Part 33

237 32 102
                                    

Pagi harinya Dirga dan Raina berangkat ke sekolah bersama. Raina menatap tangannya yang sejak tadi di genggam terus menerus oleh Dirga seolah Raina akan menghilang jika cowok itu melepaskannya.

"Lo nggak bakal lepasin tangan gue?"

Dirga menghentikan langkahnya membuat Raina ikut berhenti, lalu cowok itu menoleh menatap Raina. "Kenapa emangnya? Inget lo pacar gue."

Raina mendengus sebal. Entah sudah keberapa kalinya Dirga mengucapkan kata itu. Sejak malam dimana Dirga berkata bahwa ini adalah pacaran sungguhan, dan sejak cowok itu memeluk tubuh Raina serta mendusel-ndusel pada ceruk lehernya hingga tertidur. Dirga selalu saja mengingatkan bahwa dia adalah pacarnya.

"Tapi gue mau ke kelas. Kelas kita kan beda arah."

"Gampang, tinggal gue anter lo sampai depan bangku."

Raina memelototkan matanya. Apa-apaan cowok ini. Seenaknya saja. Kemarin saja Raina kesusahan menjelaskan kenapa bisa ia berciuman di toilet dengan cowok ini. Apalagi nanti jika teman-teman Raina tahu kalo dirinya sudah berpacaran dengan Dirga. Bisa pingsan di tempat nanti teman-temannya.

"Nggak usah. Gue bisa sendiri."

Dirga tak menjawab ucapan Raina. Cowok itu lebih memilih langsung menyeret Raina kearah kelas gadis itu.

Di dalam kelas Raina yang semula sangat berisik mendadak sepi seketika saat dirinya dan Dirga masuk. Dengan cuwek Dirga membawa gadis itu ke bangkunya, mengabaikan pandangan penasaran dari banyak pasang mata.

"Ini bangku lo kan?"

"I-iya," jawab Raina gagap karena salah tingkah melihat pandangan teman sekelasnya.

Dirga mendudukkan Raina di kursi. Mengelus rambut gadis itu, lalu menunduk mendekatkan bibirnya ke telinga Raina. "Belajar yang rajin biar pinter," bisik cowok itu yang dapat di dengar semua orang. Dengan posisi yang masih membungkuk, Dirga mengecup pipi Raina cepat lalu pergi begitu saja meninggalkan penghuni kelas itu yang ternganga termasuk Raina.

Belum sampai Dirga melewati pintu, cowok itu berbalik dan berkata dengan lantang. "Sekarang Raina cewek gue. Jangan pernah ada yang ganggu dia." Lalu pergi begitu saja.

Setelah beberapa detik hening, tiba-tiba.....

Brakk....

"Jelasin!!"

Kini semua mata mengarah pada Sarah karena gebrakan meja juga seruan keras gadis itu.

Raina sudah ingin kabur, tapi dua temannya dengan cepat mencekal kedua lengannya.

"Mampus. Gue harus gimana ini? Dasar cowok sialan! Dirga sialan!" Raina terus saja memaki dalam hati.

Untung saja saat teman-teman Raina menyeret dirinya untuk di interogasi, guru yang akan mengajar di kelasnya datang. Raina menghembuskan napas lega, tapi sedetik kemudian menelan ludahnya kasar saat melihat Sarah dan Kara menatapnya tajam seolah berkata Hari penghakimanmu telah tiba. Tunggu saja saat bel istirahat. Raina bergidik ngeri melihat kedua temannya itu.

Tanpa Raina sadari, sedari tadi ada pasang mata yang menatapnya tak suka karena mendengar kabar ini. Seseorang itu mengepalkan tangannya kuat hingga buku jarinya memutih.

***

Raina sudah merengek-rengek kepada temannya untuk di lepaskan, tapi apa boleh buat. Temannya ini sangat kepoan dengan hidupnya.

Sarah dan Kara hanya menatap datar Raina yang terus saja merengek seperti bocah.

"Oke-oke gue jelasin. Gue sama kak Dirga emang udah pacaran. Dari semalem. Kak Dirga datang ke apartemen gue waktu itu, terus dia ngajak gue pacaran, dan gue terima."

Tertanda RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang