24 • "Sakit hati apa obatnya?"

5.7K 494 56
                                    

Terimakasih atas vote dan komentar kalian.

Selamat membaca 🤓

Inti part yang sebelumnya tuh, Lina enggak suka sama Ayesha, hu-hu (╥﹏╥) ngomong langsung lagi kalau enggak suka. Mak jleb






"Indah sampai sekarang enggak pernah menstruasi."

Ayesha yang sedang menggosok pakaian menoleh, menatap Rendi yang entah sejak kapan berdiri di pintu. Sebuah permen Milkita rasa melon di tangannya. "Aku enggak suka kalau ada yang ngomong kayak waktu itu ke Indah."

"Dia nyolot karena sebenarnya dia sakit hati, dia kesinggung. Enggak seharusnya juga kamu ngomong kaya kemarin."

Ayesha melengos. "Aku enggak tahu, salah sendiri enggak cerita sama aku."

"Kalau aku cerita, kamu mau apa?"

Perempuan itu tak menggubris, kembali melanjutkan pekerjaannya. Begitu juga Rendi yang tidak meneruskan ucapannya. Keduanya sama-sama diam, entah apa yang dipikirkan.

"Mama kamu enggak suka sama aku," ucap Ayesha dengan napas tercekat.

"Pantesan aja, selama ini dia kayak gitu ke aku ...."

🕊️❤️

Kembali ke masa sebelum Kiara lahir

Ayesha berjalan menuruni tangga, hari sudah pagi dan rumah masih sepi. Perempuan itu melangkah menuju dapur, meja makan masih kosong. Tidak ada apapun di atasnya selain tempat sendok dan vas bunga plastik.

"Bu Marni enggak datang lagi?" gumamnya.

"Ini, Sha. Kamu masak gih, Mama mau siap-siap berangkat kerja." Lina yang baru datang dengan membawa sekeranjang sayuran langsung pergi setelah berucap. Lebih tepatnya memerintah.

"Aku yang masak?"

"Cuma kamu yang nganggur di rumah ini."

Ayesha mengangguk. Segera ia mengeluarkan sayuran dari keranjang dan mencucinya.

Setelah selesai memasak, perempuan itu berjalan ke depan. Tidak ada kendaraan apapun di garasi, hanya ada sepeda motor milik suaminya saja. "Loh? Udah pada berangkat? Sarapannya padahal udah matang ...."

Melihat selang air berserakan, segera Ayesha merapikannya. Lalu membersihkan garasi, menata alat-alat yang entah apa namanya, membuang botol bekas oli dan mencabuti rumput yang sudah tinggi.

"Rajin banget, Sha. Udah makan?" Kakek Adam datang dengan kantung kresek hitam.

"Belum. Nungguin Rendi, belum pulang."

"Telepon Juan aja, siapa tahu ketiduran di rumah Juan kaya waktu itu," saran Kakek Adam.

"Enggak punya nomornya, kek. Mungkin sebentar lagi." Ayesha tersenyum. Sejak memutuskan untuk berhenti kuliah, meskipun ditentang keras oleh Lina, Rendi memilih untuk bekerja pada Papa Juan. Membantu pria itu mengelola bisnis frozen food-nya.

"Ya udah, Kakek mau tanam ini dulu. Makanannya enak, nanti siang kamu enggak usah masak. Beli aja, kasihan kamu."

Ayesha mengangguk dan kembali berjongkok, meneruskan pekerjaannya yang sebentar lagi selesai.

Seorang pria bertubuh tinggi, tegap, berkulit putih dan mata sipit berjalan mendekati Ayesha. "Ayesha, kan, ya?"

"Eh?" Ayesha bergerak mundur. Merasa asing dengan pria keturunan Chinese di depannya. "Ada apa, ... Pak?"

"Ini, titipan dari Rendi." Pria itu mengulurkan sebuah kantung plastik. "Saya Papanya Juan."

"Oh, iya." Segera Ayesha mengambilnya. "Terima kasih, Om."

Young parents || Versi BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang