Terkadang aku sampai lupa jalan pulang, dan sedikit membuatku tersesat di jalan.
Tertanda R
***
Yang komen nyuruh pakai Google Maps, tak mutilasi ya kamu nanti.***
Saat Dirga selesai mengantar Raina pulang, dan baru saja menapakkan kakinya di depan pintu rumah orang tuanya, dia sudah di sambut dengan seorang cowok yang menatapnya dingin, bersandar pada pintu. Siapa lagi kalo bukan Revan.
"Papa udah nunggu di dalem," ucap Revan.
Dirga tak menghiraukan ucapan Revan. Dirinya bahkan tak sedikitpun melirik cowok itu dan berlalu kedalam begitu saja.
Revan hanya bisa menghela napas lelah melihat kelakuan Dirga. Beban di pundaknya seolah bertambah.
Revan masuk kedalam rumah, menuju ke ruang keluarga. Disana sudah ada papa, dan bundanya, tentu saja Dirga juga sudah duduk di ujung sofa dengan wajah datarnya. Revan memutuskan duduk di samping Dirga walau cowok itu terlihat tak suka.
"Dirga, bunda senang lihat kamu mau kesini," ucap Lestari dengan nada lembut.
"Nggak usah sok baik di depan gue," balas Dirga dengan nada tajam.
"Dirga!" Nikolas memperingati putranya itu.
Dirga hanya mendengus sinis kearah papanya.
"Papa mau bicara serius sama kalian berdua. Tapi sebelumnya, papa mau tanya ke Dirga dulu." Nikolas menatap putranya.
"Benar kamu beberapa minggu belakangan ini suka bikin onar di sekolahan?"
"Benar," jawab Dirga singkat.
"Kamu beberapa kali juga kekantor buat bikin rusuh di sana?"
"Iya."
Rahang Nikolas mengeras mendengar jawaban putranya yang amat santai seperti itu. "Papa dapat laporan bahwa kamu juga ikut balap liar belakangan ini. Apa itu juga benar?"
"Benar."
Nikolas membanting gelas kopi yang ada di tangannya, membuat Lestari yang berada di dekatnya berjengkit kaget. "Mau kamu apa Dirga?! Kamu selalu saja bikin onar, selalu saja bikin kekacauan. Bisa nggak sekali saja kamu nurut sama papa?!"
"Pa." Lestari memperingati suaminya itu agar tak tersulut emosi dengan mengelus lengan Nikolas.
"Nggak bisa," jawab Dirga, masih mempertahankan sikap dinginnya.
"Kamu!! Kalo kamu masih nggak mau nurut sama papa. Kamu bakal papa kirim ke London."
"Lihat. Sekarang papa ngebuang anak kandung papa sendiri." Dirga tersenyum mengejek kearah papanya. "Selamat, Tante udah berhasil mempengaruhi papa saya."
"Dirga, jangan kurang ajar kamu sama mamamu!!"
"Kenapa? Kenapa selalu Dirga yang salah pa? Revan juga sering bikin onar di sekolahan, tapi papa pernah nggak marahin dia? Pernah papa banding-bandingin dia sama Dirga? Enggak kan pa?"
"Revan bikin ulah karena dia punya alasan, sedangkan kamu memang mau bikin rusuh. Dan lagi kenapa papa harus bandingin Revan sama kamu? Dia jauh lebih baik dari kamu!"
Dirga menatap papanya tajam. Jika dulu saat dia merasa terpojok seperti ini, pasti dirinya akan berlari kearah mamanya dan memeluk wanita itu sebagai perlindungan, tapi sekarang dia harus lari kemana? Mamanya sudah meninggalkan dia sendiri. Dirga tak punya tempat lain untuk bersandar selain kepada mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda R
Teen FictionNggak maksa buat follow, tapi nggak mau pura-pura kepencet gitu? Hehe. Selayaknya bunga yang butuh waktu untuk mekar tapi belum tentu akan mekar dengan sempurna atau malah gugur sebelum waktunya. Dan aku seperti bunga itu. Kelopakku gugur sebelum...