Nostalgia (part 5)

18 2 3
                                    

Ketika aku membuka pintu rumah, aku hampir saja menabrak Keito. Aku dan Keito sama-sama terkejut karena hampir menabrak satu sama lain.

"Huwaah!" teriak kami bebarengan.

"Kalian kenapa teriak-teriak sih?!" Sepertinya suara teriakan kami terlalu nyaring hingga Ibu protes.

"Kakak ngagetin aja ih," protes Keito sambil mengelus dadanya. Sepertinya ia jantungan saking kagetnya.

Sebenarnya aku juga sih.

"Kamu tuh yang bikin orang kaget," balasku tak mau kalah.

"Udah ah, Kei udah telat," ucapnya sambil mengenakan sepatu.

"Mau kemana?" tanyaku.

"Ketemu temen," jawabnya singkat lalu melesat menuju pagar.

Aku menggelengkan kepala pelan melihat kelakuan adik bungsuku. Pasti ia akan pergi bersama Sota.

Aku melanjutkan langkahku menuju ke kamar. Sebelum itu, aku berhenti di dapur dan mengeluarkan kotak bekalku, lalu mencucinya. Aku tak mendapati Ibu di dapur, sepertinya Ibu sedang ada di kebun. Mungkin tadi Ibu baru mau pergi ke kebun ketika mendengar aku dan Keito berteriak.

Setelah selesai, aku pun langsung naik ke lantai dua. Aku ingin berbaring sebentar sebelum membantu Ibu lagi.

"Hai guys~ Hari ini aku mau nunjukkin kamarku ke kalian. Kalian banyak banget ngerikues buat room tour kan? Nah sekarang aku bakal buat room tour video. Aku jelasin dulu ya, ini bukan cuma  kamarku sendiri. Aku sekamar sama saudara-saudaraku yang lain...." Aku disambut dengan celotehan Nacchan ketika memasuki kamar. Mau tak mau aku berhenti di dekat pintu sejenak. Aku tak ingin tiba-tiba masuk ke dalam rekaman videonya.

"....tempat tidurnya aja ada banyak nih, nggak Cuma satu. Ini ada 2 tempat tidur tingkat yang dipake buat aku sama kakak-kakakku. Adekku tidur di single bed. Terus-" ocehan Nachan terhenti karena melihatku berdiri di dekat pintu.

"Eh, Kak Rin udah pulang. Mau ikutan nggak Kak?" tanyanya sambil menunjuk ke arah handphone yang ia gunakan untuk merekam video.

Aku menggeleng menjawab pertanyaannya.

"Ayolah Kak, sekali-sekali muncul di videoku. Kak Rin doang yang nggak pernah muncul," pintanya sambil berjalan ke arahku.

"Enggak mau. Kamu kesini, kupukul kamu," ancamku.

"Ah, kakak mah nggak seru. Padahal subscriberku penasaran sama kakak loh." Nacchan berhenti merekam dan kembali ke mejanya.

"Penasaran, penasaran. Paling kalo udah tau mereka ngehujat aku," jawabku.

"Kakak tuh terlalu negatif thinking. Nggak semua netijen jempolnya busuk, kali Kak. Banyak kok yang baik dan menghargai orang lain," balas Nacchan.

"Dihargai di internet tuh cuma berlaku buat yang good looking," balasku lagi sambil merebahkan tubuhku di sofa.

"Ih Kakak. Ayolah sekali-sekali muncul di videoku," pintanya.

"Nggak mau." Aku menjawab cepat.

"Sekali aja Kak," bujuknya sambil bersimpuh di sampingku.

"Nggak mau. Nanti tuh pasti ada yang komen, 'eh itu kakak perempuannya Nacchan? Ih nggak mirip Nacchan. Aku kira kakaknya bakal cantik. Secara 'kan, sodara-sodaranya yang lain pada ganteng-ganteng,' gitu," ucapku sambil menirukan nada menghina ala netijen paling oke sedunia.

"Ih nggak akan Kak. Kalo ada yang berani komen kayak gitu nanti aku blokir. Mau ya Kak, plis," bujuknya.

"Biar kamu blokir juga dia masih bisa pake akun lain," balasku.

Cerita AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang