Pukul sepuluh pagi abang sekai sudah meneriakiku untuk cepat-cepat bersiap menemaninya ke bengkel. Padahal aku masih mengantuk karena semalam aku kembali membantu pekerjaan abang Sawa. Tapi mau bagaimana lagi? Aku sudah terlanjur mrngiyakan untuk menemani abang Sekai setelah semalaman abang Sekai merecokiku.
Aku menuruni tangga dengan cepat. Abang Sekai sudah meneriakiku dari pintu depan sejak tadi.
"Kamu mau kemana?" tanya Ibu dari dapur.
"Abang Sekai minta ditemenin ke bengkel Bu," jawabku sambil berlari ke pintu depan.
"Sekai, hati-hati bawa mobilnya!" teriak Ibu dari dapur.
"Kamu lama bener sih? Kasian abangnya nungguin," omel abang Sekai sambil membukakan pintu belakang mobil untukku.
"Abang yang nggak bilang perginya jam berapa," jawabku tak mau kalah sambil masuk ke dalam mobil.
"Abang kan udah bilang siap-siap dari pagi." Abang Sekai tak mau kalah juga.
"Maaf ya mas jadi nunggu lama. Adek saya dandannya lama mas," ucap abang Sekai pada supir taksi online yang akan mengantar kami ke bengkel.
"Apaan sih Bang, abang tuh yang nggak bilang kalo udah pesen taksi," protesku sambil memukul lengan abang Sekai.
Sang supir hanya menatapku dan abang Sekai lalu tersenyum canggung. Aku dan abang Sekai pun terus berdebat bahkan sampai mobil sudah meninggalkan kompleks perumahan tempat kami tinggal.
Memerlukan waktu 30 menit untuk mencapai bengkel dimana Ayah memperbaiki mobilnya. Setelah berbincang dengan pegawai bengkel, akhirnya Abang Sekai masuk ke dalam dan aku menunggu di luar bengkel. Tak lama setelahnya, segala urusan telah diselesaikan oleh abang Sekai dan akhirnya abang Sekai bisa membawa mobil Ayah pulang.
"Laper nggak?" tanya abang Sekai.
"Laper lah bang. Aku 'kan belum sarapan," jawabku.
"Yaudah kita ke cari makan di mall aja ya," ajak abang Sekai sambil mengemudikan mobil.
"Kenapa mesti ke mall sih bang?" tanyaku.
"Sekalian mampir ke toko buku," jawab abang Sekai singkat.
Aku tahu, abang Sekai pasti ingin mengecek komiknya yang baru saja terbit. Dasar komikus narsis satu ini. Karena aku tak memiliki pilihan lain selain mengikuti keinginan abang Sekai, akhirnya aku hanya diam duduk di dalam mobil. Yang pasti, perutku sudah berisik minta diisi makanan. Aku beberapa kali merengek agar abang Sekai mau berhenti di minimarket terdekat untuk membeli roti demi mengganjal perutku. Namun, tentu saja abang Sekai menolak.
Menyebalkan.
Akhirnya aku menahan lapar hingga sampai di mall.
Ketika sampai, aku merengek agar abang Sekai langsung mengajakku makan. Namun, abang Sekai memaksa untuk mengunjungi toko buku terlebih dahulu. Akhirnya aku melipir ke toko roti yang ada di mall untuk membeli roti. Aku benar-benar sangat kelaparan.
Di toko buku, abang Sekai sudah pasti menuju rak buku berisi komik. Salah satu karya abang Sekai terpajang di sana. Melihat abang Sekai tersenyum lebar membuatku ikut senang. Akan tetapi aku kembali teringat jika abang Sekai dan abang Sawa belum berbaikan. Seketika rasa bahagiaku lenyap. Aku harus kembali memikirkan cara agar bisa mendamaikan mereka berdua.
Setelah selesai melihat-lihat di toko buku dan abang Sekai membeli beberapa komik dan satu copy karyanya, kami pun keluar dari toko buku dan mencari tempat makan. Aku dan abang Sekai berdebat mengenai kami akan makan dimana? Aku ingin makan ramen, namun abang Sekai ingin makan ayam goreng. Alhasil kami berdebat cukup lama dan baru berhenti ketika perutku kembali bersuara. Akhirnya kami makan di salah satu gerai makanan cepat saji yang cukup terkenal di mall itu. Aku sudah terlalu lapar dan akhirnya menuruti keinginan abang Sekai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Absurd
FanfictionIni hanyalah cerita absurd tentang kebobrokan Kakak dan juga adik-adikku beserta orang-orang absurd lainnya di kehidupanku. Namaku Rin, ngomong-ngomong. Anak ketiga dari lima bersaudara. Dari kami berlima hanya satu saja yang terlihat normal. Sisan...