Part 29

192 37 127
                                    

"KYAAA......DASAT BRENGSEK!! MESUM!! PENJAHAT KELAMIN!!"

Dirga tersentak bangun membuka matanya. Hal pertama yang ia dapatkan adalah suara jeritan Raina dan pukulan bantal pada wajahnya bertubi-tubi.

"APA YANG LO LAKUIN BRENGSEK!!" Raina terus saja memukuli Dirga tanpa ampun dengan napas memburu.

Dirga meringis merasakan sakit pada wajahnya. Walau hanya di pukul dengan bantal tetap saja menyakitkan. Apalagi cewek gila yang masih kesetanan ini terus saja berteriak tanpa henti.

"Hei, berhenti! Gue bilang berhenti anjing!" Dirga dengan kasar menarik kedua tangan Raina hingga gadis itu menabrak dada bidangnya.

Keduanya saling diam dan saling memandang dengan jarak yang sangat dekat. Dirga cukup menikmati momen ini sebelum Raina kembali berteriak dan meninju wajahnya.

Raina bergegas turun dari ranjang, mencari alat kejut listrik yang di berikan Dirga semalam dan mengarahkannya pada cowok itu.

Raina sangat panik. Saat matanya terbuka hal pertama yang di lihatnya adalah wajah Dirga yang tertidur sangat dekat dengannya. Padahal baru saja semalam cowok itu bilang tidak akan macam-macam, tapi lihat! Pagi ini Raina terbangun dengan Dirga yang juga tertidur satu ranjang dengannya.

Dirga memegangi hidungnya yang terasa retak. Jangan bilang kalo ini lebay. Tinjuan Raina memang sesakit itu. "Wow, oke oke tenang dulu." Dirga berusaha menenangkan Raina yang kesetanan. Astaga, cewek ini bahkan terlihat bisa membunuhnya kapan saja. Padahal dulu saat ia benar-benar menidurinya tak sampai seperti ini.

"Ngapain lo tidur di kasur gue!" Teriak Raina untuk kesekian kalinya. Baik, itu bukan pertanyaan tapi terdengar seperti nada intimindasi.

"G-gue." Aishh sialan! Kenapa gue malah gugup. Dasar tolol. Dirga merutuki dirinya sendiri. "Gue nggak ngapa-ngapain sumpah. Kemarin malem gue nggak bisa tidur di sofa. Gue udah terbiasa hidup mewah, mangkanya gue pindah tidur di kasur. Tapi sumpah demi apapun gue nggak ngapa-ngapain elo," ucap Dirga sungguh-sungguh berusaha menjinakkan singa betina yang ngamuk-ngamuk itu.

Tadi malam Dirga memang tak bisa tidur. Walau sempat terlelap sebentar, tapi dia terbangun lagi karena merasa tak nyaman tidur di sofa.

Raina memicingkan matanya, menatap Dirga penuh selidik. Lalu dia memperhatikan dirinya sendiri. Bajunya masih lengkap dan tak ada perubahan apapun pada tubuhnya. Raina masih terus meraba-raba tubuhnya sendiri, memastikan jika tubuhnya masih aman.

Dirga masih saja berdiri dengan ancang-ancang. Meskipun kini Raina terlihat sudah jinak, tapi ia tak mau ambil resiko jika gadis itu menyerangnya kembali. Raina beralih menatap Dirga, membuat cowok itu reflek mundur.

"Beneran lo nggak ngapa-ngapain gue?"

Dirga hanya mengangguk seperti orang bodoh.

"Oke gue percaya."

Hah semudah itu? Oke ini lebih baik daripada melihatnya ngamuk-ngamuk. Pikir Dirga.

Dan keduanya kini malah terdiam. Dirga yang terdiam karena memang takut jika nanti tiba-tiba cewek di depannya ini mengamuk lagi, sedangkan Raina terdiam karena bingung juga mau bersikap bagaimana.

"Terus?" Tanya Dirga.

"Terus apa?"

"Kita mau kayak gini terus?"

"Gini gimana?"

"Ya diem terus kayak gini."

Raina memandang Dirga, begitupun Dirga yang memandang Raina. Oke sekarang keadaannya menjadi  awkward.

Tertanda RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang