Ayesha tersenyum saat melihat Kiara keluar dari area sekolah bersama teman-temannya, terlihat asyik mengobrol.
Rencana beberapa waktu lalu, baru terealisasi sekarang. Perempuan itu berjalan mendekat. “Kia.”
“Eh?” Kedua mata Kiara berbinar. Ia langsung berlari mendekat tanpa berpamitan dengan teman-temannya. “Mama jemput Kia? Rangga enggak nangis? Gilang udah bobok ya?”
Anak kelas tiga sekolah dasar itu terlihat begitu senang. “Assalamu’alaikum, Mama cantik.”
Ayesha terkekeh. “Bisa aja kamu. Wa’alaikumussalam. Mau langsung pulang?”
“Enggak jadi pulang bareng?”
Ayesha menoleh ke arah seorang anak laki-laki yang terlihat gagah itu.
“Enggak jadi. Udah dijemput Mama.”
“Oke.”
Setelah anak itu pergi, Ayesha menyenggol lengan Kiara. “Kamu biasanya pulang bareng dia?”
Kiara menggeleng. “Kemarin Kia nunggu Papa jemput, duduknya sama dia. Terus, karena Kia belum dijemput, Kia diajak pulang bareng. Minta diantar ke toko Papa. Dia murid baru, Ma. Kakak kelas empat. Namanya ... em ... siapa ya?” Anak itu menggaruk-garuk kepalanya.
“Baru?”
“Iya. Ayo kita pulang, Ma, nanti Rangga nyariin, terus Gilang bangun. Kasihan Papa di rumah sendirian, nanti malah Papa ikut nangis.”
“Papa itu bukan kamu. Yang kalau jagain adik-adik malah ikutan nangis.”
Kiara nyengir lebar. “Soalnya Kia bingung, Ma, harus apa. Kia enggak mau galak. Enggak bisa gendong juga, soalnya berat. Mereka gendut-gendut.”
“Ya udah, ayo.”
Anak itu menurut saja saat Ayesha membawanya masuk ke mobil asing, yang katanya taksi online. Bukannya menuju rumah atau toko, tapi berhenti di depan salah satu Mall.
“Papa di sini?” tanya Kiara setelah mereka masuk. Menatap sekeliling dan mencari-cari sosok Rendi.
“Kita beli baju, yuk. Udah lama enggak jalan-jalan beli baju.”
“Buat siapa?”
“Kamu. Kemarin katanya pengen kerudung kayak punya Mama ini buat pergi-pergi, kita beli, yuk,” tunjuk Ayesha pada kerudung segiempat yang ia pakai.
“Wah! Kia mau dua!” Tak sengaja anak itu menunduk, menatap asa yang tidak beres dengan kaki Ayesha. “Kaki Mama bintik-bintik.”
Ayesha mengangkat sedikit rok birunya. “Ini kaus kaki, bukan kulit Mama.”
Kiara berjongkok dan menarik sesuatu yang bintik-bintik itu. “Bukan kaki?”
“Bukan. Kamu tuh kayak Papa, pas tahu kalau Mama pakai kaus kaki gambar bunga mawar, dia kaget. Dikiranya kaki Mama terluka, padahal kan gambar.”
“Papa lebay ya, Ma.”
“Ya ... kadang lebay banget sih. Apalagi kalau lihat serangga.”
Selesai membeli kerudung yang Kiara inginkan, keduanya melangkah ke restoran cepat saji. Membeli apapun yang Kiara inginkan, ayam krispi satu bungkus besar, pizza, kentang goreng dan sosis.
Selama perjalanan pulang, Kiara terus bercerita tentang kegiatannya di sekolah. Tentang teman-temannya, kakak kelasnya yang sering mengajaknya bermain sepak bola, bu guru yang galak, dan masih banyak lagi.
“Ma ....”
Ayesha yang hendak membuka gerbang menoleh. Menatap Kiara yang sudah berubah murung, keceriaannya tadi entah hanyut kemana. “Ada apa?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Young parents || Versi Baru
Diversos#1 Versi baru! ------------------------------------------ Kisah Ayesha dan Rendi yang disatukan oleh si kecil Kiara. Kiara yang tingkahnya begitu menggemaskan, Rendi yang begitu menjengkelkan dan kekanakan, dan senyum paksa yang kadang Ayesha perlih...