Double publish, biar cepat kelar. Aku kehabisan kuota, belum ada transferan juga, hu-hu :(
Makanya enggak bisa update dari lama. Ngirit kuota, soalnya kalau buka Wattpad, pengen sekalian nyari isi perpustakaan. Kadang gak ingat waktu, ujug-ujug kuota habis, he-he :)
Sekian curhatan dari aku. Ini lagi numpang hotspot sama orang baik ^^
"Oh iya, Sha. Tentang Mama yang gencar banget minta cucu lagi. Sebenarnya ... Mama kayak gitu karena enggak mau Indah minder dan kecil hati. Dengan kita punya anak lagi, Indah enggak mungkin digunjing sana-sini karena belum nikah dan cucunya Mama masih satu. Maunya Mama itu, Kiara punya adik, terus adiknya sama kita. Sedangkan Kiara sama mereka, buat ngeramein rumah Papa. Apalagi sekarang Mama di rumah aja, udah enggak kerja lagi, pengen bisa main sama Kiara. Tapi anaknya enggak mau kesana kalau enggak sama kamu. Takutnya kamu kesepian di rumah."
"Kamu udah cerita sama Mama kenapa Kiara belum punya adik?" tanya Ayesha.
"Udah. Dia ... ngomel ini-itu, Papa cuma diam dengerin, kakek cuma lihatin. Ya ... ini memang salah aku. Penyesalan datangnya pasti terakhir. Apa yang aku lakuin di masa lalu, aku pikir enggak ada efeknya suatu saat nanti. Ternyata ada. Huft!"
"Aku adalah anak gembala, selalu riang serta gembira. Karena aku senang bekerja, tak pernah malas ataupun lengah. La lala lala la la. La lala lala lala lala. Setiap hari kubawa ternak, ke padang rumput di tepi bukit. La—Papa jemput Kia sekolah?!" Kiara yang tadinya berjalan sembari menyanyi langsung berlari mendekati kedua orangtuanya yang bersandar di kap mobil.
"Assalamu'alaikum," ucapnya. Meraih tangan Rendi untuk ia cium. "Papa enggak kerja?"
"Kerja, tapi mau jemput kamu dulu. Gimana sekolahnya?"
Wajah anak itu langsung cemberut. "Pa, Kia pengen sekolah esde. Enggak mau sekolah teka lagi."
"Umur kamu sekarang berapa tahun?" tanya Rendi, berlutut di depan Kiara.
"Enam tahun."
"Bulan Juli nanti, kamu masuk SD."
Kedua anak itu berbinar. "Oh ya? Sekarang bulan apa, Ma?"
"Masih September. Masih lama, sayang."
"Kia pengen sekolah esde, bajunya bagus. Pakai topi, terus upacara bendera. Habis itu, temannya banyak banget. Papa dulu sekolah esde gak?"
"Iya dong. Itu, sekolah Papa." Rendi menunjuk sebuah sekolah dasar di sebrang jalan.
"Wah! Temannya Papa banyak?"
Rendi mengangguk. "Ada Om Gio, Om Juan, Om Rafi sama Om Beni."
"Om Deni bukan teman Papa ya? Kasihan ..., Terus, sekarang Om Gio kemana, Pa? Kia enggak pernah lihat. Udah meninggal?"
"Heh, enggak boleh gitu," tegur Rendi. Anak itu tertawa saat tubuhnya diangkat ke dalam mobil. "Papa biasanya juga kaya gitu, kalau yang jual ayam bakar enggak kelihatan."
"Om Gio di luar negeri. Soalnya adiknya sakit, dia kerja di sana sambil temani adiknya berobat. Om Gio sayang banget sama adiknya. Besok, kalau Kia punya adik, harus disayang ya."
Kiara mengangguk. "Ini mobil siapa? Papa kan punyanya mobil yang cuma ada kepalanya aja. Papa pinjam?"
"Mobilnya nenek. Makanya doain Papa, biar bisa beli mobil."
"Kia selalu doain Papa. Kata Mama, setiap selesai salat, Kia enggak boleh langsung pergi, harus berdoa dulu. Doain Mama sama Papa."
Ayesha memberikan sebuah kotak bekal. "Dimakan. Jangan cerita terus. Nanti lagi ceritanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young parents || Versi Baru
Acak#1 Versi baru! ------------------------------------------ Kisah Ayesha dan Rendi yang disatukan oleh si kecil Kiara. Kiara yang tingkahnya begitu menggemaskan, Rendi yang begitu menjengkelkan dan kekanakan, dan senyum paksa yang kadang Ayesha perlih...