20

993 125 2
                                    

"people that don't accept the truth don't want their illusion to be destroyed"

"Kenapa kau bertahan?" tanya Karina

Masih tidak habis pikir, dalam hubungan seperti itu Siyeon bertahan. Siyeon pasti punya kesempatan untuk pergi, tapi ia memilih bertahan.

"Kau menyayangi ayahmu?"

Karina mengangguk.

"Kenapa kau bertahan? Disaat kau tahu ayahmu menyakitimu?"

Cinta.

Karina mencintai ayahnya, ia mengasihi lelaki itu sebagai satu-satunya keluarga yang ia miliki. Begitu pula dengan Siyeon, Jeno satu-satunya yang ia miliki. Tamengnya dikalah jatuh, dan tempatnya untuk pulang. Sedikit banyak, Karina mungkin mengerti mengapa Siyeon bertahan.

"Kau sangat paham bagaimana rasanya jatuh cinta pada Jeno" ucap Siyeon.

"Orang-orang berkata kami sakit. Awalnya aku tidak mengerti, bagaimana dua orang yang saling mencintai bisa sakit. Jeno begitu baik, bahkan sampai sekarang banyak hal yang tidak terbalaskan dariku untuknya. Tanpa kusadari, akulah benalu dalam hidupnya."

Perempuan berambut panjang itu tampak pucat. Kini seluruh surai hitam itu berada di pundak kanannya, menutupi setengah wajahnya. Siyeon bahkan masih tersenyum, dan mengelus perutnya lembut.

"Jeno bisa memiliki kehidupan yang lebih baik. Aku bisa egois, dan itu kulakukan."

"Seharusnya aku mundur sejak awal. Mina menyarankan untuk melanjutkan sekolah di Australia tapi aku menolaknya, dalam pikiranku hanya... apa yang bisa kulakukan tanpanya? Aku membuat diriku ketergantungan terhadapnya, lambat laun orang-orang menilai bahwa kami saling ketergantungan satu sama lain."

Mata Karina kembali tertuju pada bekas sayatan yang ada di pergelangan tangan Siyeon.

"Di tahap ini, kami berdua tidak tahu apa yang ada diantara kami. Apakah itu pantas disebut cinta? Atau hanya nafsu semata? Kami berusaha mencari jawaban, tapi pada akhirnya kami akan kembali pada titik yang sama. Seperti roda yang berputar pada porosnya, beku."

Cinta dan nafsu.

"Apa artinya segala kebohongan ini? Kami hanya membohongi diri masing-masing dengan mengatas namakan cinta"

Siyeon menatap Karina, "Aku selalu mengatakan bahwa kau terobsesi dengan Jeno. Tanpa kusadari, akulah yang terobsesi dengan Jeno."

"Jeno menyukai rambut panjangku, karena itu aku tidak memotongnya. Aku benci minum teh, tapi setiap pagi Jeno tidak pernah lupa membuatkanku secangkir teh dan aku meminumnya. Aku benci kegelapan, itu membuatku takut, sesak dan aku seakan ingin mati dalam kegelapan itu, tapi setiap malam Jeno selalu bilang bahwa aku bersinar di kegelapan maka aku belajar mencintai kegelapan itu."

"Akulah yang terobsesi pada Lee Jeno"

Suara ketukan pintu memecahkan obrolan antara Siyeon dan Karina.

Sosok Jeno berdiri diambang pintu menatap Karina dan Siyeon secara bergantian. Karina tampak kebingungan namun Siyeon tersenyum pada sosok itu. Seolah apa yang barusan terjadi hanyalah angin lewat begitu saja.

"30 menit, tidak lebih" ucap Eric.

Ia mendelik pada Karina untuk keluar dari ruangan itu, memberi ruang bagi Jeno dan Siyeon.

"Aku harus menyusul Yujin, kabari aku jika terjadi sesuatu" ucap Eric dan meninggalkan Karina sendirian.

-o0o-

Jeno duduk di samping ranjang Siyeon, menggengam tangan wanita itu dengan erat. Seolah menyalurkan kesembuhan yang mungkin tidak akan pernah hadir diantara mereka.

"Maafkan aku telah membuatmu menderita" ucap Jeno.

"Kita selalu menderita, tidak ada yang baru disini"

Delapan tahun bersama Siyeon, delapan tahun juga Jeno tidak berhasil sembuh melainkan memburuk, hadir Siyeon dalam hidupnya bagaikan narkoba. Membuatnya senang sesaat, walau pada nyatanya hanya membunuhnya secara perlahan.

Ia telah kehilangan hidup bermakna, diracuni kegemerlapan pura-pura.

Jeno ingin Siyeon bahagia, tapi sesulit itu rintangan yang mereka hadapi.

Kenangan delapan tahun silam menghampiri Jeno, gadis itu berlari di tengah salju, dengan baju yang tipis untuk musim dingin, rambutnya di gunting tak beraturan, meronta meminta tolong. Kenangan dimana Siyeon akan terbangun ditengah malam, hanya untuk memeluk Jeno. Semuanya baru terasa kemarin.

"Aku ingin tetap bersamamu" ucap Jeno "Bahkan untuk selamanya"

Terlalu banyak kata tidak mungkin berkecamuk dalam pikiran Siyeon. Semuanya terlalu tidak rasional untuk dijadikan kenyataan.

Bohong.

Bohong jika Siyeon bilang ia tidak ingin mencoba sekali lagi, tapi Yujin benar. Sampai kapan ia akan berada di posisi ini terus? Mereka sudah mencoba berkali-kali, pada kenyataanya mereka selalu gagal. Ada hati yang telah tersakiti diantara mereka.

Karina.

Sang pelarian.

Dan itu semua terjadi karena Siyeon.

Dalang dari semuanya adalah Siyeon.

Siyeonlah yang memaksa Jeno menerima lamaran itu. Mungkin saja dengan kehadiran Karina, Siyeon bisa melepaskan dirinya dari Jeno. Namun jika itu tidak terjadi, maka dendamnya pada Karina akan terbalas. Ia akan mendapatkan Jeno, pada akhirnya bara api itu terlempar pada dirinya sendiri.

Jeno menenggelamkan wajahnya pada Siyeon menangis, sesekali ia kecup lembut perut Siyeon yang mulai menampakkan tanda kehamilan.

Jika saja, bayi itu tidak hadir. Mungkin akan lebih mudah bagi keduanya untuk sembuh.

"Berjanjilah kita akan mencoba untuk sembuh. Lalu kita akan membuka lembaran baru, hanya ada aku, kau dan bayi kita. Berjanjilah untuk selalu mencoba" bisik Jeno, diiringi dengan anggukkan dari Siyeon.

Dan bibir mereka bertemu, ciuman lembut yang Jeno berikan pada Siyeon penuh cinta, tanpa tuntutan. Siyeon menenggelamkan tubuhnya dalam pelukkan Jeno. Sesekali ia bisikkan doa dalam tiap air mata yang jatuh, agar diberikan kesempatan sekali lagi untuk bisa kembali pada Jeno.

Rumahnya.

Tempatnya untuk pulang.

Tanpa keduanya sadari, sosok dibalik pintu ikut menangis, melihat betapa tragisnya kisah cinta Jeno dan Siyeon.

Dan Karina sadar, bahwa ia tidak akan pernah andil dalam hubungan keduanya.

-o0o-

Keputusan yang baik telah diambil, Jeno dan Siyeon akan menjalankan perawatannya masing-masing. Mereka tidak akan bertemu dalam waktu yang lama, setidaknya sampai semuanya membaik. Sampai Jeno dan Siyeon stabil.

Untuk sekarang, hanya itu yang perlu mereka lakukan.

in betweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang