Extra Part - 01 - Pacaran

4.5K 291 52
                                    

"Hai, sayang. Gimana hari ini?"

Ayesha menatap ponselnya, tidak ada sahutan dari seberang telepon. Ia beranjak dari kasur dan membuka gorden kamarnya. Kamar yang berhadapan dengan kamarnya terlihat gelap gulita. Bahkan gorden dan jendelanya belum ditutup. "Ren?"

"Masih napas, Ren?"

"Halo!"

"Rendi!"

"Maaf." Sosok berkaus putih tiba-tiba muncul di jendela. Ayesha tersentak ke belakang dan memegangi dadanya.

"Kamu ngapain?"

Di rumah sebelah, Rendi memperlihatkan kaus kaki di tangannya. "Aku rencananya besok mau tanding futsal. Nyari ini. Nyelip."

"Futsal dimana?" Ayesha duduk di jendela dan menatap lawan bicaranya.

"Buka ih jendelanya, muka kamu burem. Kayak masa depan."

Ayesha menghela napasnya dan membuka jendela kamarnya lebar-lebar. "Banyak nyamuk, Ren. Nanti takut ada lelembut masuk."

"Ya elah, Sha, masih aja percaya kayak gitu. Ini di kota, bukan di Jawa. Gak ada lelembut di sini."

"Depok itu letaknya di pulau Jawa, kan? Berarti masih bisa disebut Jawa dong."

"Iya deh, terserah. Cewek selalu benar dan cowok cuma bisa pasrah. Aku mau futsal bareng teman sekolah. Lawannya murid dari sekolah kamu."

"Oh ...."

"Kamu mau nonton?"

"Enggak. Lagipula, aku enggak bakalan dibolehin keluar buat nonton futsal sama Ibu. Ibuku enggak suka sepakbola, Ren."

"Nonton ya, besok aku minta Indah ajak kamu. Kan Indah anak kesayangan satu RT. Pasti sama ibu kamu dibolehin ajak kamu pergi."

"Terserah."

"Y."

"Itu kenapa lampu kamar enggak dinyalain?" tunjuk Ayesha pada kamar Rendi yang gelap gulita.

"Lampunya rusak, tadi ada Juan sama Rafi main. Kena botol shampoo, pecah deh lampunya. Malam ini aku pakai lilin. Eh, gimana kalau kita sekalian ngepet? Mumpung malam Jum'at. Kamu keliling dan aku jaga lilin, gimana?"

"Enggak deh, uangku masih ada. Lain kali aja kita ngepet date-nya."

"Di rumah ada siapa? Kok ada mobil banyak. Ada lima, terus sepeda motornya ada sepuluh."

"Teman-temannya Ayah, titip. Kan tadi pagi ada bus ke sini, jemput mereka yang mau family gathering. Aku sendirian di rumah."

Rendi yang tadinya sedang mengusap-usap keningnya sontak menoleh. "Aku ke sana ya. Modus bawain rantang isi sayur asem."

"Nyenyenye."

"Seriusan, tadi Bu Marni masak sayur asem buat makan malam. Pasti sebentar lagi—"

"Ren, lagi ngapain?"

Rendi menyimpan ponselnya ke dalam saku dan menutup jendela. "Cari lilin, Ma. Kenapa?"

"Oh? Kamarmu kok kayak goa, lampunya kenapa?" Lina menekan saklar dan tidak ada perubahan sama sekali.

"Rusak. Mama ada lilin?"

"Ye ... lilinnya kan dihabisin sama kamu. Buat mainan sama Indah kemarin sore. Beli ke warung aja, sekalian antar sayur ke rumah sebelah. Fitri sama Bian pergi, kasihan Ayesha di rumah gak ada yang masakin."

Rendi mengangguk semangat. "Mana?"

"Ya ayo ke dapur, ambil. Sekalian kamu nanti beli lampu. Kamar kayak kandang ayam, malah gelap kayak goa. Mama tunggu di bawah," ucap Lina.

Young parents || Versi BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang