36 • "Dadah!"

5.2K 321 11
                                    

Ucapan Rendi siang tadi terus terngiang di kepala. Ayesha membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap, anak-anaknya sudah tidur dan ini sudah tengah malam. Overthingking membuatnya tak bisa memejamkan mata.

Berbeda dengan Rendi yang sudah pulas, dipeluk dua anaknya.

Ayesha menggigit bibirnya dan kembali telentang, menyentuh perutnya. “Hamil lagi?”

Rendi menggeliat dan tak sengaja tangannya menyentuh leher istrinya, ia berjengit dan langsung duduk. “Kamu panas banget, Sha.”

“Hm? Panas?” Ayesha meletakkan tangannya di kening. “Biasa aja.”

“Ih, panas banget. Sebentar, jangan kemana-mana.” Rendi turun dari kasur dan mencari plester penurun panas. “Tangan kamu juga panas, jadi enggak bisa rasain kalau kening kamu juga panas. Kenapa belum tidur?”

“Pertanyaan kamu tadi siang bikin overthingking.”

“Yang mana?” Rendi meletakkan plester penurun panas di kening Ayesha, juga meletakkan termometer di ketiaknya.

“Pas aku muntah tadi.”

Rendi menyipitkan matanya. “Oh itu, soalnya tadi pagi kata Kiara kamu muntah-muntah, terus tadi siang muntah lagi. Kan aku jadi kepikiran sampai ke sana. Siapa tahu aja gitu.”

“Em ... coba besok aku testpack.” Ayesha memejamkan matanya dan menikmati pijatan Rendi kepalanya.

“Kayaknya kamu cuma masuk angin, Sha. Jangan mikir yang macam-macam.”

Kali ini terdengar tangisan tersedu-sedu dari lantai dua. “Pasti digigit beruang lagi,” gumam Rendi.

Segera ia menghampiri si sulung di kamarnya. Entah mengapa anak itu jika mimpi buruk, pasti menangis, pasti mimpi digigit beruang. Sepertinya karena Juan pernah bercerita tentang kisah asli Marsha and the Bear. Terus terbayang-bayang oleh anak itu.

“Beruangnya gigit lagi?” tanya Rendi begitu membuka pintu dan menyalakan lampu.

Kiara duduk di ranjangnya dengan air mata berderai. “Ini sakit.”

“Enggak ada beruang.”

“Bukan. Papa lihat ini.” Kiara menunjuk tangannya, terlihat bengkak.

“Ini kenapa?”

“Kia enggak tahu. Tadi pas bobok ada yang cubit.”

Rendi menyibak selimut dan mencari-cari sesuatu. Ternyata pelakunya adalah seekor lebah yang sudah gepeng. “Disengat lebah, coba kamu minggir dulu, takutnya masih ada lagi.”

“Itu di sana.”

Rendi menatap sebuah vas di dekat jendela. Ada beberapa bunga segar yang dihinggapi lebah. “Kamu dapat ini darimana?”

“Rumahnya Om Deni. Kia minta.”

Rendi membuka jendela dan mengusir lebah-lebah itu sekaligus bunganya. “Jangan bawa kayak gitu lagi. Bahaya, apalagi kalau adik-adik kamu yang disengat.”

“Maaf, Pa. Terus ini gimana? Tangan Kia jadi besar.”

Rendi mengoleskan minyak, membersihkan kasur Kiara, menyemprotkan pembasmi serangga dan menemani anak itu hingga kembali tidur.

Baru saja Rendi mampir ke dapur untuk minum, tangisan si tengah membahana. “Kenapa itu bocah?”

“Papa di sini, udah, jangan nangis lagi. Kasihan Mama lagi sakit.”

Rangga kembali berbaring setelah mendengar suara Papanya, kembali memejamkan mata. Mengoceh entah apa. Rendi menyahuti asal dan kembali ke tempatnya tidur tadi.

“Papa, nyen.” Gilang ikut bangun merangkak ke atas tubuh Rendi. “Nyen.”

Rendi menggaruk kepalanya. “Papa ambilin yang di botol ya, sebentar.”

“Enda. Nyen.”

“Nyen nya udah tutup,” jawab Rendi. Mengusap-usap punggung Gilang seraya melirik Ayesha.

“Nyen,” rengek Gilang.

“Aduh, Lang, jangan minta nenen sama Papa. Enggak bisa.” Rendi menurunkan bajunya yang berusaha disingkap Gilang.

“Mawu, mawu.” Kini Rangga ikut-ikutan meminta susu. Dua-duanya berusaha masuk ke dalam baju Rendi.

“Sha, help me! Tidak!” teriak Rendi saat perutnya digigit oleh dua anaknya.

🕊️❤️

Kiara yang sedang memakai sepatunya terus dilihat oleh Gilang. Hal menarik bagi anak itu, berbeda dengan Rangga yang asyik mengunyah sarapannya.

“Kak, ayo berangkat,” ajak Rendi yang sudah siap di atas sepeda motor.

“Sebentar.” Kiara berdiri dan mencangklong ranselnya. Salim dengan Ayesha dan mencium dua adiknya. “Kakak sekolah dulu.”

Gilang berlari mengejarnya. “Tut.”

Segera Ayesha membopong Gilang agar kembali ke tempatnya duduk tadi. “Kakak mau sekolah. Besok ikutnya kalau Papa bawa mobil.”

“Akak,” rengek Gilang. Berusaha melepaskan diri dari lilitan tangan Ayesha.

Kiara yang sudah duduk di boncengan sepeda motor menoleh dan melambaikan tangannya. “Dadah Mama, dadah Aga, dadah Gilang. Dadah kalian yang baca, Kia mau berangkat sekolah dulu!”

“Ceritanya Mama sama Papa udah selesai. Besok ketemu Kia di ceritanya Kia sendiri. Dadah semuanya!”

“Dadah!”

“Dadah!”

“Dadah!”

“Sampai jumpa lagi semuanya, terima kasih!” teriak Kiara sebelum sepeda motor melaju.

Setelah dua orang itu pergi, Ayesha membawa anak-anaknya masuk rumah. “Ga, pintunya ditutup yuk. Ceritanya Mama sama Papa udah selesai.”

“Dah?” Rangga mengangguk dan menutup pintu.

“Dadah!”







-Tamat-

Young parents || Versi BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang