29

837 106 5
                                    

"we were always the losing game"

Jeno memutar stir kemudinya ke lokasi yang ditujuh, salah satu bar paling berkelas di negara ini.
Pria itu masuk ke dalam bar, mendapati Karina terduduk disudut ruangan. Terpaku menatap kosong tanpa seorangpun di hadapannya.

"Karina?" panggil Jeno.

Karina dapat melihat sosok itu berdiri di hadapannya, sang sahabat lama yang dulu mendekapnya di kala jatuh.

"Duduk, ada yang harus aku bicarakan" ucap Karina

Ini saatnya.

-o0o-

"Aku akan pergi"

Jeno menatap gadis dihadapannya meminta penjelasan lebih.

"Pesawatku malam ini, aku akan pergi untuk melakukan pengobatan" tutur Karina

Ia mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya dan menyerahkannya pada Jeno. Karina tersenyum miris, inilah akhir dari mereka. "Bukalah ketika aku pergi, jangan mencariku dan berbahagialah"

Gadis itu bangkit dari duduknya, tidak Jeno sadari tapi air mengalir dari pelupuk mata. Karina tidak bisa membiarkan Jeno melihatnya menangis

"Karina" panggil Jeno

Langkahnya terhenti, terdiam ditempat.

"Terimakasih untuk Laura Jung, dan juga semuanya. Kau... harus bahagia"

Dan ia benar-benar pergi dari tempat itu.

-o0o-

Jeno menatap amplop coklat di hadapannya. Meski ragu, tapi intuisinya mendorong untuk membuka isi dari amplop pemberian Karina. Terdapat sebuah gambar keduanya di pesta ulang tahun Karina beberapa tahun silam, lembar kedua merupakan lukisan Jeno dan Siyeon yang Jeno yakin Karina lukis dengan tangannya sendiri mengingat bagaimana cat yang ada di atasnya terlihat baru, lalu atensi Jeno jatuh pada sepucuk surat dibalik lembar lukisan itu, ia baca setiap kata demi kata yang tertulis didalamnya.

"Ketika aku ingin terbang, maka aku harus melepaskan segala beban yang memberatkanku menuju daratan.

Walau ada keraguan disana, kemana aku akan terbang, dikala kau berada di kaki bumi dan aku berada di tengah langit?

Lee Jeno

Mimpi untuk hidup bersamamu hanyalah mimpi, bahkan sempat menjadi ambisi semata. Tiap detik kututurkan doa agar mimpi itu terkabul, tetapi semesta memang tidak pernah berpihak kepada kita. Kau menggoreskan luka yang entah kapan sembuh, luka yang pantas kudapatkan atas kesalahanku pada sang penggembala domba di masa lalu. Kutebus kesalahan itu melalui dirimu, hingga kusadari betapa kejamnya dirimu diantara kami berdua. Kutanyakan dalam doaku, apa hanya diriku sendiri yang pantas mendapat hukuman?

Tapi mengingat kilas balik tentang apa yang sudah terjadi diantara kita membuatku semakin ingin menghukum diriku. Rasanya tidak ada hal yang pantas selain dijatuhi hukuman bertubi-tubi atas segala yang telah kulakukan kepada kalian. Aku telah sampai pada titik dimana aku merasa semuanya berjalan dalam satu garis lurus yang disebut takdir.

Dan kita ditakdirkan untuk tidak bersama.

Lee Jeno

Kesempatan untuk bertemu denganmu, jatuh cinta padamu dan selalu ada disampingmu adalah anugrah yang tidak akan pernah kulupakan. Aku tidak menyesal atas apa yang terjadi diantara kita, dan jika disuruh memilih, aku akan melakukan hal yang sama, bahkan jika harus menyakiti hati si penggembala domba. Karena kebahagiaan yang kalian rasakan hari ini, tidak lain adalah hasil kepedihan di masa lalu.

Pembalasan yang diberikan padaku, kesalahan di masa lalu dan hukuman yang ada padaku, telah kuterima dengan segala hatiku. Pada akhirnya, kita semua salah, tapi aku ingin meminta maaf atas segalanya terutama atas keegoisanku padamu.

Terlalu banyak kata 'mungkin' yang ingin kuucapkan, tapi waktu tak bisa terulang kembali. Namun jika apa yang telah takdir tuliskan untukku menjadi hal terbaik untukmu, mari kita menyerah pada takdir.

Kutitipkan dua perempuan yang kukagumi, dua malaikatmu yang harus kau lindungi setiap saat. Jika terjadi sesuatu pada keduanya, ketahuilah bahwa aku akan menghukum dirimu lebih kejam. Jangan sekalipun kau biarkan luka menggores hati mereka bahkan kulit mereka.

Kau telah bertemu dengan malaikat dalam hidupmu, jangan sia-siakan dirinya.

Lee Jeno

Tidak ada kepastian tentang kematian, semuanya adalah rahasia yang telah terukir di garis tangan kita masing-masing. Dahulu, aku membutuhkanmu di kala aku takut akan kematian tapi kini kematian tidak menghantuiku lagi. Tidak ada yang tahu kapan ia datang tapi kita harus menyambut kematian sebagai sahabat lama.

Siapa yang tahu kapan kita mati?

Jika lah memang aku harus pergi terlebih dahulu, ketahuilah fakta bahwa perasaan gadis pelukis di ruang seni itu masih sama. Tapi aku yang sekarang belajar bahwa untuk mencintaimu, bukan berarti harus berada disampingmu, melainkan melihatmu bahagia pada jalan yang kau pilih.

Jika lah memang aku harus pergi terlebih dahulu, sampaikan lagi permohonan maafku pada wanitamu, aku mengerti itu berat baginya dan kesalahan yang kulakukan adalah kesalahan yang tak termaafkan. Namun dalam doa, ku pinta kebahagiaan akan selalu ada padanya, pada kalian.

Jika lah memang aku harus pergi terlebih dahulu, datanglah ke makamku suatu hari nanti, bawalah putrimu kesana, karena tidak ada makhluk dimuka bumi ini yang lebih ku kasihi selain putrimu, malaikat kecilmu. Perkenalkanlah sosok penuh dosa ini padanya, dan ingatkanlah pada putrimu untuk selalu memilih kebahagiaan sebagaimana yang pantas ia dapatkan

Lee Jeno

Jika lah memang aku harus pergi terlebih dahulu, ingatlah bahwa aku selalu mencintaimu dan jika aku mati, kematian itu adalah kenangan manis akan dirimu, pangeranku.

Setiap langkah yang kuambil, setiap nafas yang kuhembus dan waktu yang kulalui akan selalu terselip doa untuk kebahagiaanmu, Siyeon dan Hyein.

Selamat tinggal, Lee Jeno

Salam hangat, Karina."

Nanar kertas itu ditatap oleh Jeno, Karina yang dulu telah berubah menjadi sosok yang bijak. Ada perasaan bersalah dalam hati Jeno telah menyakiti rasa tulus yang diberikan Karina padanya. Jika ia boleh memilih, ia ingin tuhan menghukumnya dibanding Karina. Lama Jeno melamunkan suara dari ketulusan hati Karina yang ada di kertas dalam genggamannya, bagaimana gadis itu menganguminya dan bagaimana gadis itu selalu bertindak seolah akan mengorbankan dunia hanya untuk bersamanya.

Karina yang dulu memilih bahagia untuk dirinya, tapi bahagia itu menimbulkan ketamakan dalam diri Karina. Tapi sosok yang sekarang adalah Karina yang melepaskan kebahagiaannya, dan memilih jalan yang lain, mencari kebahagiaan lain.

Lamunan itu buyar pada ponsel Jeno yang bergetar

Na Jaemin is calling.....

in betweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang