Kotak Pandora

24 4 13
                                    

TOKTOKTOK

Aku mengetuk pintu rumah Om Naoto beberapa kali sambil memanggil-manggil Om Naoto.

"Om Naoto!" Teriakku sambil mengetuk pintu.

Jangan tanya dimana sopan satunku ketika bertamu. Omku yang satu ini kadang tidak mendengar jika ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya. Atau lebih tepatnya, suka pura-pura tidak mendengar jika ada ketukan pintu tanpa ada yang memanggilnya. Ketika pertamakali pindah ke rumah ini, Om Naoto mendapatkan gangguan dari makhluk tak kasat mata yang terus-terusan mengetuk pintu rumahnya ketika malam. Sejak itu, setiap ada yang mengetuk pintu rumahnya tanpa memanggil namanya, ia tak akan mau membukakan pintu.

"Om, bukain pintu, ini Rin!" teriakku lagi karena Om Naoto tak kunjung membukakan pintu.

Tak lama setelahnya, terdengar suara kunci diputar dan pintu terbuka. Dari balik pintu muncul Om Naoto dengan handuk tersampir di kepalanya.

"Kamu ganggu orang mandi aja," ucapnya kesal.

"Lagian Om ngapain coba mandi jam segini."

"Aku baru pulang tau."

"Oh, ini Om ada titipan dari Om Tetsuya." Aku menyerahkan bungkusan plastik yang aku bawa. Sebelum ke rumah Om Naoto aku mampir ke rumah Om Tetsuya untuk mengembalikan kunci kedai. Saat aku bilang aku akan tinggal di rumah Om Naoto, Om Tetsuya memintaku untuk menunggu sebentar dan masuk ke dalam rumahnya. Saat kembali ia memberikanku bungkusan plastik yang entah apa isinya. Om Tetsuya hanya memintaku untuk memberikannya kepada Om Naoto.

"Wah, sankyu~" Om Naoto menerimanya dengan senang. Aku masih tak tahu apa isi dari bungkusan itu.

"Om, punya makanan nggak?" tanyaku.

"Kamu kesini tuh harusnya bawa makanan, bukannya minta makan," protesnya. "Cari sana di dapur."

Aku memanyunkan bibirku karena kesal. Seperti biasanya Omku yang satu ini selalu hobi mengomeliku. Aku bertanya tentang makanan saja diomeli.

Aku melangkahkan kakiku menuju dapur. Seperti biasa, rumah ini selalu bersih walaupun hanya ditinggali oleh seorang lelaki yang sampai hari ini belum menikah. Bahkan rumah yang terhitung tidak kecil ini selalu bersih dan rapih. Padahal Om Naoto selalu sibuk bekerja dari pagi hingga malam.

Aku tak mendapati makanan apapun di atas meja dapur.

"Om, kok nggak ada makanan apa-apa sih?" tanyaku.

"Di lemari dapur kan ada mie instan," jawab Om Naoto dari ruang tengah.

"Yaelah, mie instan doang ternyata. Dasar bujang," gumamku.

Aku membuka lemari dapur dan mendapati beberapa bungkus mie instan dengan berbagai macam rasa. Aku mengambil dua bungkus mie goreng.

"Om Naoto mau makan juga nggak?" tanyaku.

"Mau lah, masa' kamu aja yang makan," jawab Om Naoto. Ternyata dia sedang memanfaatkanku untuk memasak.

Aku meletakan 4 bungkus mie instan di samping kompor dan beranjak menuju kulkas. Aku membuka kulkas Om Naoto dan mendapatinya hampir kosong. Hanya ada beberapa minuman kaleng, botol-botol berisi air mineral, botol-botol saus yang hampir kosong, dua buah apel setengah kisut yang entah sejak kapan ada di sana dan beberapa tangkai daun bawang.

"Kulkasnya juga kosong. Nggak heran deh kalo hatinya si Om juga kosong," gumamku pelan dan mengambil semua daun bawang yang ada di sana.

"Ngomong apa barusan?" Aku terkaget mendengar pertanyaan Om Naoto. Bisa-bisanya aku tak menyadari kehadirannya.

Cerita AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang