Ayesha tengah sibuk memotong-motong sayuran untuk dijadikan teman mie yang berendam di air panas. Ia menunduk saat merasakan ada yang menarik bagian bawah celana panjangnya. Tangannya mengambil tahu yang sudah ia kukus. Berjongkok dan memberikannya pada balita yang sedang senang-senangnya berjalan itu.
"Duduk yang anteng ya."
Balita itu mengangguk. Sore tadi rambutnya lurus, tapi kini terlihat kembali kriwil. Biasa, jika rambut basah akan berubah lurus. Jika mulai kering, mulai menggulung.
"Makan apa tuh?" Rendi yang baru datang berjongkok di depan balita itu. "Makan ta ...."
"Iiii."
Mulut Rendi menganga lebar. "Kok ta ... i?"
"Iiii. Hi-hi."
"Tahu."
"Uhu."
Rendi menarik-narik rambut yang sepertinya per menggantung itu. "Tahunya enak?"
"Um ...." Balita itu mengangguk-angguk.
Rendi mengusap-usap rambut putrinya yang wangi strawberry. Rasanya seperti ingin menggigit ataupun menjilat rambut yang begitu halus itu. Wanginya mirip permen. "Loh, habis?"
Balita itu kembali menadahkan tangannya. "Tapa ...."
"Tahunya masih, Sha?"
"Habis."
"Tapa, uhu ...."
"Tahunya habis, besok lagi."
Sepertinya balita itu kesal, ia merangkak meninggalkan dapur yang menyatu dengan ruang makan. Kiara Arsyla Khanza, namanya. Balita yang kemarin merayakan ulang tahun yang kedua. Kiara, si penyuka tahu dan bubur sumsum. Kiara, mainan baru bagi Papanya. Kiara, si penyuka binatang bernama kadal.
Kiara sudah bisa berjalan dan berlari, tapi entah mengapa hari ini malah lebih suka merangkak. Mungkin karena melihat binatang kesukaannya berjalan dengan merayap.
Rendi ikut merangkak di samping Kiara. "Ayo balapan!"
Kiara menjerit senang, dengan senang hati ia mempercepat gerakan kaki dan tangannya. Tanpa menatap sekeliling.
Dugh
Tangisan Kiara menggema, hampir menyaingi suara petir di luar sana. Rendi yang kelabakan langsung membawa Kiara ke gendongannya. "Udah ya, cup cup ...."
"Kenapa?" Ayesha mendekat dan mengulurkan tangannya.
"Kejedot lemari TV. Enggak lihat jalan, ha-ha hi-hi, malah nabrak." Rendi berlari menuju dapur. Tak ingin disalahkan.
Rendi kembali ke ruang tamu, sekaligus ruang keluarga itu. Di tangannya terdapat nampan berisi dua mangkuk mie muah. Ada mangkuk plastik kecil yang masih kosong, untuk Kiara nanti. Matanya melirik Kiara yang nampak seperti orang yang baru saja menemukan oase di gurun pasir.
Karena lirikan Papanya, Kiara menutupi dot susunya dengan telapak tangan. "Mau mie?" tanya Rendi.
Melihat mangkuk yang mengepulkan asap itu, Kiara turun dari pangkuan Ayesha. Ikut duduk di atas karpet. "Mienya Kia."
"Mimimi."
"Mie atas, mie bawah. Mie depan, mie belakang. Mie ciut, ciut, ciut. Mie gulung, gulung, gulung." Ayesha bernyanyi seraya menepuk tangannya.
Rumah sederhana ini sudah ditempati mereka selama satu tahun, terasa hangat dan nyaman. Setelah sempat bersitegang dengan kedua orangtuanya, akhirnya Rendi membawa istri dan anaknya tinggal di sebuah rumah kontrakan. Lumayan jauh dari rumah Bagas, rumah ini berada di jauh dari hiruk-pikuk kota Depok. Istri Rendi enggan untuk tinggal di kota.
![](https://img.wattpad.com/cover/259855736-288-k430483.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Young parents || Versi Baru
De Todo#1 Versi baru! ------------------------------------------ Kisah Ayesha dan Rendi yang disatukan oleh si kecil Kiara. Kiara yang tingkahnya begitu menggemaskan, Rendi yang begitu menjengkelkan dan kekanakan, dan senyum paksa yang kadang Ayesha perlih...