Kencan Abang Sawa

30 4 27
                                    

#WARNING KATA KASAR# (mungkin)

Seminggu berlalu setelah Minggu suram penuh deritaku. Selama seminggu penuh aku lagi-lagi harus kerja rodi. Menjadi asisten kedua abangku di waktu yang bersamaan. Aku benar-benar harus membagi waktuku dengan baik agar aku memiliki waktu untuk istirahat. Jika saja pekerjaan abang Sawa tidak harus direvisi besar-besaran, maka aku tidak perlu membantu abang Sawa. Sayangnya, klien abang Sawa sangat cerewet dan meminta desain rumahnya diubah sesuai keinginannya. 

Lihat saja nanti jika ia meminta merombak lebih banyak lagi, akan aku sumpahi rumahnya tidak jadi dibangun. 

"Rin, sudah selesai gambar tampak depannya?" tanya abang Sawa padaku yang masih berkutat dengan aplikasi sketchup untuk menggambar versi 3D tampak depan rumah klien abang Sawa.

"Sebentar lagi bang," jawabku sambil menguap. 

Wajar saja aku sudah mengantuk, waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Seharusnya aku sudah menjelajahi alam mimpi saat ini, tapi aku malah harus berkutat dengan desain rumah milik orang lain. 

"Rin, bantuin abang ngerjain chapter baru nih." Abang Sekai memukul pundakku sedikit keras, membuat pundakku terasa ngilu.

Aku meringis kesakitan. "Bang, kan kemaren baru selesai dua chapter, masa mau langsung buat yang baru lagi?" protesku. Aku benar-benar perlu istirahat. Jam tidurku sudah sangat berantakan seminggu ini.

"Ayolah, nanti abang traktir eskrim." Abang Sekai mengiming-imingiku dengan eskrim.

"Abang Sekai jahat banget sih, mentang-mentang aku adeknya abang, abang ngegaji aku pake eskrim. ish, ish, tak patut," protesku sambil masih terus berkutat dengan desain rumah di depanku.

"Abang jangan gitu lah, kasian Rin nanti nggak punya uang buat jajan." Abang Sawa membelaku.

"Abang tuh harusnya ngegaji aku pake duit beneran bukan sekedar makanan. Makanan tuh harusnya bonus aja bang. Mana aku seringnya cuma dijajanin komik doang lagi kalo habis bantuin abang," aku mengeluarkan semua uneg-unegku kepada abang Sekai. 

"Yey, doneee!!" sorakku gembira setelah menyelesaikan desain 3D tampak depan yang sekaligus menjadi desain terakhir dari keseluruhan desain bangunan yang kubuat berdasarkan gambar 2D yang dibuat abang Sawa (dan juga sedikit bantuanku).

"Tuh bang, cek dulu. Aku mau tidur ya bang. Byeee~" ucapku pada abang Sawa dan beranjak menuju kasurku. 

Aku langsug merebahkan tubuhku ke atas kasur. Ah~ rasanya nyaman sekali. Aku akhirnya bisa meluruskan punggungku. Aku samar-samar mendengar abang Sekai protes karna aku malah tidur bukannya membantunya. Biar saja lah, aku sudah mengantuk.

*****

"Kak, bangun, sudah jam 10 pagi." Aku mendengar suara Keito membangunkanku.

"Hmm," gumamku menanggapi perkataan Keito tanpa membuka mata.

"KAAKKK BANGUUUNN!!" Teriak Keito nyaring di telinga kiriku.

Mendengar suara nyaringnya membuatku kaget dan langsung membuka mata. Jantungku berdegup kencang karena kaget. Saat aku menengok ke samping ranjangku, sang pelaku yang membuatku kaget telah menghilang. Aku yakin, sebelum aku sadar dari keterkejutanku ia pasti sudah lari meninggalkan kamar. 

"Adek kampret!" makiku pelan lalu kembali merebahkan tubuhku ke kasur lagi.

Aku baru menyadari seluruh tubuhku terasa sakit. Leherku terasa kaku, punggungku nyeri, dan kedua lenganku juga ikut nyeri. Sepertinya aku benar-benar perlu istirahat. 

"RIIINNNN CEPAT BANGUN BANTU BERES-BERES RUMAH!!" Teriakan Ibu membuyarkan rencana istirahatku.

Sepertinya aku memang tidak ditakdirkan memiliki waktu istirahat walaupun aku pengangguran.

Cerita AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang