Part 20

293 49 167
                                    

Tuhan aku butuh plester. Sakit ini sudah keterlaluan.

~Raina Viloxyka~

Cahaya matahari menerobos lewat celah-celah gorden membuat gadis yang masih terlelap itu menggeliat di dalam tidurnya. Mata cokelat itu perlahan terbuka, tampak sembab dan bengkak karena terus saja menangis hingga terlelap.

Raina menatap langit-langit kamar, tubuhnya terasa remuk. Ingatannya tertuju pada kejadian semalam. Perlahan air mata gadis itu kembali turun. Mungkin sekarang ia tak pantas di sebut gadis lagi. Mengingat fakta itu membuat tangisan Raina semakin kencang hingga terisak.

Dirga yang merasa terganggu dengan tangisan Raina terbangun dari tidurnya. Cowok itu menguap lalu matanya menatap seorang gadis yang tengah menangis tersedu di sampingnya.

Dirga menggelengkan kepalanya karena masih pusing akibat terlalu banyak minum alkohol semalam.

"Apa yang terjadi?"

Mata cowok itu menelisik keadaannya dan juga keadaan Raina. Dirga membolakan matanya ketika mendapati dirinya yang telanjang, dan mungkin cewek yang di sampingnya ini juga masih telanjang.

"Astaga apa yang gue lakuin"

"Rai" panggil Dirga.

Raina yang terlarut dalam tangisnya kini menoleh kearah Dirga. Dirinya sampai tak tahu jika cowok itu telah bangun. Mata Raina kini menatap Dirga benci.

"Lo nggak..."

"Apa?! Puas kamu udah hancurin aku. Puas kamu udah bikin masa depan aku hancur. PUAS KAMU UDAH PERKOSA AKU HAH?!!." Raina meluapkan semua emosinya. Gadis itu sekarang benar-benar membenci cowok yang ada di hadapannya itu. Cowok yang telah merusak dirinya.

"Gue nggak sengaja Rai. Lagian semalam gue juga mabuk, gue kira Lo Raisa. Udahlah kita lupain aja kejadian ini. Anggep semuanya nggak pernah terjadi"

Apa cowok itu bilang? Anggep semuanya tak pernah terjadi? Dia telah menghancurkan hidup seseorang dan dengan lancangnya dia berbicara seperti itu.

Bukannya meminta maaf dan memberikan kata-kata menenangkan, Dirga malah membuat suasana hati Raina makin memburuk.

Gadis itu kembali menangis dengan pilu, menenggelamkan wajahnya di atas lutut. Terlihat sangat rapuh dan hancur, ditambah lagi banyaknya noda merah yang ada ditubuh Raina semakin membuatnya menyedihkan.

Dirga mengacak rambutnya frustasi.

"Rai bisa berhenti nangis nggak?! Kepala gue pusing!"

Bukannya berhenti Raina malah semakin sesegukan kala mendengar suara Dirga. Suara yang mulai detik ini sangat dibencinya.

Raina bangkit dengan melilitkan selimut pada tubuh telanjangnya. Tanpa melihat kearah Dirga ia bergegas memunguti pakaiannya dan berjalan kearah kamar mandi dengan tertatih karena rasa perih di bagian intinya.

Setelah beberapa menit akhirnya Raina keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Namun setelah mandipun tak merubah keadaan gadis itu. Bercak merah pada leher Raina terlalu banyak dan mata Raina tetap bengkak walau sudah terguyur air dingin.

"Buka pintunya," pinta Raina dingin.

Dirga mengernyitkan alisnya bingung. Ada apa dengan gadis ini.  Kenapa berubah dingin seperti ini. Masa bodoh lah yang penting dirinya sekarang tak mendengar tangisan berisik Raina.

Dirga berjalan kearah pintu, menekan beberapa sandi sebelum akhirnya pintu apartemennya terbuka. Sebelum Raina melangkah pergi Dirga lebih dulu menahan tangan gadis itu.

Tertanda RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang