26

886 102 5
                                    

"there's a gain of truth in every fairytales"

Siyeon terbangun, pukul dua dini hari. Ia tidak menemukan Jeno di sisi ranjang mereka. Kamar mereka gelap, membuat Siyeon menyalakan lampu dan wanita itu bangkit dari tidurnya. Samar, tapi ia mendengar suara Jeno yang sedang bersenandung. Siyeon dapat melihat siluet Jeno yang sedang menggendong Hyein di ruang tamu. Ia mendengarkan dengan seksama, lantunan lagu Somewhere Over The Rainbow terdengar di telinganya.

Tidak pernah terbayang dalam hidup Siyeon, bahwa sosok Jeno akan menjadi seorang ayah. Bahkan Siyeon terkejut dalam keahlian Jeno mengurus bayi, yang Siyeon sendiri harus banyak pelajari, terbesit dalam pikiran Siyeon bahwa Jeno mengikuti beberapa kelas mengasuh bayi selama masa rehabilitasinya. Ia tampak apik dan terpelajar mulai dari mengganti celana Hyein, membuatkan susu bahkan menidurkan kembali bayi itu.

Jeno menaruh kembali Hyein didalam boks bayinya. Pandangan Jeno jatuh pada Siyeon yang berada di ambang pintu. Pria itu meletakan jari telunjuknya di depan bibir, memberi sinyal pada Siyeon untuk tidak ribut. Ia menatap Hyein sejenak, memastikan putrinya sudah tidur dan keluar dari kamar itu sambil mengenggam tangan Siyeon.

-o0o-

Berbanding terbalik dengan kejadian semalam, pagi ini Jeno tidak mendapati Siyeon disampingnya. Bangun dari ranjangnya, Jeno berjalan keluar. Tujuan utamanya adalah kamar Hyein, tapi ia tidak mendapati Siyeon disana, lalu ia beralih ke ruang tamu. Siyeon duduk di sofa menggendong Hyein dengan botol susu di tangan kirinya. Jeno bergabung duduk di kursi sebelahnya.

Siyeon melirik pada Jeno, lalu kembali ke Hyein. "Aku kecewa, seakan tidak menjadi ibu yang baik untuk Hyein"

Dalam lirihan itu, ada kepedihan yang Jeno baca. Tentu saja banyak faktor untuk Siyeon merasakan hal seperti itu, ia ibu muda, dan tentunya tidak berpengalaman dengan bayi. Memiliki anak tidak pernah terlintas dalam kepala Siyeon. Dan kini? Ia harus melahirkan melalui operasi, lalu Hyein lahir dengan fakta bahwa berat badannya kurang ditambah lagi ASI yang dikeluarkan Siyeon terlalu cair sehingga bayi itu menolak. Terlalu banyak hal yang berkecamuk dalam pikiran Siyeon.

Jeno mengelus rambut Hyein, "Tidak ada ibu yang sempurna. Tapi semua ibu adalah wanita yang kuat, begitu juga kau. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri Siyeon, kita harus selalu bersyukur karena dikelilingi orang-orang yang menyayangi kita. Dan diatas itu semua, yang terpenting adalah kau dan Hyein sehat, itulah prioritasku" ucap Jeno.

Siyeon mendelik pada Jeno, lalu mengulum senyum. Jeno benar, ia harus bersyukur ada banyak orang disampingnya yang siap membantu. Kenapa selama ini ia hanya merasa ada Jeno di hidupnya? Disaat semua orang terkasih ada disampingnya, ada Yujin dan Eric yang selalu siap kapanpun, Yireon dan Chenle sebagai solusi dari segala masalah, Jaehyun dan Mina untuk tempat mereka bertanya. Ditambah kini ada Karina yang menjadi sahabat mereka. Siyeon tidak pernah sendiri, dan Jeno memastikan itu.

"Sejak kapan Lee Jeno menjadi bijak seperti ini?" canda Siyeon tersenyum lebar.

Jeno ikut tertawa sebelum berjalan kearah pantry dapur mereka. Membuka laci teratas, menemukan apa yang dia cari. Cangkir itu diletakan di hadapan Siyeon, teh mawar. Terakhir kali Siyeon minum teh sejak Jeno pergi, ia tidak menyentuh benda itu lagi ketika Jeno tak ada. Ia benci teh.

Kini Hyein sudah berada dalam gendongan Jeno. Siyeon kembali melirik pada cangkir teh itu, sebelum akhirnya meminumnya, tak dapat dipungkiri, ia merindukan teh itu.

"Hyein akan menjadi ballerina sepertimu, aku bahkan sudah bisa membayangkannya dalam kostum Clara" ucap Jeno.

Siyeon mendengus, "Kau berfikir terlalu jauh"

Bayi mungil itu tertidur tenang dalam gendongan sang ayah. Sebelum akhirnya di letakkan kembali di dalam boks bayi di kamarnya. Kini tersisa Jeno dan Siyeon yang menikmati sarapan, hanya ada mie instan dan sekotak kimchi. Tapi keduanya menikmatinya, berbagi ramyeon dalam sebuah panci. Romantis bukan?

"Aku sudah mengurus visa keberangkatan kita. Mina menyiapkan sebuah flat yang bagus, dekat dengan studio, kau pasti menyukainya" ucap Jeno.

Pergerakan Siyeon berhenti sejenak, lalu tersenyum, "Kau tampak ahli, dalam mengurus Hyein" ucapnya mengalihkan topik.

"Aku membaca banyak buku dan bertanya pada ibuku"

Jeno mungkin tidak sadar, tapi ada yang tak dapat dibaca dari wajah Siyeon. "Ibumu?"

Pria itu menangangguk.

Siyeon meminum segelas air yang berada di dekatnya. Mencoba menetralkan pikiran, mencari bagaimana memulai percakapan yang tepat untuk Jeno. "Kau... yakin dengan langkah yang akan kau ambil?"

Jeno melirik pada Siyeon dan menghentikan aktivitas makannya. "Maksudmu?"

"Paris... Hyein... dan keluargamu... semuanya"

"Jangan mempersulit keadaan"

Jeno menatap frustasi pada Siyeon, ia tidak ingin banyak pertimbangan lagi diantara mereka. Jeno hanya ingin pindah secepatnya dan memulai segala lembaran baru di Paris, hanya mereka bertiga.

Siyeon membalas tatapan Jeno, "Kita tidak memiliki sedikitpun restu dari orang tuamu. Terutama ibumu"

"Persetanan dengan ibuku-"

"Jika Hyein menikahi pria yang tidak kau sukai. Apa yang akan kau lakukan?"

Pertanyaan itu menghentikan umpatan yang keluar dari mulut Jeno, ia bangkit dari duduknya dan menjambak rambutnya, "Akan kubunuh pria itu"

"Apa Hyein akan bahagia jika kau melakukan itu? Bukankah setiap orang tua sudah berjanji untuk membahagiakan anaknya?"

"Siyeon, ibuku-"

"Dia mungkin bersikap seolah apa yang terjadi diantara kita bukan apa-apa. Tapi kita tidak tahu apa yang terjadi dibalik semuanya, apakah ada keikhlasan hatinya dalam hubungan kita? Sejak awal bukan ini tujuan kita... aku tidak bisa merebutmu dari-"

BRAK!

Suara meja di pukul memenuhi ruangan itu. Amarah Jeno lepas begitu saja dan ia sendiri tidak paham mengapa hal itu terjadi.

"HYEIN! KINI YANG PERLU KITA PIKIRKAN HANYA HYEIN! BERHENTI MEMBAHAS HAL LAIN KARENA KINI HANYA ADA AKU, KAU DAN HYEIN!"

Tubuh Siyeon bergetar hebat, hingga detik berikutnya suara tangisan bayi memenuhi rumah mereka. Hanya ada Siyeon sendirian di meja makan, ia ketakutan.

in betweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang