"we cross the bridge for over million reasons to hold on"
Hyein menggeliat dalam gendongan Jeno, bayi berumur beberapa minggu itu tumbuh sehat, sebuah perjuangan cukup berat untuk Jeno. Memastikan nutrisinya cukup, menjaganya agar tidak sakit, dan melakukan segala yang ia bisa untuk kesehatannya. Ketika mata mereka bertemu, Jeno dapat melihat sosok Siyeon dalam diri Hyein, bahkan dalam bentuk sekecil ini, Jeno tau bahwa putrinya adalah replika nyata dari Siyeon, bahkan Jeno dapat melihat gambaran Hyein ketika ia dewasa.
Bibir mungil nan ranum itu menguap, perlahan matanya kembali tertutup dan masuk ke alam mimpi. Hyein diletakkan kembali ke dalam boks bayinya, dan Jeno keluar dari kamar itu.
Tepat ketika ia melangkah menuju dapur, ia melihat Siyeon terduduk di kursi meja makan, ada secangkir teh di hadapannya. Ini bahkan masih terlalu pagi untuk minum teh, pantulan sinar matahari pagi masuk melalui jendela kecil di dekat meja makan, menyinari kulit pucar Siyeon, dan dari cahaya itu juga, Jeno dapat melihat memar di pipi Siyeon bekas kejadian semalam.
Siyeon melirik pada Jeno, "Mau bicara?"
-o0o-
Keduanya duduk berhadapan di meja itu, Jeno memperhatikan Siyeon, pagi ini ia mengenakan sweater rajut membungkus tubuhnya yang mengenakan gaun putih yang pernah ia pakai di pesta ulang tahunnya. Pagi ini memang dingin, Jeno dapat melihat bekas rintik hujan semalam di jendela.
Siyeon meneguk tehnya hingga habis dan meletakkan gelas di tatakannya.
"Maafkan aku, atas kejadian semalam" ucap Siyeon.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan, lupakanlah kejadian semalam" tukas Jeno.
Siyeon melirik pada Jeno, sebelum padangannya jatuh pada dinding mereka yang di penuhi dengan foto, lalu sertifikat ballet miliknya yang dipajang khusus oleh Jeno dengan bingkai klasik keemasan. "Kalau saja-"
"Untuk kali ini, bisakah kita mencoba melupakan hal-hal lain kecuali kau dan aku?" pinta Jeno, mengeluarkan segenap permohonan melalui sorot matanya.
Jeno bangkit dari duduknya dan berjalan kearah kamar mereka, selang beberapa menit pria itu keluar dengan sebuah map ditangan. Siyeon menerima map itu dan membaca sebuah profil wanita atas nama Jung Rahee.
"Jung Rahee atau lebih dikenal dengan Laura Jung. Ia lulusan terbaik SNU di bidang psikologi, sempat bekerja di Yonsei Medical Center dan membuka praktek di Ulsan. Setahun lalu ia menutup prakteknya, pindah ke Paris untuk ikut suaminya yang bekerja dan lahir disana" jelas Jeno.
"Aku sudah menelfonnya, dan ia bersedia membantu kita"
Siyeon menutup lembar profil itu, lalu menyerahkannya pada Jeno. Ia memandang setiap inci wajah Jeno, sosok yang menyelamatkannya beberapa tahun silam, sang malaikat. Dan ia tersenyum pada malaikat itu.
"Aku telah menyiapkan semuanya disana, yang kita lakukan hanya pindah, siang ini ada rapat penyerahan jabatan. Jaehyun akan mundur dari firma hukum dan mengambil alih perusahaan, sahamku tertanam 67% di perusahaan dan aku bisa memantaunya kapanpun, jadi kumohon jangan cemaskan sesuatu yang tidak perlu kau cemaskan" perintah Jeno.
"Siyeon.." panggilnya "...ada yang harus kusampaikan padamu"
Pria Lee itu berlutut dengan satu kakinya di hadapan Siyeon, meraih sebuah kotak hitam beludru dari sakunya dan meletakkan benda itu di tangan Siyeon. Kotak hitam yang tampak sangat kontras di tangan Siyeon yang sepucat kapur. Ketika di buka, Siyeon dapat melihat sebuah cincin dengan batu bulan yang di kelilingi berlian di beberapa bagian.
"Ini milik ibuku" bisik Jeno.
"Dalam perjalanan panjang yang tak berujung, kita berjalan bersama, baik dalam kegelapan maupun dalam cahaya, kau ada disana. Kita telah melangkah di jalan yang retak tapi kita harus terus berjalan untuk berjuang. Kau dan aku selalu bertahan, dan kau telah mengajarkanku bagaimana rasanya menari di tengah hujan, sekaligus melewati badai."
Air mata Siyeon jatuh pada kalimat yang dituturkan Jeno padanyanya.
"Kau membuatku selalu punya alasan, untuk selalu terbangun di pagi hari, untuk berjuang dan untuk pulang kembali. Aku mungkin telah membawamu kedalam lubang kepedihan yang dalam, tapi tanpa kau sadari, kau telah menarikku keatas untuk dapat bernafas bersamamu. Kita dilahirkan untuk selalu berjuang, dan kita harus menemukan obat untuk untuk tetap bertahan"
"Kau melahirkan Hyein, yang menjadi titik terang dalam hidup kita, satu lagi alasan bagi kita untuk bertahan. Kau telah bersumpah padaku untuk tetap berusaha dalam jembatan kaca ini, dan aku telah bersumpah akan selalu bersamamu. Aku tidak akan menuntut apapun darimu karena kau telah memberikan segalanya hanya dengan setiap nafas yang terhembus darimu"
Siyeon tertawa, meski air mata itu terus mengalir ke pipinya.
"Di kota cinta, kita akan menyusun semua lembar yang berserakan lalu kita harus menutupnya dengan rapi, dan memulai kisah yang baru. Menjadi lebih baik dari sebelumnya. Aku tidak bisa menjanjikan kehidupan yang sempurna, tapi aku ingin yang kau berada di sampingku, setiap detik dalam hidupku"
"Ini mungkin terdengar menggelikkan untukmu..."
Jeno menengadah, matanya berbicara akan semuanya, dan ia selipkan cincin itu di jari manis kekasihnya, "Park Siyeon, cahaya dalam hidupku, aku berjanji akan selalu berada disampingmu, menemanimu menari dikala ada hujan dan badai kehidupan. Maukah kau melakukan sebuah kehormatan untuk menjadi istriku?"
Siyeon mengangguk, "Ya" bisiknya pelan.
Jeno menggendong tubuh itu dan memutarnya di udara. Bibir mereka menyatu, suara kecupan lembut yang mereka bagi. Siyeon tersenyum lebar, dengan jemari ia raih wajah Jeno yang kini tengah mengusap air mata di pipinya. Siyeon bersandar di tembok dengan Jeno yang memeluk pinggangnya, Jeno bertanya pada dirinya, kapan terakhir kali ia melihat Siyeon tersenyum selebar itu. Jeno ingin meraup bibir itu lagi.
"Shhh" desis Siyeon meletakkan telunjuknya di bibir Jeno.
"Aku milikmu" bisik Siyeon, matanya sayu menatap Jeno penuh cinta.
Jeno tersenyum, "Kau milikku"
Dan benda ranum itu bertemu jalan pulang.
-o0o-
Gulungan dasi miliknya ia letakkan kedalam dashboard, rapat penyerahan jabatan dj Lee Company akhirnya selesai juga. Jeno harus banyak-banyak bersyukur bahwa dirinya lahir dari sendok emas, ia juga harus bersyukur memiliki saudara seperti Jaehyun yang selalu siap membantunya.
DING!
Jeno membuka notifikasi yang ada di handphonenya. Sebuah nama yang sudah lama tak dilihatnya.
To : Lee Jeno
From : Yoo KarinaBisa bertemu sebentar? Ada yang perlu aku bicarakan.
Loc. SM Bar & Lounge
- K