Raina kini di hakimi oleh satu kelas karena telah menghilangkan buku tugas yang seharusnya di kumpulkan kemarin. Bukan menghilangkan lebih tepatnya buku-buku itu di sabotase oleh iblis tampan.
"Gue gak mau tahu ya Rai pokoknya lo harus tanggung jawab. Lo harus kerjain ulang tugas gue, enak aja gue udah capek-capek ngerjain malah di suruh ngulang gara-gara lo" ucap nyolot Haikal si ketua kelas.
"Iya Rai lo harus tanggung jawab. Bisa-bisanya tugas satu kelas lo rusakin kayak gitu. Kita juga capek Rai ngerjainnya" timpal murid lain yang ikut memojokkan Raina.
"Bener banget. Mana tugas Bu Sari banyak banget lagi, tangan gue sampai encok tau"
"Tau nih Rai di suruh ngumpulin tugas gitu aja nggak becus lo"
"Gue gak mau tau pokoknya lo harus ngerjain ulang tugas kita"
Itulah kata-kata yang di dapatkan Raina saat memasuki kelas. Kata-kata dari teman-teman sekelasnya yang seolah memojokkan Raina, seolah gadis itu sepenuhnya salah dalam hal ini, padahal dia juga korban.
"Gak bisa gitu dong. Kasian Raina kalo Lo suruh ngerjain semua tugas satu kelas" bela Ika.
"Ya itu kan emang salah dia" timpal Soraya yang sepertinya paling semangat menyalahkan Raina.
"Dia kan juga gak sengaja kali nyet" Kara ikutan nyolot ngebela Raina.
"Dan Lo juga Fa udah tau kalo tugasnya banyak ngapain Lo limpahin semua ini ke Raina?" kali ini Laras yang bersuara sambil menunjuk ke muka Syifa.
"Gue gak mau tau pokoknya lo yg harus ngerjain tugas gue" tunjuk Soraya tepat di muka Raina. "Lo harus tanggung jawab" ucapnya sambil mendorong buku ke dada Raina sampai gadis itu sedikit mundur dari tempatnya berdiri.
"Nih kerjain juga tugas punya gue" ucap Haikal dan mendorong bukunya ke arah Raina seperti yang di lakukan Soraya tadi, di susul dengan Syifa yang melakukan hal yang sama.
Lalu murid-murid yang lain mengikuti apa yang mereka lakukan melemparkan buku mereka ke arah Raina sampai berjatuhan. Dan gadis itu masih saja diam tanpa melakukan pembelaan ataupun protes atas perlakuan teman-temannya. Teman? Apakah mereka masih bisa di sebut sebagai teman?
"Woi apa-apaan Lo pada!" teriak Aya untuk memprotes perlakuan mereka.
"Ini gak sepenuhnya juga salah Raina kali. Lo semua apa-apaan sih. Ambil lagi gak buku-bukunya!" Sarah pun ikut membela Raina, tapi lihatlah tak ada satu pun orang di sana yang mendengarkan perkataannya.
"Udah gak papa kok aku bisa nyelesaiin ini semua" ucap Raina dengan senyum tipis.
"Seharusnya Lo itu lawan mereka dong tadi, kenapa malah diem aja?"
"Percuma Ras, ini kan emang salah aku"
"Lo kenapa sih Rai pasrah banget di gituin. Ini nih penyebab Lo selalu di jadiin kalah-kalahan sama murid lain" ucap Ika gregetan dengan tingkah temannya yang sangat pasrah.
"Aku cuma gak mau nambah masalah. Yaudah ya aku mau ngerjain ini dulu biar cepet selesai" Raina memunguti buku yang berserakan di lantai lalu berniat ingin pergi dari sana namun langkahnya terhenti.
"Lo itu temen kita Rai. Gak mungkin kita ngebiarin Lo susah sendirian" ucap Ika lalu mengambil beberapa buku di tangan Raina. "Gue bantuin yah"
Setelah itu teman-teman Raina yang lain juga ikut mengambil beberapa buku di tangan Raina sampai buku di genggaman gadis itu tinggal separuh bagian dari awalan tumpukan.
"Sorry ya Rai gue cuma bisa bantu tiga buku soalnya entar malem gue ada acara" cicit Aya merasa tak enak.
"Gak pa-pa lagi Ay, aku juga udah seneng kamu mau bantuin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda R
Teen FictionNggak maksa buat follow, tapi nggak mau pura-pura kepencet gitu? Hehe. Selayaknya bunga yang butuh waktu untuk mekar tapi belum tentu akan mekar dengan sempurna atau malah gugur sebelum waktunya. Dan aku seperti bunga itu. Kelopakku gugur sebelum...