Part 10

271 73 36
                                    

Brukk....

Tubuh Raina terpental ke belakang hingga membentur tembok bilik kamar mandi.

"Akkhh" wajah Raina mendongak saat rambutnya di tarik kencang cewek di depannya.

"Lo mulai berani ya sekarang. Anak baru kemarin sore aja dah belagu deket-deket sama Dirga, dasar cewek murahan Lo. Bisa-bisanya main nyosor aja ke Dirga!!" tarikan Melisya semakin kencang membuat Raina meringis menahan sakit.

"Aku gak nyium kak Dirga kak. Tadi itu dia bohong"

Plak!!

"Awwss" Raina meringis memegangi pipinya yang memanas.

"Terus gue percaya gitu sama omongan Lo. Dasar cewek cupu, sampah gak guna!!" tangan Melisya yang mau menampar kembali pipi Raina terhenti kala Raina mencekal pergelangan cewek itu.

"Aku gak bohong tadi itu beneran cuma salah paham, dan kenapa juga kakak semarah ini. Emang kakak siapanya kak Dirga?"

Salah. Seharusnya Raina tak usah menjawab itu akan menyebabkan dirinya semakin dalam masalah.

"Berani banget ya Lo sama gue!!" geram Melisya semakin marah. "Lo berdua peganging cewek cupu ini!!" titah Melisya kepada antek-anteknya.

"Kak, Kakak mau ngapain? Lepasin aku kak" berontak Raina bergerak kesana kemari mencoba lepas dari cengkeraman dua cewek di samping kiri dan kanannya.

Plak

Plak

Plak

Tiga tamparan mendarat di pipi Raina hingga sudut bibir gadis itu berdarah. Bahkan hidung gadis itu juga ikut memerah.

"Diem Lo. Atau mulut Lo gue robek!!"

Melisya mengeluarkan permen karet lalu mengunyahnya, sambil memakan permen itu ia mengeluarkan sebuah sepidol permanen.

"Kayaknya gue lagi pengen ngelukis" kata Melisya menyeringai. "Gua gambar apaan ya?" tanyanya sambil mengetuk-ngetukkan spidolnya pada kening Raina. "Ah...gue tahu"

Melisya terus saja mencoret-coretkan sepidolnya pada wajah Raina.

Plak

"Lo bisa diem gak!! Lihat nih kan jadi kecoret tulisannya" kesal Melisya.

"Lepasin aku kak. Aku gak punya salah sama kakak tapi kenapa kakak lakuin ini sama aku?" Raina masih saja memberontak dari cengkeraman dua antek Melisya.

Melisya langsung saja mencengkeram kuat dagu Raina. "Gak punya salah kata Lo? Buta Lo!! Lo udah berani deketin Dirga berarti Lo udah ngibarin bendera perang buat gue ngerti gak?!!"

Sentakan kasar Melisya membuat kepala Raina oleng menyamping. Kepala gadis itu kini sedikit pusing karena tamparan, jambakan, dan kini sentakan pada kepalanya. Ingin sekali rasanya Raina menangis tapi ia tak ingin terlihat lemah walau nyatanya gadis itu memang lemah dan tak bisa melawan.

"Udah yuk guys cabut" ucap Melisya meninggalkan Raina. Tapi sebelum pergi Melisya menyempatkan menempel permen karetnya di rambut Raina dan mengguyur gadis itu dengan air.

Raina berdiri di depan wastafel memperhatikan wajahnya yang penuh corat coret seperti gambar janggut juga tahi lalat besar di pipinya tak lupa tulisan jalang di dahinya membuat Isak tangis lolos dari bibir mungil itu. Ia sudah berkali-kali mencoba menghilangkan coretan itu tapi tak bisa, ini harus di hilangkan dengan alkohol.

"Hiks.....salah aku apa? Padahal aku hiks....nggak pernah ganggu hiks....mereka"

Raina tak ingin lebih lama meratapi nasibnya. Ia harus bergegas mencari alkohol di UKS untuk menghilangkan semua coretan ini sebelum ada orang yang datang. Ia mengambil jaket beserta masker yang ada di dalam tasnya untuk menutupi kekacauan ini, lalu menguncir rambutnya yang basah kuyup agar tak terlalu berantakan, Raina juga menyisir poninya dengan jari untuk menutupi tulisan di dahinya. Setelah dirasa cukup ia bergegas menuju UKS.

Tertanda RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang