"that which we call a rose, by any other name would smell as sweet"
Jeno menarik Siyeon kedalam kamar, hari ini hanya ada Siyeon dan Jeno, hari untuk keduanya. Bibir itu menemukan rumahnya kembali, kecupan lembut dari Jeno untuk Siyeon. Wanita itu membalas Jeno dengan mengalungkan lengannya di leher Jeno sesekali mendesah pelan akan sentuhan yang diberikan oleh prianya.
Tubuh Siyeon terbaring diatas ranjang, secara perlahan Jeno menurunkan tali dari gaun yang Siyeon kenalakan dan mengecup bahu telanjang milik Siyeon. Dan keduanya berbagi kehangatan di ranjang itu.
-o0o-
Di tempat tidur mereka, hanya ada Siyeon dan Jeno. Gadis itu bersandar di dada bidang Jeno, mengenakan kaos kebesaran milik Jeno di tubuhnya. Sementara pria itu bertelanjang dada. Jendela di kamar mereka terbuka, membantu keluarnya asap rokok. Sebatang rokok itu silih berganti dari bibir Jeno ke bibir Siyeon.
"Maaf" lirih Jeno yang kini tengah mengesap rokok dan menghembuskan asap menjauhi Siyeon.
Siyeon menarik rokok itu dari bibir Jeno dan memasukkannya kedalam mulutnya. Setelah asap tiada, ia kecup bibir Jeno singkat, "Jangan meminta maaf"
Semua terjadi begitu cepat, Jeno menarik tengkuk Siyeon, mengangkatnya sedikit dan mempertemukan bibirnya dengan bibir Siyeon. Mengecapnya perlahan, menikmati rasa manis dan bibir lembut milik Siyeon, mengikis jarak diantara mereka. Siyeon membalas Jeno, mengikuti setiap irama yang Jeno berikan pada bibirnya. Permainan lidah yang Jeno beri mampu membuat Siyeon mendesah. Lumatan kasar, nafas memburuh menyulut gairah yang membuncang.
"Kita adalah manusia penuh dosa" ucap Jeno di sela-sela ciuman itu.
Selagi bersamamu, aku tidak keberatan berada di neraka, batin Siyeon.
Tuhan tidak akan memaafkannya. Siyeon tahu keduanya sudah masuk ke neraka paling dalam atas segala perbuatan mereka.
Rokok kedua dinyalakan.
Jeno menaruh rokok itu di bibir Siyeon dan menyalahkan pematik api membakar nikotin itu. Dari bibir Siyeon keluar asap yang menggebuh, ia mencoba melupakan neraka bersama dengan asap yang terhembus dari bibirnya. Hingga Jeno meraih rokok itu dan memasukkannya kedalam mulut.
Mereka berbagi nikotin setelah kepuasan atas aktivitas panjang mereka.
Sampai rokok itu habis, Jeno menutup jendela dan kembali mencumbu Siyeon. Mengecup beberapa bagian mulai dari ujung kepala, bibir, dagu, telinga, leher, dada hingga mengesap lama ceruk leher Siyeon. Gadis itu tertawa geli. "Hei cantik" ucap Jeno.
Jeno menaruh wajahnya di depan Siyeon. Gadis itu meraih wajah Jeno. Ia sapukan sentuhan di rahang, mata dan bibir Jeno, bukan rahasia lagi jika Jeno memang pria rupawan. Dan bibir mereka kembali bertemu.
"Jeno..." lirih Siyeon ketika ciuman mereka terlepas.
"Jangan" Ia menggeleng lemah dengan sorot mata menyenduh.
Siyeon bangkit dari tidurnya dan berlari kedapur. Perempuan itu membuka kulkas mengambil salah satu botol dengan cairan kuning berlabel Chivas Regal. Alih-alih mencari gelas, ia meneguk cairan itu langsung dari botolnya.
Jeno yang melihat Siyeon langsung merebut botol itu darinya. Ia menatap Siyeon sampai akhirnya menaruh botol whiskey itu di meja dekat mereka. "Duduk, akan kubuatkan teh" perintah Jeno.
Siyeon memilih mendudukan dirinya di meja bar. Menunggu Jeno yang tengah menyeduh teh. Siyeon melirik pada buku yang ada di meja makan. Buku itu pasti tengah dibaca oleh Jeno. Sebuah karya sastra Shakespeare, Romeo and Juliet.
Jeno menyodorkan secangkir teh di depan Siyeon. "DiCaprio bermain film adaptasinya..." ucap Siyeon.
Jeno mengangguk.
Siyeon membuka buku itu secara acak dan mulai membacanya. "...and palm to palm, is holy palmers kiss"
"Have not saint lips? And holy palmers too?" bisik Jeno.
"Ay pilgrims, lips that they must use in prayers"
Jeno mendekat pada Siyeon dan menyelipkan anak rambut wanita itu kebelakang telinganya, "Well then dear saint, let lips do what hands do, they pray grant thou, lest faith turn to despair"
"Saints do not move, through grant for prayers sake"
"Then move not while my prayers I take"
Jeno meraih wajah Siyeon dan kembali mencium bibirnya penuh tuntutan. "Thus from my lips, by thine my sin is purged"
"Then have my lips the sin that they have took"
"Sin from my lips? O trespass sweetly argued, give me my sin again"
"You kissed by the book"
Siyeon tertawa, kini dirinya maju ikut mencium Jeno. Mengalungkan lengannya di leher Jeno, menyalurkan sentuhan demi sentuhan yang membuat pria itu nyaman. "Itu kisah cinta yang tragis" ucap Siyeon.
"Hanya maut yang bisa memisahkan cinta sejati" bisik Jeno di telinga Siyeon.
Siyeon melepaskan pelukkannya dan kembali pada tehnya. Ia menatap teh yang hampir setiap hari diminumnya, hingga ia hafal seluruh yang teh itu miliki. Rasanya, aromanya, hingga kepekatan warna teh itu yang tampak konsisten setiap harinya.
"Kau tahu? DiCaprio juga bermain Titanic, dan dia juga berakhir mati disana" ucap Siyeon.
"Tapi di akhir film, gadis itu hidup, untuknya."
-o0o-
Siyeon terbangun dari tidurnya, mendapati dirinya di balutan kaos yang sama. Kaos Jeno, dan Siyeon tidak tahu apakah yang barusan adalah mimpi buruk atau mimpi indah.
Tempat tidurnya kini selalu terasa dingin, tidak ada Jeno disana. Namun dirinya sadar bahwa kini ia tengah menggenggam buku Romeo and Juliet, yang sebelumnya tidak pernah ia baca, karena Jeno yang akan selalu membacanya.
Hingga Siyeon sadari, bahwa seluruh tempat tidur sudah basah dengan air ketubannya.