ia menemui orang yang begitu peduli padanya. Apalagi ketika Harjuna membelai rambutnya, ia merasa disayang. Tak seperti bapaknya yang selalu memarahi Kumala.
Mematuhi perintah Harjuna tadi, Kumala duduk diam di tempatnya, seraya memandangi orang-orang yang berlalu lalang, serta kaki mungilnya berayun-ayun.
***
Katakanlah Harjuna seorang yang biadab. Ia meninggalkan Kumala sendiri tanpa berniat untuk menemuinya lagi. Sudah lebih sejam sejak Harjuna meninggalkan Kumala di bawah pohon ceri, Harjuna tak benar-benar kembali ke sana. Justru Harjuna bersembunyi di balik kemudinya, dan mengawasi Kumala dari jauh.
Kumala tampaknya sudah mulai gelisah dan tak sabaran di sana. Gadis kecil itu berulang kali berdiri melihat-lihat ke arah dimana Harjuna pergi tadi. Lalu kemudian duduk lagi. Hingga akhirnya, Kumala menangis sendirian di sana. Gadis itu sambil berbicara entah apa di tengah isakannya, Harjuna tak bisa mendengar jelas. Namun, Kumala seperti tak berniat pergi dari sana ataupun menyusul Harjuna. Mungkin saja, gadis kecil itu tetap pada janjinya dan berharap Harjuna datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERIKAT
Romance[status: revisi, re-publish, on going] Harjuna Mahendra punya kesalahan yang sangat besar kepada Kumalasari. Kesalahan yang mungkin tak 'kan bisa termaafkan, membuatnya seringkali mimpi buruk akan hal itu. Dengan kesediaannya, ia pun mengurus segala...