Sebulan setelah bertemu Feby di minimarket, aku sepenuhnya melupakan tentang perempuan itu. Dan sepertinya aku juga tak akan bertemu dengannya lagi. Dari yang aku dengar dari Reo, perempuan itu akan pindah ke luar negeri mengikuti suaminya yang bekerja di luar negeri. Lebih baik seperti itu. Aku benar-benar tak ingin bertemu dengannya.
Omong-omong, waktu itu Taiki menggandeng tanganku tak lebih dari lima menit. Itu karena tiba-tiba abang Sekai datang dan melepaskan gandengan tangan kami.
Mengganggu saja.
Bagaimana abang Sekai bisa tiba-tiba muncul? Abang Sekai bilang, Ayah khawatir karena sudah lebih dari sejam aku pergi namun belum juga pulang. Akhirnya Ayah meminta abang Sekai untuk menjemputku. Dan abang Sekai melihat aku dan Taiki bergandengan tangan.
Begitulah akhirnya abang Sekai mengacaukan semuanya.
"Kak, bisa bantuin Kei nggak?" pinta Keito padaku yang sedang rebahan di kasur.
"Apaan?" tanyaku.
"Fotoin Kei," ucapnya sambil tersenyum lebar dan menyodorkan handphonenya padaku.
Aku beranjak dari kasur dengan malas dan meraih handphone milik adik bungsuku. Aku pun menuruti permintaannya untuk memfotonya yang sedang duduk di meja belajarnya. Katanya, ia ingin memposting foto itu ke akun instagramnya dengan caption seolah-olah ia sedang belajar. Dasar bocah itu.
"Kakak libur berapa lama?" tanyanya setelah aku menyerahkan kembali handphonenya.
"Seminggu," jawabku.
Om Tetsuya berniat merenovasi beberapa bagaian kedai, oleh karena itu kedai tutup seminggu. Aku dan karyawan kedai yang lain pun memiliki waktu libur selama seminggu. Betapa aku merindukan kehidupanku yang hanya bermalas-malasan seharian. Aku harus memaksimalkan waktu liburku.
"Ah, kebetulan. Kalo gitu jadi asisten abang ya." Tiba-tiba abang Sekai datang dan merangkulku. Aku manatap sekilas abang tertuaku itu. Ia tersenym sangat lebar. Sepertinya abang Sekai karena aku akan kembali menjadi "babu" nya.
Aku menghela napas lelah. "Rin mau istirahat aja," jawabku sambil melepaskan rangkulannya dan kembali ke tempat tidurku.
"Ayolah Rin, abang perlu bantuan nih. Komik baru abang bakal terbit lagi," rengek abang Sekai sambil mengekoriku. Aku hanya menggeleng dan membenamkan diriku ke dalam selimut. Aku bahkan mengabaikan abang Sekai yang mengguncang-guncangkan tubuhku dan terus merengek agar aku mau menjadi asistennya.
Maafkan aku abang, aku sudah memiliki pekerjaan, jadi aku tidak mau lagi menjadi "babu".
"Kak, coba liat deh. Kamar kita viral loh!" teriak Keito girang. Ia memanggil aku dan abang Sekai untuk melihat apa yang sedang ia lihat.
Itu adalah video youtube Nacchan. Seminggu yang lalu ia mengunggah video room tour yang sudah ia rekam seminggu sebelumnya. Ia sempat kembali memaksaku untuk masuk ke dalam videonya dan tentu saja aku menolaknya.
"Wah, banyak juga nih yang nonton," ucap abang Sekai setelah melihat video itu. Aku mau tak mau ikut melihat juga karena aku penasaran.
"Liat komennya deh kak, katanya pada penasaran sama kita," ucap Keito girang membaca komentar dari para subscriber Nacchan yang penasaran dengan kami.
Mungkin mereka pengikut baru Nacchan yang tidak tahu tentang abang Sekai si komikus (kurang) terkenal, abang Sawa si arsitek muda yang lumayan terkenal, dan Keito calon selebriti internet yang pengikut di sosial medianya sekian puluh ribu. Dia bahkan aktif memposting video di tiktok. Kalau aku sih bukan siapa-siapa. Follower di sosial mediaku hanya sekian puluh orang. Dan mereka hanya orang-orang yang aku kenal sejak dari bangku SD hingga kuliah. Kebanyakan dari mereka hanya anak yang tinggal satu kompleks denganku atau dari kompleks sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Absurd
FanfictionIni hanyalah cerita absurd tentang kebobrokan Kakak dan juga adik-adikku beserta orang-orang absurd lainnya di kehidupanku. Namaku Rin, ngomong-ngomong. Anak ketiga dari lima bersaudara. Dari kami berlima hanya satu saja yang terlihat normal. Sisan...