Semua laki-laki itu sedang, pernah, dan akan menjadi bajingan. Apa kalian setuju?
***
Revan berjongkok di depan Raina. "Haha...lo kenapa sih? Kayak lihat setan aja."
Raina cemberut memoyongkan bibirnya. "Ishh kak Revan juga ngapain ngejar gue?!" Kesal Raina.
"Ya elo, gue panggil malah lari. Ya gue kejar."
"Kan gue malu tahu!"
"Malu kenapa? Karena dandanan lo kayak pemuja setan?"
"KAK REVAN!!"
"Hahaha oke oke maaf. Yaudah sini berdiri."
"Nggak bisa. Sakit." Tunjuk Raina pada lututnya yang berdarah.
"Kenapa bisa berdarah?"
"Kan jatoh!" Sungut Raina. Terkadang Revan ini sangat telmi.
"Oh...sakit? Masa gitu doang nggak bisa berdiri sih."
"Yaudah kalo nggak mau nolongin." Kesal Raina.
Tanpa banyak bicara, Revan menyelipkan tangannya di kedua ketek Raina, membawa gadis itu berdiri lalu menggendong Raina di depan seperti anak kecil. Raina yang takut terjatuh reflek mengalungkan tangan dan kakinya, membuatnya seperti koala yang nemplok di pohon.
"K-kak turunin. Malu di lihat orang-orang."
"Kenapa malu? Lo dandan gini aja nggak malu, masa cuma gue gendong malu. Seharusnya lo bersyukur Rai, kapan lagi bisa nemplok-nemplok sama orang ganteng kayak gue. Mana lo pegangannya erat banget lagi. Udah nggak sabar ya. Iya-iya nanti ya kalo udah sampai kamar," ucap Revan ambigu.
Raina menampar mulut Revan cukup kuat hingga berbunyi nyaring. "Mulutnya kalo ngomong."
"Sakit tauk Rai. Minta cium." Revan memoyong-moyongkan bibirnya di depan Raina.
"Apa!" Raina memelototkan matanya galak.
Brak
"Aww pantat gue!" Raina mengelus bokongnya yang mendarat di kursi dengan kasar. "Lo ngapain ngejatuhin gue hah?!"
"Syuttt, diem. Itu balesan karena udah nampar bibir seksi gue sekaligus tanda kasih sayang dari gue."
"Kasih sayang apaan?! Lo__"
"Udah diem. Duduk di situ aja, oke. Jangan kemana-mana." Revan berlalu dari hadapan Raina.
Raina hanya cengo melihat kepergian Revan. Keinginannya untuk pipis sekarang juga sudah hilang.
Raina memutar pandangannya karena sedari tadi merasa ada yang memperhatikannya. Matanya bertemu dengan mata tajam Dirga. Cowok itu hanya memperhatikan Raina tajam tanpa berkedip. Raina bergidik ngeri.
"Dasar cowok aneh."
"Siapa yang aneh?"
"Astaga, kak Revan! Lo ngagetin gue tahu nggak!"
"Enggak. Siapa yang aneh?"
Raina mengalihkan pandangannya menatap lagi pada tempat Dirga berdiri, tapi cowok itu sudah tak ada.
"Nggak tahu. Nggak kenal."
Revan mengikuti arah pandang Raina, lalu berbalik menatap gadis itu lagi.
"LO MAU NGAPAIN?!" Pekik Raina keras karena Revan tiba-tiba berjongkok di hadapannya dan menyingkap rok yang ia pakai.
Revan langsung saja membekap mulut Raina. "Heh diem! Lo mau semua orang gebukin gue karena ngira gue mau merkosa lo. Gue cuma mau ngobatin lutut lo. Nggak usah lebay."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda R
Teen FictionNggak maksa buat follow, tapi nggak mau pura-pura kepencet gitu? Hehe. Selayaknya bunga yang butuh waktu untuk mekar tapi belum tentu akan mekar dengan sempurna atau malah gugur sebelum waktunya. Dan aku seperti bunga itu. Kelopakku gugur sebelum...