23 • "Kalau Papa masuk surga atau neraka?"

5.5K 497 90
                                    

"Saya mau ke Makkah, berkeliling-keliling Kakbah. Lalu melempar jumroh, U ... ular?"

"Ula, Wustha, Aqabah," sambung Ayesha.

"Sari ..., sari ...."

Ayesha yang sedang mencuci piring tergelak. "Nyanyinya yang benar dong."

"Salah ya, Ma? Yang benar apa?"

Setelah menghabiskan waktu dengan tidur siang bersama Kiara, Ayesha kembali bersikap biasa-biasa saja di depan anak itu. Tidak mungkin ia berbagi cerita pada Kiara. Ia juga berharap, Kiara tidak memahami apa yang tadi mereka ributkan di rumah Bagas.

"Sa'i, sa'i. Dari Shafa ke Marwah."

"Allah Maha Penyayang, sayangnya tak terbilang. Allah Maha Pengasih, tak pernah pilih kasih. Allah Yang Maha Tahu, tanpa diberitahu tahu. Yeay! Selesai." Kiara meletakkan krayon di tangannya.

"Udah sore, Kia mandi dulu sana. Habis mandi nanti Mama pesanin satai ayam."

"Oke, Mama. Setepen juga dibeliin ya, Ma. Biar dia makan satai ayam juga." Anak itu bergegas menuju kamar mandi. Kurang baik apa Kiara pada ayam peliharaan Papanya. Anak itu ingin si ayam itu makan satai ayam juga.

Rendi yang baru tiba di rumahnya, menatap bangunan itu. Terdengar suara nyanyian sumbang Kiara. Ia terdiam cukup lama di sisi sepeda motornya.

Rendi menatap kantung plastik di tangannya. Masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Saat tak sengaja melihat pedagang entah apapun itu, terkadang dirinya merasa didorong untuk membeli. Pada intinya, hatinya dan Kiara sama. Ia tahu apa yang gadis kecil itu inginkan, meskipun belum diutarakan, meskipun keduanya belum bertemu.

"Assalamu'alaikum."

Rendi terkejut saat mendapati ada seorang laki-laki lain yang duduk gelongsoran di teras. "Lo ngapain ngegembel di sini?!"

Fian mendongak. "Gue mau nginap, tapi belum dibolehin masuk sama Ayesha. Katanya dia belum minta izin sama lo, mau nungguin lo pulang."

"Masuk aja, gue bolehin kok, yuk," ajak Rendi.

"Tadi awalnya gue minta Ayesha buat telepon lo aja, tapi katanya HP dia ketinggalan di rumah bokap lo. Ya udah, gue nunggu di depan."

"Sejak kapan?"

"Belum lama kok. Sorry ya, soalnya gue belum dapat kontrakan baru, takut kalau di sana. Siapa yang gak takut, kalau tengah malam tadi ada tetangga yang suicide."

"Santai aja, Yan. Asalkan jangan kelamaan sih, bosan soalnya ketemu lo terus. Di mini market ketemu, di rumah ketemu. Udah kaya suami istri aja."

Fian bergidik dan memukulkan tas ranselnya pada Rendi.

Terlihat Ayesha menuruni tangga pelan-pelan, dengan Kiara ada di atas punggungnya. "Kalau jatuh, jangan nangis loh ya."

"Enggak, Mama. Kia enggak berat kok. Kan Kia masih kecil." Kiara tertawa dan langsung turun dari punggung Ayesha. "Hore!"

"Sekarang kita—eh? Ma-mau langsung ke kamar aja, Yan? Yuk, aku antar."

"Gue duluan ya, Ren," pamit Fian. Menepuk pundak Rendi dan mengikuti langkah Ayesha.

"Papa, salim." Kiara mengulurkan tangannya dan meraih tangan Rendi. "Papa bawa apa?"

Rendi mengulurkan kantung plastik di tangan kirinya. "Satai ayam."

Kedua mata anak itu berbinar. "Kia tadi diajak Om Fian beli satai ayam, tapi Mama enggak ikut. Ini buat Kia, Pa?"

"Iya. Buat kamu sama Mama."

Young parents || Versi BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang