Raina melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah yang sudah tertutup dengan nafas memburu. Dia melihat jam yang melingkar pada pergelangan tangannya.
"Telat lima belas menit" guman pelan gadis itu. Pasalnya tadi pagi Raina telat bangun dan bukannya langsung mandi dia harus mencuci pakaiannya terlebih dahulu karena di rumah itu dia tak di layani seperti kakaknya. Niatnya ingin nebeng bareng kakaknya juga pupus saat pembantu rumah tangganya memberi tahu jika kakaknya itu telah berangkat dari tadi.
Raina sekarang hanya mondar-mandir di depan gerbang dan berteriak memanggil satpam sekolahnya.
"Pak bukain pintu dong" minta Raina memelas.
"Duh neng nya udah telat lima belas menit. Kalopun saya kasih masuk nanti kamu juga bakal di hukum sama guru BK"
"Gakpapa pak saya di hukum aja dari pada nggak sekolah"
"Yaudah neng sini masuk"
"Makasih ya pak. Bapak baik banget deh" ucap Raina sambil tersenyum.
"Sama-sama neng. Lain kali jangan telat"
"Oke" Raina mengacungkan jempolnya sambil berjalan masuk.
"Raina kenapa kamu masih berkeliaran di luar?" tanya pak Muklis guru BK super killer.
"Maaf pak saya telat" ucap Raina jujur dengan cengiran.
"Kamu ini. Kalo mau cari ilmu itu yang sungguh-sungguh jangan seenaknya. Kamu pikir ini sekolah nenek kamu?!" Marah pak Muklis.
"Saya sih berharapnya begitu pak"
"Berani jawab ya kamu!!"
"Kan bapak tanya ya saya jawab dong, nanti kalo nggak saya jawab dikiranya saya sombong"
"Kamu. Sudah sana puter lapangan 10 kali!!" titah pak Muklis dengan menggeram marah.
Raina pasrah menerima hukuman dari pak Muklis. Toh ini memang salahnya yang bangun kesiangan.
Raina kini mulai menjalankan hukumannya. Nafas gadis itu naik turun menghirup oksigen. Keringat sudah merembes membanjiri pelipisnya.
"Duh capek banget. Mana tadi berangkat udah capek lari sekarang di suruh lari lagi" gerutu Raina.
Tak sengaja mata gadis itu melihat seorang cowok yang tak lain adalah Dirga. Sepertinya cowok itu juga baru saja berangkat, tapi mengapa dia tak di hukum seperti dirinya. "Apa karena dia anak pemilik sekolah? Dasar tidak adil" cibir Raina.
Raina mencari-cari keberadaan Dirga yang tiba-tiba menghilang. "Kemana dia?"
Fyuhh....
Hembusan nafas dari belakang tengkuk Raina membuat gadis itu reflek langsung membalikkan tubuhnya. "Kak Dirga!!" pekiknya kaget.
"Kenapa lihatin gw terus dari tadi? Suka Lo?"
Raina hanya diam tak menanggapi ucapan Dirga. Dia masih ingat cowok ini yang mempermalukannya kemarin malam. Tentu saja Raina sangat marah, ingin sekali ia membalas cowok yang ada di depannya ini, tapi ia bisa apa, cowok yang di depannya ini memiliki kekuasaan.
"Budek Lo?" tanya Dirga lagi.
"Ngapain kakak kesini?" bukannya menjawab, Raina malah balik bertanya.
"Suka-suka gue dong. Ini kan sekolah juga milik bokap gue"
"Terserah kakak" ucap Raina tak mau mendapatkan masalah lagi.
"Mau kemana Lo?" cegah Dirga memegangi lengan Raina yang ingin melanjutkan hukumannya.
"Lanjut lari" jawab Raina malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda R
Teen FictionNggak maksa buat follow, tapi nggak mau pura-pura kepencet gitu? Hehe. Selayaknya bunga yang butuh waktu untuk mekar tapi belum tentu akan mekar dengan sempurna atau malah gugur sebelum waktunya. Dan aku seperti bunga itu. Kelopakku gugur sebelum...