21 • "Kalau Mama udah dewasa belum, Pa?"

5.3K 515 54
                                    

Hai, berjumpa kembali

Lina menatap cucunya yang nampak lesu. Ia menyentuh keningnya. "Kamu sakit?"

"Enggak. Sebentar ya, nek. Kia ambil boneka dulu." Kiara beranjak dari ruang keluarga.

Di depan kamar kedua orangtuanya, Kiara mengintip melalui celah pintu yang tidak ditutup rapat. Ia kemudian mengetuk pintu. "Mama ...."

"Eh, sini masuk. Bilang sama Papa."

Rendi yang baru selesai memakai bajunya menoleh. "Mau minta apalagi?"

Meskipun ragu, anak itu tetap masuk. Menghampiri Ayesha yang tengah melipat pakaian. "Mama yang bilang. Nanti Papa marah kalau Kia yang bilang," bisiknya pelan.

"Belajar berani. Bilang aja, ada Mama di sini."

Kiara menatap Rendi dan merapatkan tubuhnya pada kasur. "Papa, sepedanya Kia masih rusak?"

"Masih," jawabnya tanpa pikir panjang.

"Kia pengen naik sepeda lagi."

"Banyak kasus penculikan, di rumah aja. Enggak usah aneh-aneh."

"Tapi teman-teman Kia punya sepeda semua, besok libur naik sepedaan."

"Ya kamu enggak usah ikut. Bilang aja kalau sepedanya masih rusak, belum dibenerin. Pulang sekolah itu tidur siang, bukannya langsung keluyuran ke rumah teman. Udah, sekarang tidur sana. Udah malam."

"Kia bobok dulu ya, Ma. Kia bobok sama nenek," pamit Kiara.

"Memangnya sepeda Kiara rusaknya gimana? Biar aku yang bawa ke bengkel."

"Enggak usah. Aku aja yang bawa. Tapi belum bisa kalau dalam waktu dekat."

Ayesha menggaruk pipinya. "Sepedanya rusak kenapa, sih?"

Ia hanya tahu jika sepeda kiara rusak, kedua roda sampingnya patah dan keranjangnya pecah. Tapi sampai sekarang, Kiara tidak mau menjawab kenapa sepedanya bisa seperti itu.

Rendi menyalakan rokoknya sembari mengingat-ingat.

Rendi mengendarai sepeda motornya sembari bersiul, saat melewati lapangan, ia menoleh. Masih ada banyak anak-anak yang bermain di sana, padahal hari sudah gelap. Salah satunya adalah Kiara. Segera ia berbelok.

"Pulang, udah sore!"

Kiara yang tadinya sedang mendengarkan cerita temannya langsung mendorong sepeda roda empat miliknya ke jalan raya. Setelah itu mengayuhnya sekuat tenaga ke rumah. Teman-temannya juga langsung membubarkan diri karena bentakan Rendi tadi.

Rendi yang tiba di rumah terlebih dahulu menanti Kiara di tengah halaman. Melipat tangannya di depan dada. "Matanya dipakai, udah gelap. Sebentar lagi Maghrib!"

"Kia udah mandi kok," jawab Kiara.

"Kalau udah mandi ya di rumah aja, nonton kartun. Malah naik sepeda. Lapangan tadi itu jauh. Sekarang masuk, mandi!"

"Sepeda Kia, sepeda Kia!" jerit Kiara saat sepedanya dirampas oleh Rendi.

"Masuk, mandi lagi sana!"

"Papa, itu sepeda Kia." Kiara mengejar Rendi yang membawa sepedanya ke belakang rumah.

Tangisan Kiara semakin keras saat dua roda samping sepedanya patah. "Sepedanya Kia jangan rusak."

"Telinganya dipakai. Mandi!"

"Enda, Kia mau—hua!" Anak itu mengusap lengannya yang baru saja dicubit lalu dipelintir oleh Rendi. Diseretnya anak itu ke dalam setelah melempar sepedanya ke gudang.

Young parents || Versi BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang