32

2K 124 18
                                    

"a lot has changed, but i'm still here"

Berkat handphone milik Karina. Jeno dengan cepat menemukan keberadaan mereka. Ia membawa Jaemin dan Chenle sebagai bantuan. Ketiganya datang menemui Karina yang tergeletak dilantai dengan Sehun diatasnya, dan dapat dilihat darah mengalir dari mulut Karina.

Dengan sigap, mereka mengeluarkan pistol dan menembak ketiga titik vital Sehun, menewaskannya ditempat. Jaemin segera berlari meraih Karina menyelamatkan gadis itu, begitu juga Chenle yang meraih Hyein dan membawanya menuju mobil.

Tapi Jeno masih punya tujuan lain yaitu Siyeon. Pandangannya jatuh pada sebuah pintu besar yang ada di kamar itu. Ketika ia membuka pintu itu, pemandangan mengerikan ada di depan matanya.

-o0o-

Jeno mendapati Siyeon tebaring bersimbah air yang telah bercampur darahnya sendiri di dalam bathtub, matanya menatap langit-langit kamar mandi berlampu kristal dengan tatapan kosong. Air didalamnya telah berubah menjadi merah pekat, Jeno bahkan tidak mampu melihat tubuh Siyeon. Nafas wanita itu pendek dengan kulit yang pucat pasi.

"Siyeon!"

Jeno mengangkat tubuh Siyeon dari bathtub itu dan membaringkan tubuh lemah itu di lantai porselen kamar mandi. Kaki tangannya terikat, dan Jeno dapat merasakan dinginnya air yang ada disana. Ia lepaskan tali tambang yang mengikat tangan dan kaki Siyeon. Dapat dilihatnya banyak goresan luka di kaki dan sayatan pada pergelangan tangan. Sambil merengkuh tubuh itu Jeno juga masih bisa merasakan aliran darah dingin mengalir dari belakang kepala Siyeon. Gaun putih gading yang dikenakan Siyeon sudah berubah menjadi sesuatu yang mengerikan.

Jeno merengkuh tubuh itu dalam pelukannya. Berharap keajaiban hadir diantara mereka. Ia mengerang frustasi, tidak mungkin membawa Siyeon dalam keadaan seperti ini. Ia menatap nanar luka di kaki Siyeon, terbesit dalam pikirannya bahwa mimpi sang ballerina akan hancur ketika ia kehilangan kakinya. Hingga sebuah bisikan lembut menjadi obat bagi segala kecemasannya.

"Jeno..."

Siyeon menggenggam tangan Jeno dengan lemah. "Bertahanlah Siyeon, untukku, untuk Hyein." tangis Jeno.

"Aku... akan pergi"

"Kita akan bersama! Kita akan tinggal di Paris bersama, hanya kita bertiga"

Jeno seakan menolak fakta, bahwa Siyeon telah sampai di ujung jalan.

"Karina... Karina harus tetap hidup, untukmu dan Hyein" tutur Siyeon.

Siyeon tersenyum, dan ia cantik. Dimata Jeno, perempuan itu selalu cantik, tanpa cela. Ia mempesona dalam keadaan apapun. Bahkan seperti sekarang. Air mata keduanya tidak dapat dibendung, larut dalam kesedihan, dan harapan yang akan pupus.

"Mari bertemu di kehidupan selanjutnya. Hanya aku, kau dan Hyein..." bisik Siyeon "...aku akan selalu ada disampingmu, dan Hyein. Tak akan pernah kutinggalkan kalian berdua..."

Jeno meraih tengkuk Siyeon, dan mengecup bibir itu singkat. Dengan sisa tenaga yang ada, Siyeon menyentuh wajah kekasihnya, menyapukan darah segar. Sebuah cincin bermata batu bulan masih terselip di jari manisnya.

"...dan aku akan selalu mencintaimu"

Hanya semesta yang telah mengetahui akhir dari Jeno dan Siyeon. Romansa tragis yang selalu hantam masalah telah sampai di ujung jalan. Sebuah hubungan beracun yang menyakitkan sekaligus menyembuhkan. Tidak banyak yang tahu betapa besar cinta mereka satu sama lain. Tapi di setiap hembusan nafas Siyeon, selalu terucap doa untuk kebaikan Jeno. Dan setiap keringat yang menetes dari diri Jeno, tidak lebih untuk melindungi Siyeon.

Keduanya saling mencintai tidak dalam lisan, tapi melalui setiap hal yang mereka ambil, selalu terbesit nama masing-masing di hati mereka.

Cinta yang terbaik adalah cinta yang terpisahkan oleh maut. Siyeon pergi dengan kenyataan bahwa ia telah jatuh begitu dalam pada Jeno. Dan Jeno akan hidup dengan fakta bahwa Siyeon akan selalu ada disampingnya.

Sore itu, Jeno menuntun Siyeon ke negeri baka.
Dan yang terakhir, Siyeon sudah tidak bernafas.

-o0o-

Sepasang suami istri duduk di taman bunga, sebuah hamparan luas yang dipenuhi bunga berwarna-warni. Sang pria tersenyum manis pada wanitanya. Perempuan itu tampak cantik dengan gaun putih, kulit putihnya bermandikan sinar matahari. Sangat cantik.

"Ibu, ayo menari" teriak gadis kecil yang datang menghampiri mereka berdua.

"Hyein, Ibu tidak bisa menari" aduh Karina pada putrinya sambil meringis merasa bersalah.

"Ayo Ibu, Ibu pasti bisa!" Hyein menarik Karina menuju padang rumput yang dipenuhi bunga itu. Mereka menari bahagia di bawah sinar matahari.

Empat tahun sudah kepergian Siyeon dalam hidup mereka, permintaan terakhirnya untuk melakukan transplantasi hati, berhasil menyelamatkan hidup Karina. Memberikkan Karina kesempatan untuk merasakan indahnya kehidupan. Dan dari situ, Jeno tahu bahwa Siyeon tidak benar-benar pergi. Hatinya akan selalu menjadi milik Siyeon.

Kala itu Jeno sempat berfikir untuk memilih Karina karena waktu gadis itu tidak lama lagi, Karina harus menghabiskan sisa hidupnya dengan kebahagiaan, Siyeon punya Hyein yang akan terus menjadi pusat kebahagiaannya. Ia pernah berada di antara dua pilihan yang begitu berat, sebuah keputusan yang tidak dapat ia ambil bahkan sampai sekarang.

Tapi inilah garis tangan yang ia hadapi, Siyeonlah yang tidak pernah merasakan kebahagiaan diantara mereka. Perempuan berhati malaikat itu pergi tanpa dicintai siapapun di hidupnya, bahkan ketulusan hati Jeno yang tak pernah terungkap melalui kata.

Tapi semuanya berlalu dengan begitu indah, dan Jeno merasa tidak pantas mendapatkan semuanya.

Impiannya terkabul dengan sempurna

Karina yang tersenyum di bawah mentari

Dan Siyeon yang tidur nyenyak di bawah rembulan

Lee Hyein putri mereka, adalah cetak biru dari Park Siyeon, rambut hitam legam dan kulit putih pucat yang bersinar dibawah rembulan. Lalu kemurahan hati milik Siyeon, yang menempat dalam tubuh Karina. Siyeon meninggalkan jiwa dan raganya untuk Jeno. Seperti itulah cinta abadi yang dimiliki Siyeon untuk Jeno.

Jiwanya pada Karina

Dan raganya pada Hyein

Melalui kedua perempuan itu, Siyeon hidup kembali, ia mempunyai kesempatan kedua untuk menjadi ibu Hyein dan bersama Jeno. Untuk selalu ada disamping keduanya. Melalui Karina, Siyeon menyalurkan kasih sayang tak terhingga itu. Ia adalah seorang malaikat bersayap hitam, yang selalu di pandang sebagai kematian, keburukan dan kesialan. Tanpa orang-orang sadari, bahwa ia tetaplah malaikat bersayap, untuk Jeno, Hyein bahkan Karina.

Malaikat itu, tidak pernah meninggalkan Jeno.

Dan melalui hati yang Siyeon donorkan, Karina menebus seluruh dosanya untuk mengabdikan diri disamping Jeno serta membesarkan Hyein. Wanita yang berhasil Siyeon baca, wanita yang Siyeon tau memiliki ketulusan hati untuk menyayangi Jeno dan Hyein. Karena sesungguhnya sejak awal, Siyeon tahu bahwa Karina adalah pilihan terbaik untuk Jeno.

Jika sesuatu ditakdirkan untuk bersama, maka takdir itu akan terukir dan menemukan jalannya sendiri untuk kembali, bahkan dengan cara yang tak terduga.

Siyeon memang ditakdirkan untuk menjadi milik Jeno selamanya.

Siyeon akan selalu hidup di hati Jeno.

Jeno tersenyum pada Hyein dan Karina yang tengah menari bermandikan sinar matahari sore. Lalu indera penciuamnya menangkap aroma bunga mawar yang baru bermekaran. Bukanlah sebuah kepastian, tapi Jeno dapat melihat sosok Siyeon yang tersenyum kearah Hyein dan Karina dari kejauhan.

Siyeon bahagia.

the end

in betweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang