Kedua bunga cantik di halaman rumah keluarga itu sekarang mulai layu.
~Tertanda R~
Benar saja, keesokan harinya Dirga menjemput Raina dengan mobil mewahnya. Dan yang lebih parah lagi, kenapa juga cowok itu seolah ingin muncul sekeren mungkin. Seperti saat ini, baju keluar, dasi longgar, rambut acak-acakan, gelang kain yang melingkari tangan seksinya, dan jangan lupakan tatap matanya yang__entahlah, kalian pasti sudah tahu maksudnya.Raina sebenarnya lebih menyukai cowok yang rapi, tapi cowok ini mengubah penilaiannya pada cowok berantakan. Memang benar, mau berpenampilan seperti apapun kalau wajah mendukung tetap saja keren. Apalagi jika saldo rekening juga mendukung, pasti akan sangat sangat keren.
Bahkan jika Raina bisa mendengar isi pikiran seseorang, pasti sekarang para cewek-cewek yang memperhatikan mereka sejak baru turun dari mobil sedang menjerit histeris karena melihat cowok di sampingnya ini.
Raina mendengus sebal. "Nggak usah sok keren."
"Apa?"
"Nggak usah sok kecakepan. Kenapa juga sih elo dandan kayak gini."
Dirga mengangkat sebelah alisnya. Nih cewek kenapa lagi?
"Apanya? Gue selalu tampil kayak gini."
Raina memalingkan wajahnya kesal. Aishh sebenarnya dirinya hanya tak mau mengakui kalo Dirga memang selalu muncul tampan seperti ini.
Raina terkesiap saat tiba-tiba saja Dirga menarik dirinya dalam dekapan cowok itu. Raina menatap Dirga, mencoba untuk protes, tapi tak sempat saat suara Dirga kembali terdengar.
"Hai Sa."
"Um, hai. Kalian berangkat bareng?"
"Iya. Kan sekarang Raina pacar gue."
"Pacar?"
"Iya. Maaf gue baru kasih tahu lo sekarang."
Raisa masih tak percaya. Bagaimana mungkin, adiknya saja sangat benci dengan Dirga. Dan sekarang mereka malah pacaran? Yang benar saja.
Raisa beralih menatap Raina, mencoba meminta penjelasan.
"Bener, kita pacaran baru kemarin."
Entah apa yang Raisa rasakan sekarang. Dirinya senang akhirnya Raina bisa jauh dari si bajingan Revan, tapi dia juga merasa sedikit tak rela. Dirga adalah orang yang selalu ada untuknya. Bahkan disaat terpuruk pun cowok itu yang selalu ada di sampingnya. Dia hanya tak siap kehilangan perhatian cowok itu.
"Wah, Selamat ya. Jagain adik gue," ucap Raisa dengan senyum yang terlihat menyedihkan. Entahlah, dia bingung harus bersikap apa. "Gue balik ke kelas dulu."
"Sa."
Raisa berbalik. "Ya."
Dirga melepas pelukannya pada Raina lalu melangkah mendekat pada Raisa. "Ini kenapa?" Tanya Dirga sambil memegang pelipis Raisa yang lebam.
"Gak pa-pa. Ini nggak sengaja kepentok pintu."
"Beneran?"
"Iya. Gue duluan, bay." Raisa langsung saja berlari dari sana.
Raina tahu kakaknya itu tak baik-baik saja.
"Rai, lo mau kemana?"
Tak menjawab pertanyaan Dirga, Raina tetap berlari mengejar kakaknya.
"Stop! Kak, berhenti!" Raina menarik kasar tangan Raisa hingga gadis itu berbalik. Dia melihat mata Raisa yang sudah berkaca-kaca. Benar kan jika gadis ini tak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertanda R
Teen FictionNggak maksa buat follow, tapi nggak mau pura-pura kepencet gitu? Hehe. Selayaknya bunga yang butuh waktu untuk mekar tapi belum tentu akan mekar dengan sempurna atau malah gugur sebelum waktunya. Dan aku seperti bunga itu. Kelopakku gugur sebelum...