Dan dua minggu kemudian....
"Rin, yang cepet dong kalo kerja, keburu malem ini." Aku memutar bola mataku kesal karena terus-terusan diomeli oleh Ibu.
Sedari pagi aku sudah membantu Ibu mempersiapkan beberapa bingkisan untuk dibawa ke rumah Adeeva. Ya hari adalah acara pertunangan abang Sawa dan Adeeva.
"Rin, cepetan dong," omel Ibu lagi.
"Ini udah cepet, Bu," jawabku.
"Cepet apanya? Tangan kamu geraknya lambat gitu," Ibu tak mau kalah.
"Rin bukan flash, Bu," jawabku lagi.
"Kamu ini ya. Udah sini biar Ibu yang urus. Kamu siap-siap sana." Ibu mengambil alih pekerjaanku dan mengusirku dari dapur.
Sesungguhnya aku malas untuk ikut, karena aku merasa tak memiliki pakaian yang pantas untuk menghadiri acara seperti ini. Aku sama sekali tak memiliki gaun di lemari pakaianku. Koleksi pakaianku hanya seputar kaos-kemeja-jeans-hoodie. Harusnya aku membeli sepotong gaun untuk berjaga-jaga.
Ah, sudahlah.
Aku menuju kamar mandi di samping kamar kami untuk mandi. Seharian di depan kompor dan oven membuatku berkeringat. Mungkin mengenakan kemeja pun sudah cukup. Biar saja jika Ibu mengomeliku.
Saat aku kembali ke kamar sambil mengeringkan rambutku yang masih basah, aku kaget karena menemukan Mami, Ibu Leiya, duduk di sofa kamar.
Firasatku buruk.
"Ah, Rin udah selesai mandi. Sini sayang," ucapnya senang sambil memintaku untuk mendekat ke arahnya.
Aku menelan ludah, aku merasa aku harus kabur dari sini secepatnya. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Aku mendapati Nacchan dan Keito berdiri di depan kasur Keito sambil membantu merapikan kemeja masing-masing. Aku tak menemukan abang Sekai dan abang Sawa di kamar. Dan firasatku makin buruk ketika melihat koper besar berwarna merah terang di dekat kaki Mami.
"Ma-Mami kok bawa koper? Mami mau liburan?" tanyaku.
"Nggak dong, udah cepet sini Mami dandanin," jawabnya.
Sial. Firasat burukku terbukti. Aku melirik ke arah kedua adikku. Aku tahu mereka mengabaikanku dan diam-diam tersenyum senang. Mereka selalu tertawa paling kencang jika aku dijadikan boneka Mami.
"Kenapa mesti dandan Mi? Ini kan Cuma acara tunangan biasa aja." Aku berusaha mencari alasan agar aku tidak perlu didandani oleh Mami.
"No, no, sayang, acara tunangan itu nggak biasa. Oke. Jadi cepet sini," balas Mami tak menerima penolakan.
"Tapi kan Mi, yang tunangan abang Sawa, bukan Rin." Aku masih mencoba mencari alasan.
"Sebagai adiknya Sawa, kamu juga harus dandan cantik ya. Anak cewek harus pake gaun, jangan pake kemeja kayak anak laki." Mami berdiri dari duduk dan menarik tanganku menuju kursi milik Keito yang posisinya diubah menjadi menghadap sofa.
Mami mulai membuka kopernya. Di dalam koper terdapat banyak gaun dengan warna mencolok dan satu kotak besar yang kuduga berisi alat make up. Aku bener-benar ingin kabur. Aku tak ingin didandani.
"Mi, Kak Rin kasih gaun yang seksi ya Mi," ucap Nacchan sambil tertawa kecil.
Aku memelototi Nacchan, namun ia tak peduli dan tertawa lagi bersama Keito.
"Mi, Kak Rin dandanin yang super cantik biar Kak Taiki kaget," ucap Keito yang membuatku memelototinya dan ingin menjitak kepalanya.
"Oh, tenang aja. Jangankan Taiki, nanti semua cowok di kompleks pada pangling liat Rin." Mami semakin bersemangat untuk mendandaniku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Absurd
FanficIni hanyalah cerita absurd tentang kebobrokan Kakak dan juga adik-adikku beserta orang-orang absurd lainnya di kehidupanku. Namaku Rin, ngomong-ngomong. Anak ketiga dari lima bersaudara. Dari kami berlima hanya satu saja yang terlihat normal. Sisan...