10

1K 133 9
                                    

"their backs are always tense as though waiting to fight a sudden storm that might engulf them"

"Kenapa?" isak Karina.

Tidak.

Cukup Ayahnya yang menyakitinya.

Jangan Jeno.

"KENAPA JENO?!" Ia berteriak pada pria itu.

Hatinya sakit, kenapa ia harus merasakan sakit hati untuk kesekian kalinya? Tidak cukupkah penderitaanya selama ini. Kakinya tidak dapat menopang tubuhnya lagi, ia terjatuh dan terisak di lantai.

Jeno begitu kejam. Ini terlalu gila untuknya, bagaimana bisa seorang pria yang berarti seluruh dunia untuknya akan pergi menghilang begitu saja dan berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja. Jeno telah menghancurkannya dengan cara paling kejam.

Ia bersimpuh dihadapan Jeno, dan menggenggam tangan seiring dengan air mata yang jatuh di pipinya, "Jangan tinggalkan aku, kumohon"

Jeno membuang wajahnya, ini semua sangat kejam. Ia berlutut dan mengecup puncak kepala Karina.

"Berbahagialah, Karina"

-o0o-

Karina mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia hampir tak pernah menyetir, tapi kali ini ia harus jahat pada dirinya sendiri. Bermodal gps yang terhubung dari handphone Jeno, Karina harus menemuinya. Ia harus tau penjelasan yang sebenarnya, jikala memang ada orang lain dalam hubungan mereka, Karina harus tahu.

Butuh satu setengah jam untuknya sampai ke tempat itu, dia dapat melihat mobil Jeno terparkir disana. Sebuah apartment yang lebih pantas di sebut flat. Sebuah rumah dengan dua lantai, tidak terlalu kecil, tapi jelas jauh dari kata mewah. Dari mobilnya, Karina melihat jelas Jeno keluar, didampingi seorang wanita berambut hitam legam.

Ia tidak tahu pasti, wajahnya tak terlihat jelas, tapi Jeno memeluknya erat dan mencium keningnya. Lalu pria itu masuk ke mobilnya dan keluar dari daerah itu.

Setelah merasa aman, Karina turun dari mobilnya. Ia menaiki tangga dan menekan bel apartment itu. Sampai ia dikejutkan dengan siapa yang ada di sana.

Park Siyeon.

-o0o-

Karina memandang foto-foto yang terpajang di dinding. Kebanyakan foto Siyeon, yang ia tahu bahwa foto itu diambil oleh Jeno. Ada juga beberapa foto keduanya di banyak tempat seperti Namsan Tower, Nami Island, beberapa foto keduanya di pantai menikmati matahari terbenam. Hingga mata Karina jatuh pada sebuah potret Jeno dan Siyeon bergenggaman mesra di depan gedung opera Sydney.

Australia, Karina bahkan belum pernah kesana.

Mereka tinggal bersama.

Mereka tidur di ranjang yang sama.

Mereka saling mencintai.

Apakah bisa memisahkan mereka?

Adakah kemungkinan untuk masuk didalamnya?

Hubungan mereka pasti jauh, hingga Jeno membawa gadis itu ke Australia bersamanya.

Dia gadis yang spesial.

Pertanyaan dan pernyataan itu muncul menghantui Karina, seluruhnya tampak kelabu. Ia tidak mengerti, bagaimana bisa mereka bertemu. Lee Jeno dan Park Siyeon jelas lahir dari sendok yang berbeda. Alasan apa yang tuhan berikan untuk mempertemukan keduanya? Kenapa bisa?

Siyeon memeluk tubuhnya, "Kita akhirnya bertemu dalam keadaan seperti ini" ucap Siyeon.

Karina berdecih pelan, "Sejak dulu kau memang pencuri ulung"

Ia berbalik badan, menuju Siyeon. Kini kedua perempuan cantik itu saling berhadapan, Siyeon tampak tenang tapi emosi Karina sudah ingin meledak. Ia benar-benar membenci Siyeon.

"Seberapa jauh hubungan kalian?" tanya Karina

Siyeon menyeringai, "Aku hamil anaknya, karena itulah dia meninggalkanmu,"

Plak!

Karina menampar wajah Siyeon yang jelas meninggalkan bekas kemerahan di pipi pucatnya. Terlalu kontras dengan warna kulit. Perih menjalar dibagian wajah cantik milik Siyeon.

"Selalu merebut sesuatu dari orang lain, sungguh rendah harga dirimu, Park Siyeon." desisnya sebelum melempar cacian.

"Kau, benar-benar jalang! Dasar kepa-"

"Asal kau tahu hubunganku dan Jeno terjalin jauh sebelum kau dijodohkan dengannya. Kami sudah delapan tahun bersama, dan hubungan kami tidak sesederhana yang kau bayangkan" potong Siyeon.

Mata Siyeon beralih pada figura yang penuh akan foto dirinya dan Jeno di apartemen mereka, "Kau boleh menghinaku sepuasnya, tapi aku tidak salah. Kau lah yang hadir di tengah-tengah hubungan kami, kau yang meminta belas kasih sehingga Jeno tidak menolakmu."

Siyeon menatap kedalam iris mata Karina. "Dia punya pilihan untuk meninggalkanku, tapi dia tidak melakukannya."

"Kau bilang aku berusaha merebutnya darimu. Aku bisa saja meninggalkan jepit rambutku di dalam mobilnya atau jiplakan lipstick di bajunya. Namun aku tidak melakukan itu, aku menutup kisahku dengannya jauh dari khalayak ramai, jauh dari pandanganmu, aku ingin Jeno bahagia, karena aku mencintainya. Dan jika kebahagiaan itu tidak datang dariku, maka aku akan melepaskannya. Tapi dialah yang tidak melepaskanku" Siyeon tersenyum.

"Kau mungkin perempuan paling cantik di dunia, oh tentu saja. Siapa tidak kenal Karina putri sulung dari Yoo Company, jelas saja Ayahmu 'membayar mahal' untuk pendidikanmu. Aku terkejut kau bisa bertahan sampai sekarang"

Karina terduduk bersimpuh, ia menangis dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya "Dari setiap wanita yang ada di dunia, dari setiap wanita yang ada kenapa harus kau, Park Siyeon?! A-aku merasa dikhianati" tangis Karina

Siyeon kembali tersenyum kosong, ia berjongkok dan kembali menatap Karina tepat dimatanya "Lucu sekali kau merasa di khianati? Biarkan aku menjelaskan padamu bagaimana rasanya dikhianati."

in betweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang