Ini panjang benget. 1600 an kata. Kalau kepanjangan, maaf yak :)
Kakek Adam berjalan mendekati cucu mantunya yang sedang berjongkok di samping rumah. "Ngapain, Sha? Cari undur-undur tanah?"
Ayesha mendongak. "Nyiapin pot bunga. Kiara disuruh bawa tanaman dalam pot ke sekolah. Mana ada undur-undur tanah di tempat kayak gini. Ada apa, kek? Mau minum teh lagi? Atau mau pulang?"
"Enggak. Cuma mau duduk aja."
"Duduk aja, kek. Enggak apa-apa. Tapi aku lanjutin ini ya, anaknya udah minta terus dari tadi."
"Rendi selama ini sama kamu gimana, Sha?" tanya kakek Adam. Ayesha langsung menghentikan aktivitasnya dan mencuci tangannya. "Sayang kok, kek. Pasti kakek udah tahu."
"Sama anaknya?"
Wajah Ayesha berubah sendu. "Dulu pas Kiara masih bayi, Rendi sayang banget. Pas dia pulang kerja, langsung digendong-gendong, diajak main sampai anaknya ngantuk. Pas Kiara udah bisa jalan dan setelah kita pindah ke kontrakan, Rendi makin sayang. Kiara selalu dibawain sesuatu kalau Rendi pulang kerja atau kuliah, hari Minggu pagi diajak muter-muter pakai sepeda motor. Ya meskipun dia sering usil sama anaknya, dia sering jahil, pokoknya sering ajak anaknya bercanda.
"Rendi itu sayang banget. Sampai tetangga suka gemas sendiri sama Rendi. Tapi aku enggak tahu kenapa, sekarang Rendi seakan-akan menjauh dari Kiara. Dia ciptain jarak, berubah acuh. Bahkan aku sama sekali enggak nyangka, kalau selama ini dia suka nyubit bahkan mukul Kiara. Aku selalu kecolongan. Setiap aku datang, pasti Kiara udah nangis kejer. Rendi bilangnya jatuh, kejedot, kejepit, atau yang lainnya. Aku percaya, karena bekas cubitannya enggak berbekas.
"Puncaknya, pas aku dipanggil sama gurunya Kiara di TK. Ada teman Kiara yang ngadu, katanya dia lihat tangannya Kiara warna ungu. Waktu itu Kiara memang selalu nolak kalau aku mau bantu dia mandi atau pakai baju, dia suka ngurung diri di kamar. Aku pikir, Kiara pengen ngegambar dan dia enggak mau diganggu. Ternyata enggak." Ayesha menunduk dan menyeka air matanya.
"Kiara takut ketemu Rendi?" Kakek Adam mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya. Ia berikan pada Ayesha.
Perempuan itu menggeleng. "Aku ditanya sama gurunya, kenapa ada bekas cubitan yang berbekas dan lebih dari satu di lengan Kiara. Aku sama gurunya ngira kalau itu dicubit temannya, karena Kiara memang pernah dinakalin. Dua hari kemudian, aku iseng tanya sama Kiara."
"Tangannya Mama putih," ucap Kiara. Kemudian mencium lengan Ayesha. "Wangi juga."
"Kalau tangannya Kia?"
"Enggak wangi. Kia juga mau wangi, Ma." Kiara mengambil minyak bayi wangi lavender di atas meja belajarnya. Ia berikan pada Ayesha.
Kening Ayesha berkerut saat bekas merah keunguan itu masih ada. "Ini kenapa?"
Kiara diam selama beberapa menit. Ia kemudian menatap Ayesha. "Tadi di sekolah, bu guru bilang supaya kita jadi anak yang jujur. Enggak boleh bohong."
Ayesha mengangguk pelan. "Terus?"
"Kia enggak mau jadi anak pembohong. Ini dicubit sama Papa. Soalnya Kia nakal."
Kini giliran Ayesha yang terdiam. "Kia bukan anak nakal."
"Tapi Papa selalu bilang kalau Kia anak nakal. Kia main sepeda sampai Maghrib, terus sepedanya Kia dirusakin sama Papa. Habis itu Papa cubit Kia, soalnya Kia nangis. Kata Papa, Kia anak nakal."
"Itu kapan?"
"Mama enggak di rumah, Kia lupa."
Ayesha mengingat-ingat kapan dirinya tidak di rumah. Kemungkinan saat dirinya menemani kakek Adam di rumah sakit saat diopname karena diare.
![](https://img.wattpad.com/cover/259855736-288-k430483.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Young parents || Versi Baru
De Todo#1 Versi baru! ------------------------------------------ Kisah Ayesha dan Rendi yang disatukan oleh si kecil Kiara. Kiara yang tingkahnya begitu menggemaskan, Rendi yang begitu menjengkelkan dan kekanakan, dan senyum paksa yang kadang Ayesha perlih...