Dirga mengerjap-ngerkapkan matanya. Cowok itu menguap, mengucek matanya yang masih terasa berat.
"Eumm....jam berapa ini?" tanya cowok itu dengan suara serak.
Dirga merasakan dirinya yang memeluk sesuatu. Cowok itu menunduk mendapati tubuhnya yang sepenuhnya melingkari tubuh mungil seorang gadis. Tubuhnya yang kecil membuat dia tenggelam dalam tubuh besarnya. Entah kenapa jantungnya mulai berdetak tak sesuai ritme seharusnya.
Dipandanginya wajah Raina dengan seksama. Bisa di bilang tak ada yang istimewa dari gadis ini, tapi entah mengapa gadis ini selalu bisa menarik perhatiannya. Walau dirinya tak mengungkapkan ketertarikannya secara gamblang dan malah lebih suka mengungkapkannya dengan menjahati gadis ini. Menurutnya itu lebih seru untuk dilakukan.
Dirga sedikit melonggarkan pelukannya secara perlahan. Dia setengah bangun dengan menggunakan tangannya sebagai topangan. Dirinya menyamping menatap Raina. Agak lama cowok itu memandangi wajah polos gadis dihadapannya.
"Anggep aja gue khilaf."
Perlahan cowok itu menundukkan kepalanya mendekati ceruk leher Raina. Dirga membelai rambut gadis itu, menyingkirkan beberapa rambut yang menutupi lehernya. Jemari cowok itu menyentuh leher putih gadis itu. Dengan pasti, bibir Dirga perlahan mengecup leher gadis yang masih terlelap dalam tidurnya itu. Sekali kecupan membuat sengatan aneh dalam dirinya. Dua kali kecupan membuat dirinya penasaran. Tiga kali kecupan membuatnya ingin lagi, dan kecupan yang keempat membuatnya gila.
Dirga terus saja mengecupi setiap inci dari kulit leher Raina. Dirinya menggeram merasakan sesuatu dalam dirinya yang memberontak ingin menerkam gadis ini. Ciuman Dirga semakin dalam, bahkan cowok itu memberi Raina kecupan basah. Hal itu membuat Raina melenguh dalam tidurnya. Perlahan mata gadis itu terbuka. Mengerjap-ngerjap lucu dengan bulu mata lentik yang mengundang untuk dicium. Iris gelap kecoklatan itu menatap kearah Dirga yang masih sibuk dilehernya. Raina sontak saja langsung mendorong tubuh Dirga.
Dirga mengumpat kesal karena aktifitas menyenangkannya diganggu.
Mata cowok itu beralih menatap Raina tajam, tapi hanya sebentar sebelum wajah itu berubah menjadi salah tingkah.
Dirga berdehem untuk mereda kegugupannya. "L-lo kenapa lihatin gue kayak gitu?!"
"Lo nggak ngapa-ngapain gue kan?" tanya Raina curiga sambil memegangi lehernya.
"Nggak usah asal nuduh. Gue ketiduran, mungkin nggak sengaja meluk lo tadi."
"Oh ya?"
"Ya!"
Raina memicingkan matanya. "Terus kenapa sekarang masih nempel-nempel?" ucapnya lengkap dengan tatapan menuduh.
Dirga sempat gelagapan, tapi sedetik kemudian senyum miring terbit di wajah cowok itu. Dirga menatap Raina lekat. Hal itu membuat Raina ngeri-ngeri sedap.
"Lo nggak inget?"
"Apa?"
Dirga semakin mendekat, mengungkung gadis itu dibawahnya, membuat Raina kembali telentang. Wajah cowok itu kini berada tepat diatas wajah Raina. "Tadi lo yang peluk-peluk gue saat lo tidur. Bahkan lo ndusel-ndusel di dada gue." Bohong Dirga.
Raina ternganga tak percaya. Nggak mungkin dirinya melakukan hal itu, tapi bisa jadi juga kan. Dirinya tertidur dan tak ingat apa-apa.
"Ng-nggak mungkin."
"Oh ya? Mau gue praktekan lagi biar lo ingat?"
Dug!
Raina memukul kepala Dirga keras hingga cowok itu mengaduh kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda R
Teen FictionNggak maksa buat follow, tapi nggak mau pura-pura kepencet gitu? Hehe. Selayaknya bunga yang butuh waktu untuk mekar tapi belum tentu akan mekar dengan sempurna atau malah gugur sebelum waktunya. Dan aku seperti bunga itu. Kelopakku gugur sebelum...