Ada saran game offline yang seru gak? 😁
Sesi pembacaan ayat suci Al-Quran baru saja selesai dilaksanakan, kedua calon pasangan suami-istri sama-sama mengembuskan napas perlahan. Jantung keduanya berdetak dengan cepat, bahkan tangan terasa begitu dingin. Hari ini, organ tubuh bernama jantung berkerja lebih keras daripada hari-hari sebelumnya. Semoga, dia tidak lelah.
Sambutan dari pihak laki-laki diwakili oleh Adam, sedangkan dari pihak perempuan diwakili oleh salah kakak Abian—Pak Dhe Arif, datang langsung dari Jogja. Rendi melirik Ayesha yang sejak tadi nampak menunduk. Ia tersenyum kecil, kurang dari satu jam, keduanya akan sah menjadi pasangan suami-istri.
Dan Ayesha hari ini, begitu cantik. Memakai kebaya khas Yogyakarta, sedangkan Rendi memakai beskap. Benar-benar lengkap. Acara hari ini digelar di sebuah rumah makan, hanya dihadiri oleh keluarga dan tetangga.
Welcome lembarah baru. Good bye, lembaran lama.
Ayesha memilin tisu di tangannya. Ia baru tahu, ternyata ada sambutan, juga khutbah pernikahan sebelum prosesi ijab kabul. Di cerita fiksi yang biasanya ia baca, hanya prosesi ijab kabul saja. Itu juga maharnya terkadang membuat dirinya melongo. Ada salah satu seserahan dari Rendi yang menarik perhatian tamu undangan. Yaitu, sebuah boneka Keroppi yang seukuran tas ransel.
Boneka Keroppi. Jika laki-laki lain memberikan seserahan tas, maka Rendi memberi boneka. Juga, novel berjumlah sembilan puluh sembilan.
"Sha, kok tanggung banget. Cuma segitu, tambah satu lah. Nanti biar pas seratus."
Ayesha menggelengkan kepalanya. "Nanti, yang keseratus, itu novel buatan kita sendiri. Novel tentang kisah kita. Kamu mau, kan? Bantu aku nulis di Wattpad?"
"Pasti, Sha. Watpret itu yang kaya apa?"
Berita kabar pernikahan mereka ternyata tidak terlalu menggemparkan warga Perumahan Kamboja. Banyak juga orang-orang di sana yang menikah di usia muda. Tapi, sukses membuat gempar warga RT 62, tempat asal kedua orangtua Ayesha.
"Masnya sudah siap?"
Lamunan Ayesha buyar, ia kembali menatap penghulu dan juga sang Ayah. Ia tidak fokus mendengarkan khutbah. Apakah pengantin yang lain juga gugup seperti dirinya? Atau begitu berbunga-bunga hingga tidak sabar untuk segera sah? Rasanya campur aduk.
"Siap."
"Itu yang duduk di belakang, Mba nya cantik loh. Enggak mau ganti?" Pak penghulu yang wajahnya mirip dengan penghulu di sinetron sinetron itu menaik turunkan alisnya.
"Enggak lah," sahut Rendi terdengar sewot. Seketika suara tawa terdengar.
"Yakin?" tanya penghulu. Kembali menaik turunkan alisnya. "Mumpung belum sah lho ...."
Rendi menggelengkan kepalanya. Mengusap keringat di keningnya. Keringetan, tapi di dekatnya ada kipas angin besar.
"Beneran?"
"Bisa langsung dimulai, pak?" tanya Rendi, meletakkan kedua tangannya di atas meja. Ingin rasanya segera menyambar tangan Abian.
Lagi-lagi suara tawa terdengar menggema, Ayesha mengulum bibirnya. Rendi sepertinya tidak sadar jika tengah digoda. Ia juga mendengar suara cacing di perut Rendi yang sepertinya menabuh rebana. Ikut syukuran di dalam sana.
"Pengen cepat-cepat sah?"
Rendi menunduk, wajahnya memerah bahkan sampai ke telinga. "Pengen cepat-cepat makan, perut gue krucuk krucuk."
Pagi tadi Rendi menolak saat diminta sarapan. Padahal hari sebelumnya ia juga tidak mau makan sama sekali. Mungkin grogi.
"Bismillahirrohmanirrohim."

KAMU SEDANG MEMBACA
Young parents || Versi Baru
De Todo#1 Versi baru! ------------------------------------------ Kisah Ayesha dan Rendi yang disatukan oleh si kecil Kiara. Kiara yang tingkahnya begitu menggemaskan, Rendi yang begitu menjengkelkan dan kekanakan, dan senyum paksa yang kadang Ayesha perlih...